Ine Febriyanti Tidak Mau Berakting di Film Sendiri

Author:kombi / Date:05-07-2013 / Tag: Temen / Temen

Ine Febriyanti Tidak Mau Berakting di Film Sendiri

Belakangan ini ia disibukkan dengan lakon-lakonnya dalam berbagai pertunjukan teater. Tak puas berakting, ia menjajal dunia belakang layar dan menghasilkan beberapa karya, tapi jangan pernah berharap wajahnya muncul dalam film garapannya. “Itu Nggak Akan Mungkin” katanya.

Ine Febriyanti, Tidak Mau Berakting di Film Sendiri
Ine Febriyanti, menikmati Kesibukan Sebagai Sutradara Film, foto: dok pribadi

Beth, karya sutradara Aria Kusumadewa adalah film pertama yang diperankan Ine Febriyanti. Sebelumnya ia sudah pernah menjajal peran dalam beberapa judul sinetron antara lain, Darah Biru, Siluet dan Dewi Selebriti.

Dunia seni peran sepertinya sudah mendarah daging, apalagi belakangan Ine justru disibukkan dengan lakonnya dalam berbagai judul pertunjukan teater, sebut saja Miss Julie karya dramawan Swedia, Johan August Strindberg, sebagai Miss Kejora garapan Nano Riantiarno bersama Teater Koma. Ia berperan pula sebagai tokoh Betari Durga dalam repertoar Gandamayu. Ia juga memerankan tiga tokoh sekaligus dalam karya drama musikal Padusi.

Namun berakting saja dirasa tidak cukup oleh juara Cover Girl majalah Mode tahun 1992 ini, sehingga dunia belakang layar sedang didalami olehnya, terlebih lagi sang suami yang bekerja sebagai kamerawan sangat mendukung keinginannya. Meski tidak pernah memiliki pendidikan akademis sebagai sutradara, perlahan namun pasti beberapa judul film sudah berhasil dirilis dari tangan dinginnya.

Dalam film “Tuhan Pada Jam Sepuluh Malam”, ia bersama sang suami bekerjasama memproduksi film tersebut. Ine berkonsentrasi pada urusan penyutradaraan, sementara sang suami bertindak sebagai produser dan mengawal proses film sampai selesai. Dukungan dari teman dekat, Nia Dinata juga dirasakan Ine sangat membantu dalam setiap proses pembuatan karya filmnya.

Prestasinya kemudian terbukti dengan terpilihnya wanita kelahiran Semarang, 18 Februari 1976 ini sebagai salah satu sutradara yang berangkat ke Busan, Korea Selatan, untuk membuat film berdasarkan script online dari seluruh dunia. “Tantangan buatku bisa mengerjakan film orang lain, karena selama ini aku selalu membuat cerita sendiri untuk filmku, contohnya filmku “Tuhan Pada Jam Sepuluh Malam”,” katanya.

Ine Febriyanti, Tidak Mau Berakting di Film Sendiri
Ine Febriyanti Saat Berada di Busan, Korea Selatan, foto: dok pribadi

Film garapannya yang juga sempat menjadi perbincangan adalah “Selamat Siang Risa” bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk melakukan kampanye antikorupsi lewat film Omnibus “Kita VS Korupsi”. Film yang berasal dari pengalaman pribadi Ine ini bercerita tentang perempuan bernama Risa yang menolak sogokan karena keluarganya mendidik untuk jujur dalam hal apapun.

Sampai saat ini, wanita yang pernah dinobatkan sebagai Duta ASI (Air Susu Ibu) oleh Kementrian Kesehatan ini mengaku sangat menikmati kesibukannya sebagai sutradara dan penulis naskah. Soal target filmnya, ia pun menjawab dengan santai, “Sejauh ini aku tidak pernah menargetkan semua filmku utnuk ditayangkan. Aku membuat film karena aku ingin”.

Film, menurut Ine, sudah menjadi jalan hidupnya. Menjadi sutradara tidak mudah, butuh proses pembelajaran yang panjang dan stamina. Lalu bagaimana jika ia berperan dalam filmnya sendiri, dengan tegas Ine mengatakan tidak akan. “Kalo lagi men-direct mukaku ini pasti gak karu-karuan, dan nggak mudah jadi sutradara sekaligus pemain, yang ada aku nggak bisa fokus. Jadi nggak akan ada mukaku di filmku sendiri,” tuturnya sambil tertawa.

Ine Febriyanti, Tidak Mau Berakting di Film Sendiri
Ine Febriyanti, saat Berakting Sebagai Betari Durga Dalam Lakon Gandamayu

Temen nan yuk ..!

Natalia S.

Temen Source Link: Jakarta

Latest News

  • 26-07-14

    Lukisan Kaca dari Em

    Pameran seni lukis kaca ini, yang berlangsung dari 11 Juli sampai 11 Agustus, baru pertama kali diselenggarakan di ruang pamer Tembi Rumah Budaya.... more »
  • 26-07-14

    Hari Keberuntungan O

    Kelebihan orang Wuku Maktal adalah sentosa budinya, setia pendiriannya. Namun, ia mudah kecewa jika pekerjaannya dianggap kurang benar oleh orang-... more »
  • 26-07-14

    Pasinaon Basa Jawa K

    Berikut ini contoh penerapan kata pada tataran bahasa Jawa saat ini, dengan keterangan: n = singkatan dari bahasa ngoko, na = bahasa ngoko halus, k... more »
  • 26-07-14

    Benarkah di Bantul P

    Mereka sempat menduga itu merupakan kerangka kuda atau sapi. Namun demi melihat struktur tulang lehernya yang kelihatan jenjang, mereka punya pikiran... more »
  • 26-07-14

    Ada Rumah Limasan Te

    Pameran foto ini menampilkan keindahan dan kekhasan aspek budaya, religi dan alam di Yogyakarta. Rencananya, foto yang dipajang akan diganti setiap... more »
  • 26-07-14

    Pelabuhan Sunda Kela

    Memang pada masa lalu Pelabuhan Sunda Kelapa yang dikenal dengan sebutan Bandar Empat Zaman memiliki arti penting bagi bangsa Indonesia: zaman Hindhu... more »
  • 25-07-14

    Pesan Visual dari Ta

    Ada 7 judul karya dengan tema besar Papua Sehat yang diputar di Goethe Haus oleh Forum Lenteng. Film-film tersebut mendokumentasikan masalah... more »
  • 25-07-14

    Main Kartu Sambil Be

    Permainan kartu modifikasi ini dinamai Tatepat, singkatan dari Karuta Tembang Macapat. Karuta adalah permainan kartu di Jepang yang mengilhami... more »
  • 25-07-14

    Mengajak Anak Muda M

    Acara tersebut bukan hanya diisi dengan tembang macapat dan lantunan geguritan, namun juga pelatihan bagi generasi muda untuk bisa membuat tembang... more »
  • 25-07-14

    Buka Bersama Seniman

    Faruk HT, selaku Kepala PKKH UGM mengajak para seniman dan budayawan kembali ke UGM. Karena pada masa tahun 1970-an sampai 1980-an, ketika Purna... more »