Harmony dalam Budaya di Alun-alun Sewandanan Paku Alaman

03 Jun 2016

Mahasiswa-mahasiswi UPN Veteran Yogyakarta Jurusan Ilmu Komunikasi melaksanakan kegiatan cultural show sebagai bentuk kepedulian terhadap kekayaan budaya Indonesia, yang diberi tema “Harmony dalam Budaya”. Kegiatan ini dilaksanakan di Alun-alun Sewandanan Pura Paku Alaman, Sabtu, 28 Mei 2016 pukul 10.00-15.00 WIB. Kegiatan ini dihadiri oleh Sri Paduka Paku Alam X, para dosen UPN Veteran Yogyakarta, para sesepuh keluarga Manggarai di Yogyakarta, dan tamu undangan.

Acara ini menampilkan tiga jenis tarian yakni Tari Caci, Tari Molas Ombeng, dan Tari Indang. Dua tari yang pertama merupakan jenis tari yang berasal dari Manggarai, Nusa Tenggara Timur; dan satu tari yang terakhir berasal dari Sumatera Barat. Dua tari yang pertama merupakan suguhan dari IKAMAYA (Ikatan Mahasiswa Manggarai Raya Yogyakarta).

Dalam sambutannya Sri Paduka Paku Alam X antara lain menyatakan bahwa Alun-alun Sewandanan Pura Paku Alaman bersifat terbuka dan dipersilakan untuk digunakan oleh masyarakat luas, terutama untuk kegiatan budaya. Ia memberi apresiasi kepada warga Manggarai maupun Sumatera Barat yang menampilkan budaya mereka. “Budaya merupakan bagian dari pembentukan karakter, dengan ini pula kita saling mengenal, berinteraksi, berkomunikasi, dan bersilaturahmi. Hal demikian tentu membawa berkah dan kebaikan tersendiri,” kata  Sri Paduka Paku Alam X.

Perhelatan tari yang jarang dapat disaksikan di Jawa ini dibuka secara resmi oleh Sri Paduka Paku Alam X dengan mencambuk salah satu pemain Tari Caci yang sudah siap dengan perisai yang terbuat dari kulit kerbau dan busur panjang yang terbuat dari pilinan tiga buah rotan dengan bentang panjang sekitar 2,5 meter.

“Ora tegel aku. (Tidak tega aku),” kata Sri Paduka Paku Alam X seusai mencambuk penari Caci yang ditangkis dengan terampil oleh penari tersebut.

Acara kemudian dilanjutkan dengan pementasan Tari Indang dari Sumatera Barat yang intinya menceritakan tentang kedatangan Islam di wilayah tersebut yang kemudian akhirnya berkembang. Usai Tari Indang kemudian dilanjutkan dengan Tari Molas Ombeng dari Manggarai. Tarian ini biasanya digunakan untuk menyambut kedatangan tamu atau bisa juga disebut tari ucapan selamat datang khas Manggarai. Tarian ini juga menggambarkan kehidupan keseharian pemuda dan pemudi Manggarai.

Tari Caci merupakan tarian yang menggambarkan keberanian, ketangkasan, kejujuran, berani menerima kehebatan orang lain, dan sportivitas masyarakat Manggarai. Tari Caci biasa ditampilkan usai panen sebagai ucapan syukur. Juga dilakukan usai membuka kebun baru, membuka kampung baru, ada pelantikan pejabat baru, dan sebagainya. Intinya adalah ungkapan syukur dan kegembiraan. Tari Caci juga menjadi salah satu tari tradisi Manggarai.

Tari Caci dimainkan oleh dua kelompok yang berbeda. Satu kelompok dengan kelompok lain tidak boleh ada hubungan darah (saudara) atau saudara ipar. Satu kelompok akan mengajukan satu orang sebagai wakil kelompoknya untuk menghadapi cambukan. Satu wakil lain akan mengajukan satu orang wakilnya untuk mencambuk wakil kelompok lainnya. Adegan ini akan diiringi dengan iringan musik berupa jimbe/gendang dan kenong. Masing-masing jago yang diajukan menampilkan kelihaiannya, baik dalam mencambuk lawan maupun menangkis cambukan lawan.

