Lagu Puisi Dari Ilya Kablam

03 Dec 2015

Group Lagu Puisi (GLP) dari Malaysia khusus membawakan lagu puisi di Sastra Bulan Purnama edisi ke-50. Lagunya khas lagu pop, dan suara Ilya Kablam yang enak didengar membuat lagu puisi dari GLP terasa romantis.

Kali ini, Group Lagu Puisi (GLP) dari Malaysia khusus membawakan lagu puisi di Sastra Bulan Purnama edisi ke-50, yang diselenggarakan Jumat malam, 27 November 2015 di Tembi Rumah Budaya. GLP membawakan 4 lagu, salah satunya berjudul “Dot-Dot-Dot..” . Ilya Kablam adalah penyanyi dari GLP.

GLP memang tidak tampil sendiri, melainkan didampingi grup lagu puisi dari Yogya, yakni Doni Suwung and Friends, Memet Chairul Slamet and Friends, Kavya dan Alfris and Friends. Semua kelompok mengolah puisi menjadi lagu. Hanya Memet Charirul Slamet and Friends, yang tampil mengiringi pembacaan puisi.

Prof. Dr. Irwan Abu Bakar, yang memimpin rombongan Malaysia ke Tembi Rumah Budaya mengatakan, ini kali ketiga ia dan teman-teman datang ke Tembi. Hanya saja pada kunjungan kali ini lebih fokus menampilkan lagu puisi.

“Karena, pada dua kali kunjungan sebelumnya, kami selain menampilkan lagu puisi, juga membaca puisi dan launching novel Meja 17 karya saya sendiri,” ujar Irwan Abu Bakar.

Penampilan masing-masing group memang berbeda, lebih-lebih pada penampilan Doni Suwung, yang menyajikan musik balada, yang dicampur dengan nuanasa rock, sehingga hentakan drum memecah sunyi malam sekaligus menghangatkan suasana. Doni tampil membawakan 3 lagu, yang semuanya dengan irama ‘keras’, ditambah suara Doni yang serak-serak mantap.

GLP, yang tampil pertama dengan membawakan 4 lagu puisi, tampil manis serta cantik untuk didengarkan. Lagunya khas lagu pop, dan suara Ilya Kablam yang enak didengar membuat lagu puisi dari GLP terasa romantis.

Kavya, grup lagu puisi yang terdiri dari Daladi Ahmad (gitar), Doni Onfire (biola) dan Feryna (vokal) tampil membawakan tiga lagu puisi, salah satunya karya Daladi Ahmad. Penampilan Kavya cenderung menyerupai musik pop.

Alfris and Friends tampil agak lain. Puisi digarap menjadi lagu dan dibawakan menyeruapi seriosa. Suara vokalnya khas, sehingga nuansa pop tidak kental. Group anak-anak muda ini, memang telah beberapa kali mengolah puisi, salah satunya karya penyair Slamet Riyadi Sabrawi yang berjudul ‘Hujan Di Kelopak Mey’.

Memet Chairul Slamet dengan perpaduan berbagai musik etnik menyajikan musik dan puisi dalam satu nafas yang berbeda. Dua puisi dibacakan dan musik karya Memet mengiringinya. Di sisi yang lain, musik karya Memet menafsirkan puisi, yang berkisah soal wartawan yang dibunuh, dan suara mesin ketik terdengar dari musik karya Memet.

“Saya sengaja menghadirkan suara mesin ketik dari musik saya, karena wartawan pada jaman dulu lebih akrab dengan mesin ketik ketimbang komputer,” kata Memet Chairul Slamet.

Sastra Bulan Purnama ediisi ke-50, memang khusus menampilkan lagu puisi. Para grup musik yang tampil adalah mereka yang memang khusus menggarap puisi menjadi lagu. Meski seringkali antara lagu puisi dan musikalisasi puisi dicampur aduk. Padahal keduanya berbeda, meski dalam musikalisasi puisi kita bisa menemukan lagu puisi. Namun yang sering ditemukan pada musikalisasi puisi adalah musik mengiringi puisi dibacakan, atau antara sebagian puisi dibacakan dan sebagian lainnya dilagukan.

Ons Untoro

Alfris and Frienda tampil dalam acara Sastra Bulan Puranam 50 di Tembi Rumah Budaya, foto: dok Tembi Ilya Kablam penyanyi dari Group Lagu Puisi sedang membawakan lagu puisi alami Sastra Bulan Purnama di Tembi Rumah Budaya, foto: dok Tembi Kavya, group musik yang menolah puisi menjadi lagu tampil dalam acara Sastra Bulan Purnama di Tembi Rumah Budaya, foto: dok Tembi Doni Suwung anf Friends tampil dalam acara Sastra Bulan Purnama di Tembi Rumah Budaya, foto: dok Tembi SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 08-12-15

    Catatan Bung Tomo Te

    Karena terlibat secara langsung, tidak heran apabila Bung Tomo bisa menggambarkan pertempuran Surabaya secara detail. Seperti sebuah peristiwa ketika... more »
  • 08-12-15

    Joglo di Bantul Buat

    Kompleks bangunan rumah joglo milik Raditya Wahyu Kumara ini seluas sekitar 900 m persegi. Luas tanah sekitar 1.960 meter persegi. Rumah ini... more »
  • 07-12-15

    Ki Margiono Suguhkan

    Ki Margiono (65), dalang senior yang juga dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan Pedalangan membawakan lakon Kumbakarno Gugur dengan serius... more »
  • 07-12-15

    Lampah Kasiswan, Aja

    Buku ini tidak dijelaskan bahasa aslinya dan tahun penciptaannya. Namun demikian, terjemahan dalam bahasa Jawa dicetak tahun 1938. Buku terjemahan... more »
  • 05-12-15

    Cablek-Cablek Lemut

    Dari sekian abdi/pembantu, abdi yang bertugas cablek-cablek lemut umumnya adalah orang yang memang tidak memiliki kemampuan khusus yang bisa... more »
  • 05-12-15

    Tergiur Manisnya Bib

    Ternyata kemangkiran Adipati Gendrasekti disebabkan oleh karena ia sibuk bersuka ria dengan seorang ledhek (penari) yang bernama Sariti. Bahkan... more »
  • 05-12-15

    Kesatuan Militer Keb

    Pasukan Siliwangi pada awal berdirinya tidak tampil sebagaimana idealnya sebuah pasukan. Penampilannya sederhana bahkan bisa dikatakan memprihatinkan... more »
  • 05-12-15

    Sabtu Kliwon Ini Har

    Sabtu Kliwon, 12 Desember 2015, kalender Jawa tanggal 29, bulan Sapar, tahun 1949 Jimawal, hari baik untuk berbagai macam keperluan. Namun jika pergi... more »
  • 04-12-15

    Festival Teater Jaka

    Tatanan estetika panggung dan tata cahaya menjadi tema besar perhelatan akbar tahunan Festival Teater Jakarta yang ke-43. Bagaimana pekerja teater... more »
  • 04-12-15

    Museum Benteng Vrede

    Event museum di malam hari diminati oleh para pengunjung, terutama kaum muda. Apalagi, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tampak begitu romantis... more »