Wanita pun mendapat kesempatan Ngendang

04 Dec 2015

Para pecinta macapatan yang hadir pada acara macapat malam Rabu Pon di Tembi Rumah Budaya pada 24 November 2015, ingin tahu siapakah pengendangnya. Ternyata pengendangnya adalah seorang perempuan.

Ketika gendhing berkumandang, terdengar pula suara kendang (gendang) yang berperan sebagai pengatur irama. Para pecinta macapatan yang hadir pada acara macapat malam Rabu Pon di Tembi Rumah Budaya pada 24 November 2015, ingin tahu siapakah pengendangnya. Ternyata pengendangnya adalah seorang perempuan.

Tidak seperti biasa, atau dapat dikatakan jarang sekali, seorang perempuan menjadi pengendang, walaupun pada kelompok karawitan ibu-ibu sekali pun. Memang pengendang perempuan tidak seterampil pengendang laki-laki, namun seorang perempuan pun dapat menjadi pengendang yang baik, sebagaimana ibu Partini. Pengendang Kelompok Karawitan Mlathi Laras dari Sragan Pundong Bantul ini menunjukkan kemampuannya pada acara macapat malam itu. Walaupun bunyi keplakan kendang belum terlalu jelas antara bunyi; ket, tak, thong, tung, dan dhang, namun sebagai pengatur irama serta cara memberi aba-abanya sudah cukup jelas.

Menurut Slamet Sutopo S Sn, paguyuban karawitan yang sebagian besar terdiri dari ibu-ibu tersebut sudah berlatih selama dua tahun. Sebagai pelatih dirinya cukup puas melihat semangat para ibu-ibu dalam berlatih gamelan. Mereka dengan susah payah telah menyisihkan waktu di sela-sela kesibukannya sebagai guru, pegawai serta ibu rumah tangga.

Oleh karenanya ia tidak berharap terlalu muluk atas hasil yang dicapai dalam latihan karawitan ini. Bukanlah hasil yang menjadi tujuan. Karena jika melihat hasil tentunya para pecinta macapat yang hadir akan kecewa. Lain halnya jika yang dilihat prosesnya. Tentunya mereka akan maklum atas segala keterbatasan dan kekurangannya, ‘wis pira-pira gelem belajar gamelan.’ Karena di dalam proses latihan itu akan nampak bagaimana mereka menghidupi kesenian karawitan dengan segala keterbatasannya.

Lepas dari itu semua, kehadiran mereka telah menambah semarak acara macapatan malam Rabu Pon putaran ke-142. Lebih dari 80 pecinta macapat dan pecinta karawitan hadir. Ada tiga jenis tembang yang dicetak dalam buku panduan yaitu tembang Sinom, Durma dan Mijil. Ketiga tembang yang diambil dari serat Centhini tersebut menceritakan penjelasan Seh Matyasta kepada Mas Cebolang mengenai sebuah profesi seperti pada-pada atau bait-bait berikut ini:

2. mangkya panglimpingan wêrdi pêrlambangan 
kang pinitaya dadi 
anjuru pralambang 
olah jangkaning praja 
pangsingsingan wêrdinèki 
pan sabarangan 
kang winênangkên yêkti

3. Ambawahkên pra wadya kriya sadaya 
êmpu pandhe maranggi 
pangukir pakriyan 
kêmasan myang panatah 
tapêl sayang gêmblak gêndhing 
puntu iyaga 
tluk gêbyar wlantên gêrji

4. Tukang corèk panyungging lan adiwarna 
mataya anung uni 
gamêl lan panêgar 
dene pakaryanira 
bangkit amrantèn-mrantèni 
sarta rumêksa 
lawan bangkit nandangi

Kesemarakan serta keceriaan malam Rabu Pon menjadi lengkap dengan hadirnya Ign. Wahono dan Angger Sukisno, pasangan yang mampu saling mengisi dan melengkapi. Sebagai pemandu berpengalaman tentunya mereka tahu apa yang dibutuhkan sebagai pemandu acara khusus seperti ini, yaitu macapatan yang di tengah-tengahnya diselingi gendhing-gendhing Jawa.

Naskah dan foto: Herjaka HS

Macapatan malam Rabu Pon putaran ke-142, 24 November 2015, foto: Herjaka HS Macapatan malam Rabu Pon putaran ke-142, 24 November 2015, foto: Herjaka HS Macapatan malam Rabu Pon putaran ke-142, 24 November 2015, foto: Herjaka HS Macapatan malam Rabu Pon putaran ke-142, 24 November 2015, foto: Herjaka HS Macapatan malam Rabu Pon putaran ke-142, 24 November 2015, foto: Herjaka HS SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 08-12-15

    Catatan Bung Tomo Te

    Karena terlibat secara langsung, tidak heran apabila Bung Tomo bisa menggambarkan pertempuran Surabaya secara detail. Seperti sebuah peristiwa ketika... more »
  • 08-12-15

    Joglo di Bantul Buat

    Kompleks bangunan rumah joglo milik Raditya Wahyu Kumara ini seluas sekitar 900 m persegi. Luas tanah sekitar 1.960 meter persegi. Rumah ini... more »
  • 07-12-15

    Ki Margiono Suguhkan

    Ki Margiono (65), dalang senior yang juga dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan Pedalangan membawakan lakon Kumbakarno Gugur dengan serius... more »
  • 07-12-15

    Lampah Kasiswan, Aja

    Buku ini tidak dijelaskan bahasa aslinya dan tahun penciptaannya. Namun demikian, terjemahan dalam bahasa Jawa dicetak tahun 1938. Buku terjemahan... more »
  • 05-12-15

    Cablek-Cablek Lemut

    Dari sekian abdi/pembantu, abdi yang bertugas cablek-cablek lemut umumnya adalah orang yang memang tidak memiliki kemampuan khusus yang bisa... more »
  • 05-12-15

    Tergiur Manisnya Bib

    Ternyata kemangkiran Adipati Gendrasekti disebabkan oleh karena ia sibuk bersuka ria dengan seorang ledhek (penari) yang bernama Sariti. Bahkan... more »
  • 05-12-15

    Kesatuan Militer Keb

    Pasukan Siliwangi pada awal berdirinya tidak tampil sebagaimana idealnya sebuah pasukan. Penampilannya sederhana bahkan bisa dikatakan memprihatinkan... more »
  • 05-12-15

    Sabtu Kliwon Ini Har

    Sabtu Kliwon, 12 Desember 2015, kalender Jawa tanggal 29, bulan Sapar, tahun 1949 Jimawal, hari baik untuk berbagai macam keperluan. Namun jika pergi... more »
  • 04-12-15

    Festival Teater Jaka

    Tatanan estetika panggung dan tata cahaya menjadi tema besar perhelatan akbar tahunan Festival Teater Jakarta yang ke-43. Bagaimana pekerja teater... more »
  • 04-12-15

    Museum Benteng Vrede

    Event museum di malam hari diminati oleh para pengunjung, terutama kaum muda. Apalagi, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tampak begitu romantis... more »