Ujug-ujug Musik Di Sastra Bulan Purnama

25 Jul 2016 Namanya ‘Ujug-Ujug Musik’, karena memang semua personilnya bermain musik. Bukan kali pertama kelompok ini tampil di Sastra Bulan Purnama. Penampilannya pada Rabu, 20 Juli 2016 di Pendhapa Tembi Rumah Budaya, pada acara Sastra Bulan Purnama ke-58, merupakan yang kesekian kalinya.

Kalimat ‘Ujug-Ujug Musik’ memang menggunakan kosa kata bahasa Jawa, terutama pada kata ‘Ujug’Ujug’, yang artinya kira-kira mendadak, atau tiba-tiba, meskipun dua kata dalam bahasa Indonesia itu menghilangkan nunasa dari kata ‘Ujug-Ujug’, tapi kiranya bisa memberikan imajinasi mengenai arti dari kata itu.

Personil dari “Ujug-Ujug Musik’ adalah Joel Merzy memegang gitar, Nyoto Yoyok memainkan gitar dan Iqbal Saputra memainkan biola. Sedangkan dua penyanyi atau pembaca puisi dari kelompok ini Ana Ratri dan Sashmyta Wulandari.

Pada penampilannya di Sastra Bulan Purnama edisi ke-58, yang diisi dengan launching antologi puisi ‘Tancep Kayon’ Ana Ratri membacakan puisi berjudul ‘Asmarandana  Sinta’ karya Jack Effendi dan Sashmyta membacakan puisi berjudul ‘Penantian Amba’ karya Budhi Setyawan. Kedua penyair ini, saat launching antologi puisi tidak hadir.

Perpaduan antara membaca puisi dan lagu puisi merupakan ciri khas dari ‘Ujug-Ujug Musik’,  setidaknya sering dilakukan oleh Ana Ratri, yang memadukan antara bernyanyi dan membaca puisi, atau hanya menyanyi atau membaca puisi. Ana Ratri, dalam setiap penampilannya selalu menyajikan ekspresi yang sungguh-sungguh, sehingga terlihat sekali dia menghayati puisinya.

Mimik mukanya selalu menghadirkan ekspresi atas penghayatan pada puisi yang sedang dibacakan atau dilagukan, sehingga pada satu momentum, ekspersi wajahnya terlihat sedang memejamkan mata, pada momentum yang lain ekspresi tersenyum, tampak seperti bahagia atau lega. Pada momentum yang lain lagi wajahnya menengadah dan tangannya diangkat ke atas atau ke samping.

Sashmyta tampil hampir sama dengan Ana Ratri, ekspresi wajahnya memberikan kesan kalau dia sungguh menghayati puisi yang sedang dibacakan, dan dari mimik muka kita bisa tahu bagaimana ekspresi itu dihadirkan.

Ujug-Ujug Musik seperti telah menentukan pilihan penampilannya, ialah memadukan antara musik, pembacaan puisi dan lagu puisi. Keduanya dipadukan dan terkadang diselang-seling. Pilihan alat musiknya gitar dan biola. Masing-masing alat musik ini saling mengisi sehingga memberikan nuansa pertunjukannya.

Dalam penampilannya, seringkali ‘Ujug-Ujug Musik’ menggarap puisi karya penyair lain, setidaknya penyair yang sedang tampil di Sastra Bulan Purnama, dan terkadang dilengkapi puisi karya Ana Ratri.

Di Tembi Rumah Budaya, Ujug-Ujug musik tidak hanya tampil di Sastra Bulan Purnama, tetapi pernah pula tampil dalam acara pembukaan pameran, misalnya pameran lukisan karya Jupri Abdullah atau karya S.Wandhi, pelukis dari Sidoarjo, dan dalam penampilannya, kelompok musik itu menggarap puisi karya Ana Ratri.

Dari personil ‘Ujug-Ujug Musik’, selain Ana Ratri, ada Iqbal Saputra yang memegang biola, yang sekaligus penyair dan pembaca puisi yang bagus. Artinya, Ujug-Ujug musik memang terbiasa bergelut dengan sastra, khususnya puisi, dan pilihannya menggarap puisi menjadi lagu atau pertunjukan.

Rasanya, Kehadiran ‘Ujug-Ujug Musik’ menambah hitungan kelompok musik, yang mengambil puisi sebagai bahan utama untuk diekspresikan. Karena, selain ‘Ujug-Ujug Musik’ ada kelompok lain yang terus berproses dan berkreasi, bahkan jauh lebih lama dibanding Ujug-Ujug Musik.

Ons Untoro
Foto:Barata

Kelompok Ujug-Ujug Musik mengiringi Sashmuta Wulandari membaca puisi dalam Acara Sastra Bulan Purnama di Pendhapa Tembi Rumah Budaya, foto: Totok Ana Ratri dalam ekspresi yang khas bersama Ujug-Ujug Musik dalam acara Sastra Bulan Purnama di Pendhapa Tembi Rumah Budaya, foto: Totok SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 01-08-16

    Macapat ke-148, Peng

    Mengikuti macapat malem Rebo Pon di Tembi Rumah Budaya ibarat mengikuti pengembaraan Mas Cebolang yang penuh dengan pengalaman kehidupan baik lahir... more »
  • 01-08-16

    Eksotisme Amphiteate

    Amphiteater merupakan salah satu spot luar ruangan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Merujuk pada aspek historisnya amphiteater... more »
  • 01-08-16

    Naura Sang Idola Cil

    Terhitung sudah dua album yang diproduksi penyanyi cilik ini, yang bernama lengkap Adyla Rafa Naura Ayu. Di usianya yang ke-8 tahun putri pertama... more »
  • 30-07-16

    Rabu Kliwon Pekan In

    Pranatamangsa: memasuki Mangsa Surya II Mangsa Karo. Usia 23 hari hari terhitung mulai 2 s/d 24 Agustus 2016. Candrane: Bantala Rengka,  artinya... more »
  • 30-07-16

    Kemah Budaya ke-10 B

    Iringan musik tradisional Jawa yang begitu rancak, bertalu-talu, dan meriah membuat para tamu undangan kemah budaya ikut manggut-manggut dan... more »
  • 30-07-16

    Dalem Kanjengan yang

    Ada beberapa bangunan penting selain kompleks makam raja-raja Mataram (Surakarta dan Yogyakarta) di Imogiri yang keberadaannya tidak terpisahkan dari... more »
  • 29-07-16

    Bincang-bincang deng

    Yok Koeswoyo adalah salah satu personil grup musik pop Koes Plus yang legendaris di Indonesia. Di masa jayanya, Koes Plus yang beranggotakan Yok, Yon... more »
  • 29-07-16

    Ki Suparman Menurunk

    Sosok raja yang rendah hati, mencintai rakyatnya dan tidak mempunyai musuh seperti Prabu Puntadewa layak mendapat anugerah Kalimasada dari Batara... more »
  • 29-07-16

    Denmas Bekel 29 Juli

    Denmas Bekel 29 Juli 2016 more »
  • 28-07-16

    Buku Peringatan 10 T

    Judul            : “Boekoe Pengetan” (Gedenkboek) Wanito-Oetomo ing Mataram Penulis  ... more »