Tahunmas Artroom Melewati Usia Satu Tahun

08 Apr 2016 Dunia seni rupa di Yogyakarta yang aktif dan dinamis berkaitan dengan banyak hal. Salah satunya dengan keberadaan galeri. Sejak tahun lalu, di sisi selatan Yogya muncul galeri baru, Tahunmas Artroom di bilangan Kasongan, Kabupaten Bantul. Kabupaten yang dihuni banyak seniman dan punya perguruan seni terkemuka, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta,  ini pun kian semarak.

Meski berada di pusat kerajinan keramik Kasongan, galeri ini memang merupakan galeri seni rupa sehingga berbeda dengan ruang pamer (showroom) keramik di sekitarnya. Galeri ini pun awalnya adalah ruang pamer keramik milik Timboel Keramik, perusahaan keramik terkemuka  yang mempunyai sejumlah outlet di Kasongan.

Tahunmas Artroom dan Timboel Keramik dimiliki dan dikelola oleh Timbul Raharjo, seniman keramik yang terbilang komplit. Sebagai seniman, ia banyak menghasilkan inovasi bentuk dan gaya keramik. Ia besar di Kasongan, lantas menempuh pendidikan formal di jurusan kriya ISI Yogyakarta.  Ia menyelesaikan program pascasarjana S2 dan S3 dari Universitas Gadjah Mada, serta menjadi pengajar di ISI Yogyakarta.

Menurut manajer Tahunmas, Dian Ajeng Kirana, pendirian Tahunmas didedikasikan untuk dunia seni rupa. Selain itu untuk mengakomodasi dan mendukung kegiatan seni di Yogyakarta. Apalagi, lanjut Ajeng, di sisi selatan jumlah galeri masih sedikit karena sebagian besar galeri ada di kota.

Awal peresmian galeri ini, 24 Januari 2015, kata Ajeng, ditandai dengan pameran bertajuk Realistic yang dikuratori Mikke Susanto dan melibatkan 11 perupa kondang, antara lain Pupuk Daru Purnomo, Sigit Santosa, Sentot Widodo dan Deddy PAW. Setelah itu sejumlah pameran digelar baik pameran bersama maupun pameran tunggal. Misalnya, pameran tunggal Bob Sick Yudhita Agung, Pramono Irianto, Poniman, dan lainnya.  Pameran lain yang diselenggarakan Tahunmas adalah Sehari Boleh Gila, bekerja sama dengan Program Pascasarjana ISI Yogyakarta karena ini adalah acara tahunan Pascasarjana ISI.

Ajeng juga menjelaskan, selain pameran yang diselenggarakan oleh Tahunmas, galeri ini juga disewakan. Nominalnya Rp 2.000.000 untuk tujuh hari pameran. Tahunmas juga mengadakan workshop melukis untuk umum.

Ada satu program yang menarik, yakni pameran Move Art. Program ini dilakukan melaluiopen call bagi semua seniman, baik yang sudah kondang atau belum. Seniman yang lolos seleksi diganjar dengan pameran gratis. Pada tahun lalu program ini sudah berjalan beberapa kali. Sedangkan tahun ini, pameran Move Art #1 justru mengawali kegiatan pada 18 Januari 2016.  Kemudian Move Art #2 kini sedang diselenggarakan, pada 28 Maret-16 April. Rencananya, kata Ajeng, tahun ini Move Art akan diadakan 3-4 kali.

Program pameran lainnya cukup prestisius, yakni pameran yang menampilkan karya-karya perupa kondang, seperti pameran Realistic pada tahun lalu. Menurut Ajeng, pameran semacam rencananya ini akan diadakan 2-3 kali dalam setahun. Pada perayaan satu tahun galeri ini misalnya, Tahunmas menggelar pameran Sekaliber pada 18 Februari-18 Maret lalu. Sekaliber melibatkan 22 perupa kondang, yakni Agus Baqul, Alex Luthfi, Bambang Pramudiyanto, Basuki Prahoro, Dedy Sufriadi, Hedi Hariyanto, Heri Kris, Januri, Katirin, Klowor Waldiyono, Komroden Haro, Laksmi Shitaresmi, Lutse Lambert Daniel Morin, Melodia, Nasirun, Susilo Budi Puwanto, Syahrizal Koto, Timbul Raharjo, Ugo Untoro, Wara Anindyah, Win Dwi Laksono dan Zulfa Hendra.

Galeri ini buka sejak pukul 10.00, dan tutup pada pukul 18.00, lebih cepat dibanding tahun lalu pada pukul 20.00 tapi lebih lambat dibanding toko-toko kerajinan di sekitarnya yang biasanya tutup pukul 16.00-17.00.

Naskah dan foto:Barata

Pameran seni rupa, Sekaliber, Tahunmas Artroom Pameran seni rupa, Sekaliber, Tahunmas Artroom Pameran seni rupa, Sekaliber, Tahunmas Artroom Pameran seni rupa, Sekaliber, Tahunmas Artroom Pameran seni rupa, Sekaliber, Tahunmas Artroom SENI RUPA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 15-04-16

    Panyutra, Sejarah Ka

    Sejarah kampung merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari warga yang menghuninya. Ia menjadi identitas, kebanggan, dan bahkan tali pengikat... more »
  • 15-04-16

    Belajar dari Kegigih

    Nama Dr Sardjito bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, tentu sudah tidak asing lagi. Karena nama itu, sekarang ini dijadikan nama Rumah Sakit... more »
  • 14-04-16

    Upaya Keras Melestar

    Judul    : Upaya Pelestarian Situs Kota Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur 1983 – 1995 Penulis      :... more »
  • 14-04-16

    100 Puisi Yuliani Ku

    Antologi puisi yang diberi judul ‘100 Puisi Yuliani Kumudaswari’ karya Yuliani Kumudaswari, penyair yang tinggal di Sidoarjo, akan di-launching di... more »
  • 14-04-16

    Menu Vegan Serba Seh

    Makan sehat dan nikmat tentu menjadi dambaan semua orang. Nah, untuk bulan April 2016 ini secara khusus Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya... more »
  • 13-04-16

    Denmas Bekel 13 Apri

    Denmas Bekel 13 April 2016 more »
  • 13-04-16

    Pameran Keramik Tiga

    Pameran keramik di Tirana House yang berakhir pada 5 April lalu bisa dikatakan sebagai penegasan atas lahirnya sarjana perupa. Perupa yang dihasilkan... more »
  • 13-04-16

    Iqbal, Puisi dan Bio

    Penyair muda penuh bakat ini namanya Iqbal H Saputra, yang biasa dipanggil Iqbal. Lahir di Belitong, 8 November 1989, dan kini tinggal di Yogya.... more »
  • 12-04-16

    Eksplorasi Tanpa Beb

    Berkesenian sejatinya adalah sebuah proses. Penegasan pada proses ini berulang kali disampaikan sejumlah seniman terkemuka, baik sastrawan, pemain... more »
  • 12-04-16

    Bercermin dari Kehan

    Memasuki ruang pamer di Museum Perjuangan Yogyakarta, pertama-tama koleksi yang dihadirkan adalah replika kapal layar VOC, hasil rempah-rempah, dan... more »