Tergiur Manisnya Bibir Penari

05 Dec 2015

Ternyata kemangkiran Adipati Gendrasekti disebabkan oleh karena ia sibuk bersuka ria dengan seorang ledhek (penari) yang bernama Sariti. Bahkan Gendrasekti sampai tega mengusir istri pertamanya.

Tiga tahun sudah Tembi Rumah Budaya menyelenggarakan pementasan ketoprak rutin per tiga bulanan-kemudian per enam bulanan. Peringatan tiga tahun itu diselenggarakan pada Rabu malam, 2 Desember 2015 dengan lakon “Kagiwang Manising Lathi” yang kurang lebih berarti “Tergiur (Rayuan) Manisnya Bibir,” dengan sutradara Angger Sukisno.

Lakon tersebut menceritakan tentang Adipati Tandes (Adipati Gendrasekti) yang mangkir sowan ke Majapahit selama kurang lebih dua tahun. Hal ini menyebabkan Prabu Barwijaya mengutus Ki Ageng Bandar dan Raden Bagus Kuswara (adik Gendrasekti) untuk menanyakan dan menyelidiki penyebab. Seperti diketahui, mangkirnya penguasa daerah dalam pisowanan rutin ke kerajaan pusat bisa dianggap sebagai tindakan subversif atau mbalela.

Ternyata kemangkiran Adipati Gendrasekti disebabkan oleh karena ia sibuk bersuka ria dengan seorang ledhek (penari) yang bernama Sariti. Bahkan Gendrasekti sampai tega mengusir istri pertamanya yang bernama Dewi Puspasari (putri Prabu Brawijaya) dan bahkan diam-diam menyuruh Senopati Caluring untuk membuntuti dan membunuhnya. Berawal dari peristiwa ini kisah yang mengambil latar Majapahit ini digarap oleh sutradara. Ternyata Sariti justru jatuh cinta pada RB. Kuswara sementara RB. Kuswara menampiknya. Senopati Caluring sendiri mengurungkan niat untuk membunuh Dewi Puspasari dan justru ingin memperistri Dewi Puspasari.

Penyelidikan RB. Kuswara dan Ki Ageng Bandar menyebabkan mereka mengetahui akan motif tindakan Gendrasekti. Dengan berbagai pembicaraan dan bahkan perselisihan dan perkelahian, semua masalah bisa diurai dan diselesaikan. Sariti yang suka menipu, lamis, dan khianat akhirnya dihukum bersama ayahnya yang bertindak sebagai semacam calo. Dewi Puspasari kembali ke pangkuan Adipati Gendrasekti. Senopati Caluring juga dihukum.

Pada galibnya semua pemain ketoprak yang tergabung dalam Kelompk Ketoprak Jampi Puyeng pimpinan Angger Sukisno ini merupakan pemain ketoprak profesional. Akting, dialog, blocking, gesture, dan kecerdasan improvisasi bisa dikatakan tidak menjadi persoalan. Oleh karenanya dialog, pembangunan tegangan-tegangan dan konflik, pemutarbalikan logika untuk efek lucu, pemelesetan asosiasi bunyi dan makna menjadi materi yang seperti tidak habis digali oleh para pemain.

Selain itu, ada sesuatu yang relatif baru dari kelompok ketoprak ini, yakni hadirnya “bala dupak” (prajurit) yang tampil dalam keterampilan seni beladiri yang cukup indah disuguhkan sebagai tontonan. Hal ini cukup menjadi hiburan tersendiri bagi penonton sekalipun mungkin relatif mengulur waktu dari waktu bentang keseluruhan pementasan.

Adegan gandrung atau percintaan masih menjadi favorit penonton karena adegan ini menyuguhkan romantisme yang bercampur dengan kelucuan dan tembang-tembang yang membuai dan merayu hati. Adegan gandrug antara tokoh yang menolak tawaran cinta dan tokoh yang mengejar cinta juga menjadi tegangan tersendiri yang bagi sebagian besar penonton memberikan dampak jengkel, geregetan dan gemes. Tanpa disadari hal demikian juga menjadi semacam “kekangenan” tersendiri bagi penonton ketoprak.

