Napi Perempuan Membaca Puisi

19 Mar 2016

Kita sudah terbiasa melihat penyair membaca puisi. Tapi, rasanya, kita jarang, atau mungkin belum pernah, melihat napi –narapidana--, lebih-lebih napi perempuan membaca puisi. Selasa siang 15 Maret 2016 di Aula LP Wirogunan, Yogyakarta, beberpa napi perempuan, bersama dengan para  penyair yang puisinya tergabung dalam antologi ‘Puisi Menolak Korupsi’, yang sering disingkat PMK tampil membacakan puisi.

Salah satunya, napi perempuan yang bernama Puji Istina, seorang napi korupsi, membacakan puisi berjudul ‘Dibalik Jeruji’. Tampaknya, Puji menghayati puisi yang dibacakan, atau mungkin dia membayangkan dirinya (dan teman-temannya), yang ada dalam puisi itu, sehingga dengan suara keras dan mantap Puji membaca baris-baris puisi dengan penuh percaya diri.

Beberapa penyair yang lain, yang ikut tampil membaca puisi, misalnya Hardho Sayoko, Bambang Eka, Joshua Igo dan beberapa nama lagi. Selain Puji, seorang napi perempuan yang juga tampil membaca puisi, Pungki Sakuntala namanya, membaca puisi berjudul “Pernyataan”. Seperti halnya Puji, Pungki membaca puisi dengan penuh percaya diri dan tidak terlihat grogi.

Selang-seling antara penyair dan napi membaca puisi, dan lebih banyak penyairnya yang membaca puisi. Pada napi yang ada di Aula LP Wirogunan, seperti nampak terhibur dengan kehadiran dari para laskar Puisi Menolak Korupsi.

Zainal, selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan (LP) Wirogunan mengatakan, “Saya senang sekali para penyair bergabung membaca puisi dengan para napi di LP ini. Apalagi, saya senang dengan kesenian, dan saya sering datang di acara Sastra Bulan Purnama yang diselenggarakan Tembi Rumah Budaya.”

Para napi korupsi, seperti mendapatkan ruang ekspresi melalui puisi dan pertemuan dengan para penyair lainnya, sehingga apa yang terpendam dalam hatinya selama ini, bisa dikeluarkan melalui kesenian.

“Saya oleh pengadilan tingkat pertama sampai tingkat kedua dibebaskan karena tidak terbukti merugikan uang negara, dan tidak ada satu sen pun uang negara yang saya gunakan, tetapi akhirnya saya dipersalahkan juga,” kata salah seorang napi korupsi yang mengelola transportasi di Yogya.

Seorang napi perempuan, yang menjabat sebagai Kabag Keuangan di salah satu kantor Desa di Bantul dipersalahkan, padahal dia tidak melakukan seperti yang dituduhkan. Karena, sebagai kabag dia hanya menjalankan perintah atasan.

“Mungkin kesalahannya karena perintah yang saya terima hanya disampaikan secara lisan, sehingga tidak ada bukti tertulisnya kalau saya menjalankan perintah,” ujar napi perempuan tersebut.

Puisi, seperti setetes air yang mengurangi rasa dahaga bagi para napi, yang mungkin membutuhkan media ekspresi untuk menyampaikan kegelisahannya selama ini. Melalui puisi pula, mereka seperti telah menyampaikan sesuatu kepada orang lain.

Mengakhiri acara baca puisi, para napi di LP Wirogunan yang ditemani pegawai dari LP tampil dengan pentas musik, lengkap dengan drum dan keyboard. Jadi, lengkap sudah ekspresi pada napi melalui seni: puisi dan musik.

Ons Untoro 

> SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

>

Artikel Terbaru

>
  • 21-03-16

    Pergantian Pengurus

    Pergelaran wayang kulit semalam suntuk hasil kerja bareng Tembi Rumah Budaya dengan paguyuban dalang muda Sukra Kasih kembali dilakukan pada hari... more »
  • 21-03-16

    Serba Ikan dengan Na

    Selain Es Timun Ijem dan Es Timun Emas, pada bulan Maret 2016 ini Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya juga menawarkan menu promo serba ikan... more »
  • 21-03-16

    Sastra Bulan Purnama

    Sastra Bulan Purnama edisi ke-54 akan melaunching antologi puisi ‘Negeri Laut’, yang menampilkan 175 penyair dari berbagai daerah di Indonesia.... more »
  • 19-03-16

    Napi Perempuan Memba

    Kita sudah terbiasa melihat penyair membaca puisi. Tapi, rasanya, kita jarang, atau mungkin belum pernah, melihat napi –narapidana--, lebih-lebih... more »
  • 19-03-16

    Selasa Legi Hari Tid

    Pranatamangsa masuk mangsa Kasanga (9), umurnya 25 hari, mulai 1 s/d 25 Maret, curah hujan mulai berkurang. Masa birahi anjing dan sejenisnya.... more »
  • 19-03-16

    Wisrawa (2): Dewi Su

    Begawan Wisrawa yang kemudian menduduki tahta, karena menjadi suami Dewi Lokawati sang pewaris tahta, sangat menyadari posisinya. Bahwa dirinya... more »
  • 19-03-16

    Pameran Temporer Yog

    Yogyakarta pernah menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia selama kurang lebih 4 tahun (4 Januari 1946—27 Desember 1949). Selama itu pula,... more »
  • 18-03-16

    Warna-Warni Seribu T

    Ini memang bukan topeng tradisi, yang “pakemnya” sudah dikenali, misalnya topeng Cirebon dan seterusnya. Tapi merupakan topeng kreasi karya murid-... more »
  • 18-03-16

    Lakon Dewa Ruci Dipe

    Tidak kurang-kurang Kurawa memperdaya Pandawa agar mereka mati. Namun usahanya tidak pernah berhasil. Hingga akhirnya, Kurawa mempunyai cara untuk... more »
  • 18-03-16

    Lambang Kotapraja di

    Berikut ini adalah lambang dari sejumlah kotapraja di Hindia Belanda, yaitu Batavia, Soerabaja, Semarang, Makassar, Medan, Padang, Amboina, Manado,... more »
> Tembi Rumah Sejarah dan Budaya , Hak Cipta Dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website https://tembi.net/
Tembi adalah Portal Berita Budaya Indonesia