Cambuk yang digunakan terbuat dari pilinan kulit kerbau yang kuat dan keras. Kulit penari bisa sobek (tercabik) jika kena cambukan ini, yang tentu saja sangat menyakitkan. Bahkan dalam beberapa kasus di masa lalu cambukan itu bisa menimbulkan luka yang parah dan kematian. Namun jika itu terjadi tidak akan menimbulkan dendam. Kedua kelompok tetap akan menerima semuanya dengan lapang dada, kelegaan, bahkan kedua kelompok yang semula saling asing akan menjadi semakin saling kenal dan akrab. Demikian antara lain seperti yang dituturkan Ben Senang Galus (55) yang menjadi salah satu sesepuh keluarga Manggarai di Yogyakarta dan sekarang bekerja di Dinas Pendidikan Provinsi DIY.

Naskah dan foto:a.sartono

Dua orang pria Manggarai tengah memperagakan Tari Caci di Alun-alun Sewandanan Pura Paku Alaman, difoto: Sabtu, 28 Mei 2016, foto: a.sartono Tari Indang dari Sumatera Barat merupakan tarian yang menggambarkan kedatangan Islam di wilayah Sumatera Barat, Sabtu, 28 Mei 2016, foto: a.sartono Sri Paduka Paku Alam X tengah mencambuk Penari Caci sebagai peresmian pembukaan acara Culture Show “Harmony dalam Budaya”, difoto: Sabtu, 28 Mei 2016, foto: a.sartono Tari Molas Ombeng, salah satu tarian khas Manggarai, difoto: Sabtu, 28 Mei 2016, foto: a.sartono Ben Senang Galus (55) salah satu sesepuh keluarga Manggarai di Yogyakarta, difoto: Sabtu, 28 Mei 2016, foto: a.sartono Peragaan Tari Caci oleh dua pemuda Manggarai dari dua kelompok yang berbeda, difoto: Sabtu, 28 Mei 2016, foto: a.sartono Sri Paduka Paku Alam berfoto bersama mahasiswa/i Manggarai. difoto: Sabtu, 28 Mei 2016, foto: a.sartono SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 09-06-16

    Pameran Imaji Wayang

    Wayang telah menjadi bagian dari khasanah kebudayaan nasional Indonesia. Pengaruhnya demikian kuat, bahkan seperti menjadi bagian integral dari... more »
  • 09-06-16

    Putri Daniswari Menj

    Kadipaten Kediri tiba-tiba menjadi geger karena banyak raja dan adipati dari berbagai tempat menyampaikan lamaran kepada Putri Daniswari, putri dari... more »
  • 08-06-16

    Puisi Mengalun di La

    Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan, atau yang dikenal dengan sebutan Lapas Wirogunan, letaknya di tengah kota, di Jalan Tamansiswa 6, Yogyakarta.... more »
  • 08-06-16

    Elisha Orcarus Allas

    Pada tahun 2016 ini, untuk pertama kali, Fakultas Seni Pertunjukan jurusan Pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta meluluskan ‘dalang... more »
  • 07-06-16

    Peringatan Internati

    Peringatan Hari Museum Internasional atau IMD yang jatuh setiap tanggal 18 Mei diperingati oleh Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY dan anggota-... more »
  • 07-06-16

    Aneka Puding Berkhas

    Bulan Ramadan telah tiba. Khusus menyambut bulan suci ini Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya menawarkan menu takjil berupa aneka puding... more »
  • 06-06-16

    “Perjuangan Expo 201

    Museum Perjuangan Yogyakarta pada 26—30 Mei 2016 kembali menggelar “Museum Perjuangan Expo” di museum itu yang beralamat di Jl Kolonel Sugiyono 24... more »
  • 06-06-16

    Pameran untuk Memakn

    Liek Suyanto (73) dikenal sebagai aktor teater, pemain sinetron dan pemain film layar lebar. Tapi pada masa mudanya dia pernah belajar di Sekolah... more »
  • 06-06-16

    Komunikasi & Kad

    Judul               : Komunikasi & Kaderisasi dalam Pembangunan Pedesaan Editor... more »
  • 04-06-16

    Geguritan untuk Pemb

    Geguritan, puisi yang ditulis menggunakan bahasa Jawa dibacakan untuk pembukaan pameran wayang, yang diselenggarakan 30 Mei – 12 Juli 2016 di Ruang... more »