Tari Garba, Ungkapan Daya Feminin

15 Mar 2016 Dalam pembukaan pameran seni rupa di PKKH UGM, Yogyakarta, Sabtu malam 27 Februari 2016, Sri Astari Rasjid juga mengundang koreografer dari Solo, Retno Sulistyorini untuk membuat dan menampilkan tarian yang berbasis pada Tari Bedaya. Tari Bedaya sendiri diciptakan sebagai penanda hubungan penguasa (raja) Jawa dengan daya-daya adiduniawi sebagai sumber legitimasi politik untuk mengukuhkan kekuasaannya.

Sri Astari Rasjid dan Retno Sulistyorini memberi judul tari kreasi mereka dengan nama Garba. Tarian ditarikan di sebuah pendapa (joglo) yang diletakkan di tengah panggung. Pada sekeliling joglo diletakkan 9 wayang kayu (wayang klithik) yang memvisualisasikan sosok Dewi Drupadi sebagai cakti Pandawa. Wayang kayu tersebut pada sisi lain juga merupakan simbol dari 9 penari Bedaya.

Joglo pada sisi ini menjadi simbol dari garba/rahim. Sedangkan tarian (adegan) berlangsung di dalam atau di luar joglo merupakan simbol pergumulan antara daya-daya maskulin dan feminin yang berlangsung pada makrokosmos dan mikrokosmos. Adegan-adegan di dalam rahim joglo merupakan gambaran segala peristiwa di ruang sakral, sementara adegan di luarnya menggambarkan peristiwa-peristiwa profan.

Puncak dari tarian ini adalah adegan yang berlangsung di dalam ruang berkelambu. Adegan ini menggambarkan pergumulan daya-daya feminin dan maskulin sebagai proses pencucian atau pembebasan daya-daya tersebut dari segala potensi destruktifnya. Dengan demikian, dicapailah kemurnian untuk menciptakan keseimbangan/harmoni di antara keduanya. Gerakan dasar tarian ini sangat halus, lamban, dan bahkan nyaris statis.

Detail gerak halus dan lamban ini justru dapat dilihat lebih jelas ketika detail geraknya dipersandingkan dengan pilar-pilar utama (saka guru) dari joglo yang menjadi titik pusat dari pengadeganan tarian tersebut. Pada sisi lain Retno Sulistyorini mengombinasikan gerakan tarinya dengan gerak-gerak tari kontemporer yang penuh tenaga, semangat, dan ekspresi yang terkontrol yang pada sisi tertentu berkebalikan dengan gerak tari Bedaya.

Joglo sendiri merupakan bagian dari struktur ruang dalam rumah Jawa. Joglo atau pendapa merupakan ruang yang paling dekat dengan entitas eksternal dimana entitas privat dan publik dapat bertemu secara formal, sementara rumah (tengah/dalem) merupakan simbol dari dunia batin.

Di area joglo dan ruang sekelilingnya muncul visualisasi laut berupa video mapping yang ditembakkan dari atap joglo. Dengan demikian, joglo seperti berada di tengah lautan dalam gelombang yang terus-menerus menghempas dalam kesunyian dalam hiasan iringan gamelan dan tembang Jawa yang menggambarkan proses kelahiran, perkawinan, dan kematian manusia. Sementara di sisi belakang terdapat instalasi berbentuk gunung dengan video mapping yang menggambarkan letusan gunung berapi tanpa henti.

Daya-daya yang dahsyat antara laut dan gunung inilah yang mungkin kemudian diserap dalam kelembutan yang disimbolkan oleh gerak tari Bedaya yang mengaktualisasikan daya feminin (garba) sehingga terjadi harmoni dan keseimbangan yang menumbuhkan kehidupan dan penciptaan baru. Pada sisi inilah sisi penting daya feminin (rahim/garba) dan menunjukkan kelembutan, tenang, diam, sunyi, dan barangkali misterius, sekaligus juga menunjukkan kedahsyatannya.

Naskah dan foto:a.sartono 

Ekspresi dan komposisi lain dari Tari Garba, difoto: 27 Februari 2016, foto: a.sartono Salah satu ekspresi Tari Garba dalam pembukaan pameran senirupa Sri Astari Rasjid, “Yang Terhormat Ibu”, difoto: 27 Februari 2016, foto: a.sartono Tari Garba dengan joglo sebagai pusat gerak tarinya, difoto: 27 Februari 2016, foto: a.sartono Salah satu komposisi lain dari Tari Garba, difoto: 27 Februari 2016, foto: a.sartono SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 17-03-16

    Tumenga Sepa Tumungk

    Peribahasa Jawa di atas secara harafiah berarti mendongak (melihat ke atas) hambar melihat ke bawah sepi. Pepatah ini ingin menggambarkan keadaan... more »
  • 17-03-16

    Pawai Ogoh-Ogoh Yogy

    Dalam rangka memperingati Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1938, serangkaian acara dilangsungkan. Bagi umat Hindu terdapat serangkaian perayaan Nyepi... more »
  • 17-03-16

    Membedah Semarang Za

    Judul             : Semarang Tempo Dulu. Teori Desain Kawasan Bersejarah Penulis  ... more »
  • 16-03-16

    Denmas Bekel 16 Mare

    Denmas Bekel 16 Maret 2016 more »
  • 16-03-16

    23 Perupa Menangkap

    Fenomena alam yang luar biasa selalu disikapi oleh manusia dengan berbagai cara dan keyakinannya. Gerhana matahari seperti yang terjadi tanggal 9... more »
  • 16-03-16

    Donan Satria Yudha I

    Kepala Museum Biologi  UGM Yogyakarta Donan Satria Yudha Msc sedang membenahi museum yang dikelolanya itu supaya lebih maju, lebih dikenal, dan... more »
  • 15-03-16

    Ritual Sakral di Des

    Judul             : Kajian Bentuk Ritual dan Kepercayaan Masyarakat di Desa Sidetapa Penulis... more »
  • 15-03-16

    Upacara Tawur Agung,

    Ramainya wisatawan yang mengunjungi Candi Prambanan, Yogyakarta, tak mengurangi kekhidmatan umat Hindu dalam melangsungkan upacara Tawur Agung pada... more »
  • 15-03-16

    Tari Garba, Ungkapan

    Dalam pembukaan pameran seni rupa di PKKH UGM, Yogyakarta, Sabtu malam 27 Februari 2016, Sri Astari Rasjid juga mengundang koreografer dari Solo,... more »
  • 14-03-16

    Mahasiswa Jepang Bel

    Hari Jumat siang, 5 Maret 2016,  Tembi Rumah Budaya Yogyakarta dikunjungi oleh 8 mahasiswa dan 2 dosen kedokteran gigi  dari Jepang yang... more »