Pameran Seni Rupa Tropis, Pameran Keberagaman

12 Apr 2016 Tropis: Keragaman Nusantara, itulah tema yang diambil dalam pameran seni rupa bersama angkatan 2014 Pasca-Sarjana ISI Yogyakarta. Pameran dilaksanakan di Bentara Budaya Yogyakarta pada 5-13 April 2016.

Ada pun yang berpameran adalah Achmad Oddy Widyantoro, Aditya Hedianto Wibowo, Ahmad Zakiy Ramadhan, Angki Muttaqien, Devy Ika Nurjanah, Didung Putra P., S.Sn., Dina Kristiana Seftianingsih, Fitria Damayanti, Heri Nugroho, I Gusti Agung Bagus Ari Maruta, I Wayan Putra Eka Pratama, I Wayan Nain Febri, Jatmiko Wicaksono, Ine Racmawati, Lisa Umami, Mandella Majid, Maria Magdalena N.W., Mega Shelli Bastiani, Muhammad Firdaus Faishol, Ni Luh Pangestu Widya Sari,  Nicolson R. Thomas (Nico Thomas), Ningroom Adiani, Nofrizaldi, Novan Jemmi Andrea, Pandu Mahendra, RI Aspagura, Robert Christianto, Septian Puji Andriyanto a.k.a Panjoel, Stri Agneyastra Dite, dan Yusuf Fadly Aser.

Tema Tropis dipilih karena dilatarbelakangi oleh pendekatan konsep oposisi biner. Misalnya musim hujan dan kemarau. Hujan dan kemarau mewakili dua kutub yang berbeda namun saling melengkapi, menghidupkan banyak hal yang ada di tengah-tengahnya serta menghasilkan keragaman seperti flora, fauna dan budaya tropis. Hal demikian dapat juga dianggap mempresentasikan para perupa (peserta pameran) yang berlatar belakang seni dan non-seni.

Setiap perupa tentu memiliki tendensi, gagasan, dan hal-hal spesifik lain yang mempengaruhi dan akhirnya memunculkan gagasan dan ekspresi yang beragam. Dalam balutan tema Tropis, gagasan-gagasan tersebut dibedah secara spesifik melalui rangkaian metode penciptaan hingga penampilan karya yang pada gilirannya dapat mencerminkan pemahaman estetika yang dialektis antara perupa dan penikmatnya.

Keputusan mengusung tema Tropis pada akhirnya merupakan sebuah pilihan yang mewakili keterbukaan berkaitan dengan keberagaman variasi penciptaan dan penerapan seni. Artinya, secara konseptual tidak menukik lebih jauh secara bersama (kelompok) ke arah filosofis-spiritual (meskipun secara individu beberapa perupa memang tampak mengarah ke sana).

Sejak embrionya kita sebagai bangsa Indoensia memang telah disadarkan pada letak geografis yang menjadi perlintasan/persilangan budaya. Berbicara tentang keaslian, orang bisa bertanya ulang, keaslian yang mana ? Sebagai manusia Indonesia sangat dimungkinkan kita adalah manusia campuran antara pribumi dengan India, Cina, Kamboja, Arab, Belanda, Spanyol, Portugis, Jepang, dan lain sebagainya. Pada sisi ini tidak ada lagi absolut-absolutan kecuali nilai multidimensional; universal sebagai manusia ciptaan Tuhan dan menggenggam nilai-nilai pluralitas yang tanpa kehilangan akar dan identitas diri sebagai manusia Indonesia yang menyongsong pasca-etnis, pasca-adat, pasca-pulau, dan seterusnya. Ir Soekarno sendiri menyatakan bahwa bangsa Indonesia tidak terbentuk berdasarkan warna kulit atau paras muka etnis tertentu, tetapi atas hasrat menyatukan diri.

