Geguritan untuk Pembukaan Pameran di Tembi

04 Jun 2016 Geguritan, puisi yang ditulis menggunakan bahasa Jawa dibacakan untuk pembukaan pameran wayang, yang diselenggarakan 30 Mei – 12 Juli 2016 di Ruang Pamer Tembi Rumah Budaya, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Pembacaan dilakukan di pendapa Tembi.

Pertunjukan wayang kulit yang selama ini selalu menggunakan bahasa Jawa, dalam pembukaan digantikan oleh geguritan, sehingga geguritan dan wayang seperti saling bertemu dalam pameran yang diberi tajuk ‘Imaji Wayang’ dan semua menyajikan lukisan wayang karya dari 6 pelukis wayang.

Dua pembaca geguritan, yang disebut penggurit, yaituRully Ismada danBudhi Wiryawan, masing-masing membacakan dua geguritan semua karya dari penggurit Budhi Wiryawan. Dua  penggurit menggunakan pakaian Jawa, sehingga seolah menggantikan pertunjukan wayang.

Rully dan Budhi Wiryawan bukan baru pertama kali tampil di Tembi Rumah Budaya. Keduanya sudah beberapa kali membaca puisi di Sastra Bulan Purnama, bahkan Rully pernah tampil dalam pentas baca di Tembi bersama dengan sejumlah pemain lainnya.

Dalam kata lain, bagi Rully dan Budhi, Tembi bukan area asing. Pada pembukaan pameran wayang kali ini, keduanya tampil bersama membacakan geguritan, karena memang untuk memberi konteks pada pameran wayang, agar tidak sekadar mengisi acara. Budhi memilih membaca geguritan dan bukan puisi yang ditulis menggunakan bahasa Indonesia, karena geguritan menemukan alurnya dengan pertunjukan wayang.

Pertunjukan wayang kulit adalah jenis pertunjukan paling lengkap dari segi karya seni. Karena dalam pertunjukan semua jenis kesenian bisa ditemukan, misalnya seni rupa, seni musik, seni sastra, seni teater semuanya bisa ditemukan dalam satu pentas wayang kulit. Pilihan membaca geguritan untuk pembukaan wayang kulit lebih untuk menegaskan seni sastra pada pertunjukan wayang kulit.

Rully Ismada, yang biasa dipanggil Rere, penampilannya dalam membaca geguritan berbeda dari penampilannya pada pembacaan puisi yang lain. Dalam membaca geguritan, Rully tampil mengenakan kebaya, seolah seperti sinden dalam pertunjukan wayang, sehingga Rully terlihat lain dari kebiasaan yang suka tampil seperti laki-laki. Suasana pameran wayang mengubah penampilannya.

Hal yang sama juga dilakukan Budhi Wiryawan. Biasanya kalau Budhi membaca puisi mengenakan kemeja batik, kadang juga dilengkapi jaket yang menyerupai jas. Tapi pada pembacaan geguritan kali ini, Budhi tampil mengenakan kebaya, lengkap dengan keris di bagian bekang. Budhi seolah tampil sebagai dalang wayang kulit, atau mungkin malah wiyaga (penabuh gamelan) dalam pertunjukan wayang kulit.

Geguritan, pakaian Jawa dan wayang tampaknya adalah upaya untuk ‘menghidupkan’ Jawa dalam pameran wayang yang mengambil tajuk ‘Imaji Wayang’. Para perupanya, menyajikan berbagai versi wayang melalui karya seni rupa, dan wayang dalam konteks pameran ini adalah karya seni rupa, bukan satu pertunjukan wayang kulit. Karena itu, wayang yang dipamerkan ini, tokoh-tokohnya tidak selengkap dalam pertunjukan wayang kulit.

Sebut saja, 6 perupa, Sudjadijono, Wibowo, Iskandar, Dwi Mukti Wibowo, Agus Nuryanto dan Harama Salim,  yang melukis wayang ini mencoba mengenalkan kesenian wayang kepada masyarakat luas dengan cara yang berbeda. Mereka bukan mengadakan pentas wayang kulit, tetapi pameran seni rupa wayang.

Ons Untoro

Rully Ismada membaca geguritan dalam pembukaan pameran seni rupa di Pendhapa Tembi Rumah Budaya, foto: facebook Umu Kulsum Budhi Wiryawan membacakan geguritan karyanya dalam pembukaan pameran seni rupa di Pendhapa Tembi Rumah Budaya, foto: facebook Umi Kulsum SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 09-06-16

    Pameran Imaji Wayang

    Wayang telah menjadi bagian dari khasanah kebudayaan nasional Indonesia. Pengaruhnya demikian kuat, bahkan seperti menjadi bagian integral dari... more »
  • 09-06-16

    Putri Daniswari Menj

    Kadipaten Kediri tiba-tiba menjadi geger karena banyak raja dan adipati dari berbagai tempat menyampaikan lamaran kepada Putri Daniswari, putri dari... more »
  • 08-06-16

    Puisi Mengalun di La

    Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan, atau yang dikenal dengan sebutan Lapas Wirogunan, letaknya di tengah kota, di Jalan Tamansiswa 6, Yogyakarta.... more »
  • 08-06-16

    Elisha Orcarus Allas

    Pada tahun 2016 ini, untuk pertama kali, Fakultas Seni Pertunjukan jurusan Pedalangan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta meluluskan ‘dalang... more »
  • 07-06-16

    Peringatan Internati

    Peringatan Hari Museum Internasional atau IMD yang jatuh setiap tanggal 18 Mei diperingati oleh Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY dan anggota-... more »
  • 07-06-16

    Aneka Puding Berkhas

    Bulan Ramadan telah tiba. Khusus menyambut bulan suci ini Warung Dhahar Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya menawarkan menu takjil berupa aneka puding... more »
  • 06-06-16

    “Perjuangan Expo 201

    Museum Perjuangan Yogyakarta pada 26—30 Mei 2016 kembali menggelar “Museum Perjuangan Expo” di museum itu yang beralamat di Jl Kolonel Sugiyono 24... more »
  • 06-06-16

    Pameran untuk Memakn

    Liek Suyanto (73) dikenal sebagai aktor teater, pemain sinetron dan pemain film layar lebar. Tapi pada masa mudanya dia pernah belajar di Sekolah... more »
  • 06-06-16

    Komunikasi & Kad

    Judul               : Komunikasi & Kaderisasi dalam Pembangunan Pedesaan Editor... more »
  • 04-06-16

    Geguritan untuk Pemb

    Geguritan, puisi yang ditulis menggunakan bahasa Jawa dibacakan untuk pembukaan pameran wayang, yang diselenggarakan 30 Mei – 12 Juli 2016 di Ruang... more »