‘Pulang Ke Kotamu’ Mengenakan Kebaya

25 May 2016

Rasanya, ini merupakan pilihan kostum yang menarik, khas perempuan Jawa yang rindu kampung halaman. Para penulis cerpen, yang diterbitkan dalam bentuk antologi dan diberi judul ‘Pulang Ke Kotamu’, mengenakan kebaya sambil membacakan cerpen karyanya. Dari 8 cerpenis, tiga orang tidak tampil membacakan, dua berhalangan hadir, Aida Milasari dan Listyaning Aryanti, satu cerpenis, Umi Kulsum, bertindak sebagai pembawa acara sehingga tidak ikut membaca.

Antologi cerpen ‘Pulang Ke Kotamu’ di-launching dalam Sastra Bulan Purnama edisi ke-56, Senin malam 23 Mei 2016, di Pendapa Tembi Rumah Budaya,  lima cerpenis yang tampil, Ardi Susanti dari Tulungagung, Diah Rofika dari Bekasi, Ristia Herdiana dari Jakarta, Selsa dari Temanggung dan Endah Raharja dari Yogyakarta.

Kelima cerpenis tersebut semua mengenakan kebaya, seolah mereka sedang pulang ke kota dimana dulu pernah ditinggali lama dan merasa rindu. Maka, dalam ‘Pulang Ke Kotamu” di Yogyakata mereka mengenakan kebaya. Rasanya mereka bukan sekadar pulang secara fisik, melainkan sekaligus pulang secara kultural, dan kebaya adalah tanda dari ke-pulangan itu.

Berbeda dengan membaca puisi, sehingga setiap penyair bisa membaca lebih dari satu puisi. Pada pembacaan cerpen ini, para cerpenis tidak membaca satu cerpen utuh, melainkan diambil bagian yang menarik agar memberi surprise pada penonton. Sebab kalau cerpennya panjang dan semua membaca satu judul secara penuh, akan memakan waktu lama. Bahkan ada yang membaca cerpen secara lompat-lompat, karena memilih bagian yang menarik.

“Maaf, saya membaca cerpen ini dengan melompat-lompat  sambil memilih bagian yang menarik,” kata Ristia Herdiana ditengah membaca cerpen karyanya.

Antologi cerpen ‘Pulang Ke Kotamu’ setebal 154 halaman ini memuat 16 cerpen karya 8 cerpenis perempuan dari beberapa kota, Jakarta, Bekasi, Depok, Tulungagung, Temanggung dan Yogyakarta. Selain menulis cerpen mereka juga menulis puisi, beberapa diantaranya sudah menerbitkan novel.

Meskipun yang dibacakan hanya bagian yang dicuplik, tetapi penampilan mereka dalam membaca cukup menyenangkan dan terlihat bahwa mereka melakukan latihan sebelumnya. Tidak ada yang tampil secara spontan, bahkan ada yang membaca cerpen sambil berduet seperti dilakukan Endah Raharjo dan Flora. Dalam penampilannya ini, Endah ingin cerpennya memiliki jiwa ketika ditampilkan sebagai pertunjukan.

Ardi Susanti, yang terbiasa membaca puisi, dan baru kali ini membaca cerpen, seperti tidak bisa membedakan antara membaca cerpen dan puisi, sehingga seringkali lupa memerankan tokoh dalam cerpennya. Semua tokoh masuk dalam dirinya.

Diah Rofika dan Ristia, juga Selsa, membacakan kisah yang bersifat naratif, dan mereka bertindak sebagai narator. Ketiganya mencoba ‘menghidupkan’ kisahnya melalui intonasi dan ekspresi serta gaya dalam membaca.

Pulang Ke Kotamu merupakan salah satu judul karya Diah Rofika. Dalam pertunjukan sastra untuk launching antologi cerpen dan ditampilkan di Sastra Bulan Purnama, untuk mengawali acara dialunkan lagu dari Katon Kla Project yang berjudul ‘Pulang Ke Kotamu’, dan para cerpenis yang memang tidak lagi tinggal di Yogya, seperti merasa pulang ke kota yang pernah lama disinggahinya.

Ons Untoro

Ristia Herdiana, penyair dan cerpenis dari Jakarta tampil membaca cerpen karya di Sastra Bulan Purnama Tembi Rumah Budaya, foto: facebook Endah Raharjo Diah Rofika, cerpenis dan aktivis sosial membacakan cerpen karyanya di Sastra Bulan Purnama Tembi Rumah Budaya, foto: facebook Endah Rajarho Ardi Susanti penyair dan cerpenis dari Tulungagung membacakan cerpen karya di Sastra Bulan Purnama Tembi Rumah Budaya, foto: facebook Endah Raharjo Endah Raharjocerpenis dari Yogyakarta membacakan puisi karyanya di Sastra Bulan Purnam Tembi Rumah Budaya, foto: facebook Endah Raharjo Selsa cerpenis dari Temanggung membacakan cerpen karyanya di Sastra Bulan Purnama Tembi Rumah Budaya, foto: facebook Budi Adi SENI PERTUNJUKAN

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 30-05-16

    Sastra Bunyi dari Ga

    Satu formula perpaduan antara musik dan sastra khususnya puisi dari Gangsadewa disebutnya sebagai Sastra Bunyi. Pertunjukan ini dilakukan Rabu malam... more »
  • 30-05-16

    Karya Sastra Daerah

    Judul            : Anthology of ASEAN Literatures. The Islamic Period in Indonesian Literature... more »
  • 30-05-16

    Sharol dari Singapo

    Tembi Rumah Budaya Bantul Yogyakarta kembali dikunjungi oleh siswa-siswi Sekolah Seni Singapura pada Rabu, 24 Mei 2016. Mereka terdiri dari 16 siswa... more »
  • 28-05-16

    Jainem dan Annisa He

    Jainem adalah nama tokoh dalam kisah cerpen karya Ardi Susanti, berjudul ‘Jainem’ yang terkumpul dalam antologi cerpen ‘Pulang Ke Kotamu’. Annisa... more »
  • 28-05-16

    Lagu Puisi dari Sell

    Selli Kodong, seorang siswi SMA yang baru lulus dan sedang proses mendaftar di perguruan tinggi, memetik gitar sambil mengalunkan dua lagu puisi... more »
  • 28-05-16

    Festival Musik Tembi

    Lokakarya bertajuk “Gaul Bareng Ronggeng Deli: Tradisi Hybrid dari Selat Malaka” membuka penyelenggaraan Festival Musik Tembi 2016 hari kedua.... more »
  • 28-05-16

    Kamis Pon Pekan Ini

    Pranatamangsa: sampai dengan 21 Juni 2016 masih terhitung mangsa Karolas atau musim Keduabelas yang disebut Saddha, umurnya 41 hari. Saat panen... more »
  • 27-05-16

    Macapatan Malam Rabu

    Putaran ke-147 macapatan malam Rabu Pon di Tembi Rumah Budaya pada 17 Mei 2016, masih setia menggelar tikar untuk ‘njagani’ para pecinta macapat yang... more »
  • 27-05-16

    Dangdut Elektonik da

    Sampai saat ini musik dangdut masih menjadi musik yang disukai masyarakat kelas bawah. Konon karena liriknya yang sangat dekat dengan situasi dan... more »
  • 26-05-16

    Nyai Surti Dalam Sas

    Nyai Surti, salah satu judul cerpen dalam antologi cerpen ‘Pulang Ke Kotamu’ karya Ristia Herdiana digarap dalam bentuk drama oleh Kelompok Belajar... more »