Kita adalah sebentuk kesatuan baru yang sekaligus memasuki abad eksperimental yaitu abad atom, informatika, bioteknologi, petrokimia sekaligus dengan radiasi, polusi, pengangguran, eksploitasi alam dan segala macam sifat self destructive. Hal ini belum lagi ditambah dengan wacana-wacana modernitas yang sampai saat ini sesungguhnya juga belum dimiliki atau dikuasai namun kemudian telanjur dan dengan terpaksa sudah postmo. Barangkali ini ironi dan sekaligus tragika yang menjadi tantangan dari apa yang kita sebut sebagai sebentuk kesatuan baru tersebut.

Naskah dan foto:a.sartono

Dinamika dalam Tubuh, 120 x 180 cm, akrilik pada kanvas, 2016, karya I Gusti Agus Bagus Ari Maruta, difoto: Jumat, 8 April 2016, foto: a.sartono Republik Kwek Kwek, 120 x 150 cm, video instalasi, 2015, karya Heri Nugroho, difoto: Jumat, 8 April 2016, foto: a.sartono Tirai Penerang dalam Kegelapan Duniawi, 150 x 100 x 15 cm, janggel jagung, 2016, karya Ningroom Adiani, difoto: Jumat, 8 April 2016, foto: a.sartono In Oil We Trust, 28 x 55 x 65 cm,mixed media, 2011, karya Pandu Mahendra, difoto: Jumat, 8 April 2016, foto: a.sartono Nurhayati, video instalasi, 2016, karya Stri Agneyastra Dite, difoto: Jumat, 8 April 2016, foto: a.sartono Jerat Pelengkung, 122 x 122 cm, hardboardcut, 2016, karya Ni Luh Pangestu Widya Sari, difoto: Jumat, 8 April 2016, foto: a.sartono Untitled, 120 x 80 x 70 cm, tanah liat dan cat akrilik, 2016, karya Muhammad Firdaus Faishol, difoto: Jumat, 8 April 2016, foto: a.sartono SENI RUPA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 16-04-16

    Masuk Mangsa Kasebel

    Pranatamangsa masuk mangsa Kesebelas atau disebut Desta. Mangsa Desta ini umurnya 23 hari, mulai 19 April s/d 11 Mei. Candranya ‘Sotya Sinarawedi’... more »
  • 16-04-16

    Karya Seni Serba Bes

    Pameran lukisan Maman Rahman dan Dwi Martono yang dilaksanakan di Taman Budaya Yogyakarta  (TBY) 14-23 April 2016 menyuguhkan ukuran lukisan... more »
  • 16-04-16

    Baso Oen yang Gurih

    Kualitas baso tak pernah lepas dari kualitas dagingnya. Begitu pun dengan baso di warung Baso Oen di Jalan Parangtritis Km 7, Sewon, Bantul. Melihat... more »
  • 15-04-16

    Panyutra, Sejarah Ka

    Sejarah kampung merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari warga yang menghuninya. Ia menjadi identitas, kebanggan, dan bahkan tali pengikat... more »
  • 15-04-16

    Belajar dari Kegigih

    Nama Dr Sardjito bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, tentu sudah tidak asing lagi. Karena nama itu, sekarang ini dijadikan nama Rumah Sakit... more »
  • 14-04-16

    Upaya Keras Melestar

    Judul    : Upaya Pelestarian Situs Kota Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur 1983 – 1995 Penulis      :... more »
  • 14-04-16

    100 Puisi Yuliani Ku

    Antologi puisi yang diberi judul ‘100 Puisi Yuliani Kumudaswari’ karya Yuliani Kumudaswari, penyair yang tinggal di Sidoarjo, akan di-launching di... more »
  • 14-04-16

    Menu Vegan Serba Seh

    Makan sehat dan nikmat tentu menjadi dambaan semua orang. Nah, untuk bulan April 2016 ini secara khusus Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya... more »
  • 13-04-16

    Denmas Bekel 13 Apri

    Denmas Bekel 13 April 2016 more »
  • 13-04-16

    Pameran Keramik Tiga

    Pameran keramik di Tirana House yang berakhir pada 5 April lalu bisa dikatakan sebagai penegasan atas lahirnya sarjana perupa. Perupa yang dihasilkan... more »