Warna-Warni Seribu Topeng

18 Mar 2016 Ini memang bukan topeng tradisi, yang “pakemnya” sudah dikenali, misalnya topeng Cirebon dan seterusnya. Tapi merupakan topeng kreasi karya murid-murid Sekolah Budi Utama, Yogyakarta. Jumlahnya pun tidak tanggung-tanggung, 1.000 topeng.

Selama lima hari, terhitung mulai 12-16 Maret 2016, 1.000 topeng itu dipamerkan di ruang pamer Sangkring Art Project, Nitiprayan, Ngestiharja, Kasihan, Bantul. Warna-warni topeng menghiasai dinding ruang pamer Sangkring di dua lantai, atas dan bawah.

Dari seribu topeng kita memang tidak menemukan sosok tokoh, dalam kisah Ramayana maupun Mahabarata, dengan karakter yang kuat. Tetapi sebagai suatu karya seni, yang mempunyai unsur edukasi, wajah-wajah dari seribu topeng seperti dihadirkan dalam beragam karakter, sehingga kita bisa memasuki ruang imajinasi saat mencipta topeng.

Warna merah, kuning, putih, hitam dan seterusnya menempel pada wajah-wajah topeng, sehingga ruang pamer Sangkring dilihat dari pintu masuk langsung terlihat hamparan topeng yang dipajang secara rapi, sehingga terasa indah menikmatinya. Ada satu dua topeng yang dipajang di tengah dengan diberi papan dan disangga kawat.

Wajah topeng semuanya hampir mirip, hanya terasa berbeda setelah diberi warna. Ukuran topeng semua sama: pas menempel di wajah. Tidak ada jenis topeng yang dibuat dalam ukuran besar sehingga bisa masuk seluruh kepala sampai ke bahu. Dalam kata lain, seribu topeng ini adalah khas topeng untuk menutup wajah.

Sebut saja, seribu topeng ini merupakan cara mengenalkan tradisi topeng yang sudah dikenal lama di Jawa, atau di Indonesia, dan masing-masing daerah memiliki ciri sendiri-sendiri, sehingga satu daerah dengan daerah lainnya bisa berbeda. Dalam pertumbuhannya, dikenali sebagai topeng modern dan topeng kontemporer, juga topeng anak-anak. Pada yang disebut terakhir ini sering kali kita jumpai topeng yang meniru wajah-wajah binatang.

Dalam pers releasenya Sekolah Budi Utama menyebutkan, bahwa topeng ini dipilih sebagai media edukasi karena dianggap sebagai ekspresi seni paling tua, yang pernah diciptakan peradaban manusia sekaligus memiliki nilai seni yang tinggi.

Seribu topeng yang dipamekan memang sepenuhnya kreasi. Ia tak mengandung unsur religi dan sejenisnya. Warna-warni yang menempel pada wajah topeng, adalah goresan spontan dari anak-anak sehingga kita tidak perlu membayangkan wajah topeng sebagai wajah tokoh. Mungkin malah muncul wajah topeng dalam kisah-kisah film anak-anak dari Jepang yang diputar di televisi.

Kreasi topeng era sekarang, tidak hanya yang dibuat oleh anak-anak, sering kali kita temukan wajah topeng sekaligus untuk propaganda, atau lebih-lebih mem-bully, sehingga kita bisa menemukan wajah pejabat yang dibuat dalam bentuk topeng lalu dikenakan secara beramai-ramai. Topeng-topeng jenis ini, nuansa seninya tidak terlalu penting, tetapi kepentingan sesaat mengalahkan dari seni topeng itu sendiri.

Dan seribu topeng karya dari Sekolah Budi Utama, Yogyakarta ini, adalah cara lain untuk mengenalkan karya seni, khususnya seni topeng, yang pada dasarnya memiliki akar tradisi dan sejarahnya sendiri.

Ons Untoro

Pameran Seribu Topeng dalam warna-warni wajah di Sangkring Art Project, foto: dok Sangkring SENI RUPA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 29-04-16

    Kumpulan Cerita Klas

    Judul             : Kumpulan Cerita Klasik (dalam Naskah Kuno) Koleksi Perpustakaan Nasional... more »
  • 29-04-16

    Kiat Sukses Museum M

    Meski tergolong sebagai museum pendatang baru di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tapi  Museum Gunungapi Merapi menunjukkan prestasi... more »
  • 28-04-16

    Mahasiswa FIB UGM Ka

    Rombongan mahasiswa Jurusan Sastra Nusantara, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, pada Sabtu siang 23 April 2016... more »
  • 28-04-16

    Denmas Bekel 28 Apri

    Denmas Bekel 28 April 2016 more »
  • 27-04-16

    Drapen 10 Lubang Pel

    Cerita pendek berjudul ’10 Lubang Peluru di Dadanya’ karya Budi Sarjono, seorang novelis dan cerpenis dari Yogyakarta, diolah menjadi satu... more »
  • 27-04-16

    Eka Ardhana, Penyair

    Namanya Sutirman Eka Ardhana, biasa dipanggil Eka, atau anak-anak muda menyebutnya Pak Eka. Sebelum menjadi wartawan, Eka aktif bergulat di Persada... more »
  • 26-04-16

    Purnama di Antara Pe

    Sastra Bulan Purnama edisi ke-55, di Tembi Rumah Budaya, Jalan Parangtritis Km 8,5, Bantul, Yogyakarta, Jumat 22 April 2016 bertepatan dengan... more »
  • 26-04-16

    Laporan Komplit tent

    Judul             : Verslag Betreffende Eene door den Inspecteur bij het Kantoor van Arbeid P... more »
  • 26-04-16

    Pameran Bersaudara,

    Dua bersaudara, Camelia Mitasari Hasibuan dan Reza Pratisca Hasibuan, yang memilik talenta kuat di bidang seni lukis, memamerkan karya lukis mereka... more »
  • 25-04-16

    Macapat ke-146 Menem

    Macapatan Malem Rabu Pon di Tembi Rumah Budaya, diawali pada 3 Oktober 2000 dengan menembangkan babad Mangir selama dua putaran. Untuk putaran... more »