Karya Seni dalam Kemeriahan Dies Natalis ke-66 UGM

22 Dec 2015

Pameran ini sudah berlangsung sejak 12 Desember 2015, dan akan berakhir pada 31 Desember 2015. Gapura, kependekan dari Gabungan Perupa Yogyakarta, yang mengisi pameran ini. Pameran ini adalah salah satu bentuk dari apresiasi itu UGM terhadap perkembangan seni rupa di Yogyakarta.

Lukis berjudul ‘Meja Kehidupan’ karya Lucia Hartini dipajang di ruang pamer Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosumantri (PKKH) UGM. Lukisan ini merupakan satu dari 150 karya seni rupa, yang terdiri dari patung, kriya, grafis dan seni lukis, yang mengisi pameran ‘GamaArt’ dalam rangkaian Dies Natalis ke-66 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Pameran ini sudah berlangsung sejak 12 Desember 2015, dan akan berakhir pada 31 Desember 2015. Gapura, kependekan dari Gabungan Perupa Yogyakarta, yang mengisi pameran ini. Para perupa Yogya berinteraksi dengan lembaga pendidikan, dalam hal ini UGM. UGM, rupanya apresiatif terhadap perkembangan seni rupa di Yogya, pameran ini adalah salah satu bentuk dari apresiasi itu.

“Saya mengajak kepada semua pihak untuk lebih mengasah cita rasa seni kita melalui apresiasi hasil hasil karya seni sebagai wujud baktinya UGM pada pembangunan manusia Indonesia yang berkarakter dan berbudaya,” kata Rektor UGM Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, Ph.D.

Selain dipajang di ruang pamer PKKH UGM, karya-karya patung ada yang dipamerkan di area taman setelah memasuki Bundaran UGM. Memasuki arena ini, di atas rerumputan, kita bisa melihat karya-karya patung yang dipamerkan, salah satunya karya berjudul ‘Aku dan Debu’ karya Komroden Haro. Visual karya berupa seekor kuda berwarna putih, yang berdiri di atas rumput hijau, seolah menyambungkan dari karya Lucia Hartini, ‘Meja Kehidupan.’

Dalam kata lain, karya-karya yang dipajang di ruang pamer maupun di luar ruang, memberi makna bagi Dies Natalis ke-66 UGM, bahwa sebagai satu ruang, UGM memberi kehidupan bagi yang lain. Kehidupan bukan hanya dalam konteks ekonomis, tetapi juga dalam konteks intelektual.

Maka, satu lukisan dari Nana Teja, yang diberi judul 'Listening Like Gandhi,’yang memang menampilkan sosok Mahatma Gandhi, seolah hendak berbisik pada UGM, bahwa lembaga pendidikan ini perlu mengikuti jejak Gandhi, yang bijak dan peduli pada bangsa dan negaranya.

Sosok 'Kuda' di luar UGM dan 'Meja Kehidupan' di dalam UGM serta kebijaksaan dan kepedulian Gandhi, kiranya merupakan tiga kisah yang terkait, dan teramu dalam semua karya seni rupa, yang pada akhirnya akan menemukan ‘Pembebasan (Irian Barat)” seperti pada judul karya patung Edhi Sunarso.

UGM sesungguhnya sudah lama menjadi simpul budaya di Yogya. Bahkan interaksi kebudayaan antara Pusat Studi Kebudayaan (PSK) UGM semasa Umar Kayam dan rektor UGM ketika dijabat Sukaji, dengan masyarakat sangat kental. Bahkan, UGM melalui PSK menyelenggarakan pesta kebudayaan bagi warga masyarakat.

Kiranya, pameran seni rupa 'GamaArt’ ini bukan hanya sekali lewat, lantaran ada dies natalis, melainkan merupakan titik awal agar UGM sebagai lembaga pendidikan tinggi membuka ruang terhadap dinamika kebudayaan di Yogya. Tidak harus, kebudayaan berpusat di UGM, melainkan melalui lembaga pendidikan tinggi ini, dinamika kebudayaan di Yogya membentuk watak bangsa, yang lebih terbuka dan toleran terhadap hal-hal lain, lebih-lebih terhadap keberagaman.

Naskah dan foto: Ons Untoro

Meja Kehidupan lukisan karya Lucia Hartini dipajang di ruang pamer PKKH UGM, foto: Ons Untoro Listening Like Gandhi, karya Nana Teja dipajang di ruang pamer PKKH UGM, foto: Ons Untoro Aku dan Debu, patung karya Komroden Haro dipajang di area taman UGM, foto: Ons Untoro SENI RUPA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 31-08-16

    Rujukan untuk Mengen

    Judul            : Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Penulis        ... more »
  • 30-08-16

    “Paket Kemerdekaan”

    Agustus tiba, Agustus pergi. Layaknya pengulangan yang tak akan berhenti, Agustus di Indonesia adalah perayaan yang memiliki “paketnya” sendiri.... more »
  • 30-08-16

    Wilayah Praja Mangku

    Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, tidak hanya terkenal setelah dibangunnya Kompleks Pemakaman Keluarga Suharto, Presiden RI ke-2... more »
  • 29-08-16

    Monolog dan Gerak Pu

    Dua puisi karya Resmiyati, yang dimuat dalam antologi puisi ‘Membelah Bulan’, masing-masing berjudul ‘Katresnan’ dan ‘Sephia 2’ diolah dalam bentuk... more »
  • 29-08-16

    Buku Pelajaran Sejar

    Judul            : Leerboek der Geschiedenis van Nederlandsch Oost-Indie Penulis  ... more »
  • 29-08-16

    Kawasan Panggung Kra

    Panggung Krapyak adalah salah satu bangunan cagar budaya yang berlokasi di Dusun Krapyak, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul... more »
  • 27-08-16

    Bayi Kelahiran Mangs

    Pranatamangsa: memasuki Mangsa Surya III Mangsa Katelu, 25 Agustus sampai dengan 17 September 2016, umur 24 hari. Candrane: Suta Manut ing Bapa,... more »
  • 27-08-16

    Topeng, Tradisi yang

    Topeng, merupakan salah satu koleksi di Museum Tembi Rumah Budaya Yogyakarta. Ada sekitar 15 topeng kuno yang dikumpulkan oleh Bapak Drs P Swantoro,... more »
  • 27-08-16

    Pameran Kriya Besar

    Tanggal 22-28 Agustus 2016 secara khusus Jogja Gallery, di Jl Pekapalan 1, Alun-alun Utara Yogyakarta  menyelenggarakan pameran besar kriya... more »
  • 26-08-16

    Teater Gandrik Penta

    Lakon “Orde Tabung” karya Heru Kesawa Murti akan dipentaskan Teater Gandrik dalam bentuk dramatic reading di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (... more »