Aji Prasetyo Kembali Mengomel lewat “Teroris Visual”

21 May 2015 “Ketika orang membeli karya saya, itu bukan membeli gambarnya. Mereka membeli opini saya. Mereka ternyata suka dengan opini saya walaupun juga banyak yang tidak suka. Berarti tutsnya di situ, mereka tertarik dengan cara saya berpikir serta menganalisa dan saya sangat menikmati hal itu,” kata Aji.

Aji Prasetyo Kembali Mengomel lewat “Teroris Visual”,13 Mei 2015, foto : Beatrix Imelda
Dari kiri Ifan Ismail(editor)-Aji Prasetyo(komikus)-Hikmat Darmawan(moderator)

Komikus kelahiran Malang 11 Desember 1976 ini meluncurkan karyanya berupa komik opini “Teroris Visual” pada Senin, 11 Mei 2015, dalam rangkaian acara besar “Retrospektif Komik Indie” selama bulan Mei di Bentara Budaya Jakarta. Dengan diskusi yang dipandu oleh Hikmat Darmawan dan Ifan Ismail sebagai editor, selama hampir dua jam diskusi yang tidak hanya dihadiri oleh media namun juga para pemerhati dan pencinta komik indie ini berlangsung cukup hangat.

Dalam diskusi tersebut, Aji Prasetyo membeberkan banyak hal tentang karyanya yang muncul setelah lima tahun “disangka” vakum dan mengurus hal lain di luar komik. Karya komik dia yang berjudul “Hidup Itu Indah” di tahun 2010 cukup mengundang kontroversi karena menyinggung masalah penutupan lokalisasi dari sudut pandang sosial serta kemanusiaan. Komiknya itu diboikot dan dikecam oleh banyak pihak.

Kali ini dalam “Teroris Visual”, Ajie menyampaikan isi pemikiran dan analisanya yang dia dianggap meresahkan masyarakat, tetapi tidak ada yang bertindak cukup nyata untuk menanggulangi hal tersebut, mulai dari pemasangan poster caleg yang ramai dilakukan dalam pilkada. Misalnya: ada orang yang terkena depresi sampai pergi ke psikiater karena dia tidak tahan melihat banyak poster caleg yang ramai dipasang dimana saja.

Aji Prasetyo Kembali Mengomel lewat “Teroris Visual”,13 Mei 2015, foto : Beatrix Imelda
caption foto: Komik Opini Teroris Visual

Ajie juga menyinggung tentang pendidikan, pergerakan media dalam menyampaikan informasi namun dalam teknisnya malah tidak berjalan sesuai prosedur, pegawai negeri, dan lain-lainnya dengan cukup kritis.

Kritik sosial yang disampaikan oleh Aji diharapkan dapat menggugah hati nurani banyak orang yang membaca untuk bisa lebih tergerak dan bertindak nyata, tidak hanya sekedar memandangi permasalahan tersebut. Jabatannya sebagai ketua di Lembaga Kajian Seni Budaya Urban Universitas Islam Raden Rahmat (UNIRA) di Malang dan komunitas lainnya menjadi bukti bahwa seorang Aji Prasetyo bukan sekadar komikus yang rajin menyentil, tetapi juga memberi contoh tindakan nyata dari hasil karyanya.

Naskah dan foto
Beatrix Imelda S

SENI RUPA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 03-08-15

    Sendang Kali Ayu Dod

    Sendang Kali Ayu ini dulu dibuat atau ditemukan oleh Mbah Ronowijoyo. Kisahnya, pada suatu ketika Mbah Ronowijoyo kedhuk-kedhuk (menggali tanah) di... more »
  • 03-08-15

    Wayang Pesisiran Tam

    Ki Tri Luwih Wiwin Nusantara dari Kayen, Kota Pati, Jawa Tengah, mendapat kesempatan tampil mendalang, lengkap bersama rombongan pengrawit serta... more »
  • 01-08-15

    Hari Baik dan Hari J

    Orang yang lahir pada Selasa Kliwon, pada periode usia 0 s/d 12 tahun, adalah ‘PA’ Pandhita, baik. Usia 12 s/d 24 tahun, adalah ‘SA’ Sunan, baik.... more »
  • 01-08-15

    Tajong Samarinda Dib

    Tajong Samarinda pada mulanya dibawa oleh para pendatang Suku Bugis Wajo yang berpindah ke Samarinda karena tidak mau patuh pada perjanjian Bongaja... more »
  • 01-08-15

    UU Tata Niaga Gula d

    Di Perpustakaan Tembi tersimpan dengan baik buku lawas ini yang berisi tentang undang-undang tata niaga gula di Hindia Belanda. Peraturan ini... more »
  • 31-07-15

    Kue Cubit Kudapan Po

    Berawal dari makanan cemilan gerobak yang banyak dijual di sekolah-sekolah dasar, kue mungil berbahan dasar tepung ini semakin populer bahkan “naik... more »
  • 31-07-15

    mas Bekel

    mas Bekel more »
  • 28-07-15

    Masalah Ekologi Indo

    Buku ini berisi tentang masalah ekologi terutama di Indonesia dalam perspektif dekade 1950-an. Pertambahan jumlah penduduk mau tidak mau memang akan... more »
  • 28-07-15

    From The New World d

    Indonesian Youth Symphony Orchestra (IYSO) kembali tampil di Tembi Rumah Budaya dengan melibatkan banyak anggota Sri Aman Orchestra, Malaysia,... more »
  • 28-07-15

    Penggurit Dua Kota A

    Para penggurit dari dua kota, Yogyakarta dan Surabaya, akan tampil bersama dalam launching antologi geguritan karya masing-masing penggurit, Jumat 31... more »