Latar Majapahit yang diambil memang sepertinya memberikan penguatan pada kesan ketoprak yang bermain dalam cerita sejarah. Akan tetapi bukan itu sebenarnya yang disuguhkan karena pada kesejarahan sesungguhnya nama-nama tokoh ketoprak yang ditampilkan adalah hasil rekaan sutradara. Kejadian atau peristiwa yang disuguhkan dalam seluruh pengadeganan ketoprak malam itu juga rekaan. Lepas dari urusan kesejarahan/legenda, dan lain-lain, apa yang disuguhkan menjadi hiburan yang menyenangkan dan menyegarkan. Hal itu tetaplah menjadi semacam paugeran yang dipegang oleh ketoprak ini.

Naskah dan foto: a. sartono

Adipati Gendrasekti terpikat ledhek Sariti sehingga melupakan kewajibannya sebagai pimpinan kadipaten dan bawahan Majapahit, difoto: 02 Desemebr 2015, foto: a.sartono Sariti mencoba merayu Raden Bagus Kuswara (adik Adipati Gendrasekti), difoto: 02 Desemebr 2015, foto: a.sartono Dalam cemburunya Adipati Gendrasekti hendak membunuh RB. Kuswara, difoto: 02 Desemebr 2015, foto: a.sartono Senapati Caluring yang diminta untuk membunuh Dewi Puspasari justru jatuh cinta padanya dan mencoba merayunya, difoto: 02 Desemebr 2015, foto: a.sartono Tarian ledhek hal yang sangat disukai Adipati Gendrasekti, difoto: 02 Desemebr 2015, foto: a.sartono Ayah Sariti mencoba merayu abdi/dayang dari Dewi Puspasari, difoto: 02 Desemebr 2015, foto: a.sartono Keterampilan dan seni beladiri untuk pertunjukan perlu latihan tersendiri untuk keindahan sebuah seni pertunjuka/pentas, difoto: 02 Desemebr 2015, foto: a.sartono SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 08-12-15

    Catatan Bung Tomo Te

    Karena terlibat secara langsung, tidak heran apabila Bung Tomo bisa menggambarkan pertempuran Surabaya secara detail. Seperti sebuah peristiwa ketika... more »
  • 08-12-15

    Joglo di Bantul Buat

    Kompleks bangunan rumah joglo milik Raditya Wahyu Kumara ini seluas sekitar 900 m persegi. Luas tanah sekitar 1.960 meter persegi. Rumah ini... more »
  • 07-12-15

    Ki Margiono Suguhkan

    Ki Margiono (65), dalang senior yang juga dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan Pedalangan membawakan lakon Kumbakarno Gugur dengan serius... more »
  • 07-12-15

    Lampah Kasiswan, Aja

    Buku ini tidak dijelaskan bahasa aslinya dan tahun penciptaannya. Namun demikian, terjemahan dalam bahasa Jawa dicetak tahun 1938. Buku terjemahan... more »
  • 05-12-15

    Cablek-Cablek Lemut

    Dari sekian abdi/pembantu, abdi yang bertugas cablek-cablek lemut umumnya adalah orang yang memang tidak memiliki kemampuan khusus yang bisa... more »
  • 05-12-15

    Tergiur Manisnya Bib

    Ternyata kemangkiran Adipati Gendrasekti disebabkan oleh karena ia sibuk bersuka ria dengan seorang ledhek (penari) yang bernama Sariti. Bahkan... more »
  • 05-12-15

    Kesatuan Militer Keb

    Pasukan Siliwangi pada awal berdirinya tidak tampil sebagaimana idealnya sebuah pasukan. Penampilannya sederhana bahkan bisa dikatakan memprihatinkan... more »
  • 05-12-15

    Sabtu Kliwon Ini Har

    Sabtu Kliwon, 12 Desember 2015, kalender Jawa tanggal 29, bulan Sapar, tahun 1949 Jimawal, hari baik untuk berbagai macam keperluan. Namun jika pergi... more »
  • 04-12-15

    Festival Teater Jaka

    Tatanan estetika panggung dan tata cahaya menjadi tema besar perhelatan akbar tahunan Festival Teater Jakarta yang ke-43. Bagaimana pekerja teater... more »
  • 04-12-15

    Museum Benteng Vrede

    Event museum di malam hari diminati oleh para pengunjung, terutama kaum muda. Apalagi, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tampak begitu romantis... more »