Samuel Indratma, Seniman yang Selalu Gembira

22 Feb 2016 Samuel Indratma, seniman kelahiran Gombong, 22 Desember 1970 boleh dikata tidak bisa lepas dari seni mural. Kerja kreatifnya dalam seni mural telah menghiasi banyak sudut Kota Yogyakarta, seperti misalnya Badran, Jogokaryan, dan tempat-tempat lain. Gebrakannya di seni mural akhirnya juga banyak menginspirasi orang lain untuk bermuralria di wilayahnya masing-masing.    Lewat Sign Art Project ia menginspirasi dan menggerakkan warga kampung dan para seniman untuk memurali tembok-tembok warga sehingga mempercantik kampung/tempat mereka tinggal. Bahkan banyak pula yang berisi pesan-pesan penuh makna (pepeling/peribahasa, dan lain-lain) dan kadang lucu. Karya mural yang cukup monumental dari Sam bersama teman-temannya yang tergabung dalam apa yang disebut Apotik Komik terdapat di kaki (penyangga) Jembatan Layang Lempuyangan.    Sam demikian getol atau antusias memasyarakatkan mural dengan suatu alasan bahwa seni harus bermanfaat bagi orang lain (masyarakat). Mural bisa menjadi sarana komunikasi langsung antarwarga masyarakat. Sam bahkan berharap bahwa Yogyakarta bisa menjadi pusat mural di Asia Tenggara.   Kehidupan kesenimanan Sam memang selalu bersentuhan dengan ruang publik dan bersentuhan dengan orang banyak. Dalam Biennale X (2009-2010) ia menggerakkan warga DIY untuk berpartisipasi lewat Public On The Move (POM). Saat Biennale X-Jogja Jamming berlangsung banyak karya seni bermunculan dan tersebar menghiasi Kota Yogyakarta.   Ada banyak sekali kegiatan dan karya seni yang telah dilahirkan oleh Sam yang merupakan alumnus Jurusan Seni Grafis, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta tahun 1996 ini. Baik karya atau kegiatan itu dilakukannya secara solo maupun bersama-sama dengan seniman lainnya.    Bagi Sam, Yogyakarta adalah kampung halaman keduanya. Di kota ini ia merasa dapat dengan leluasa menjelajahi dunia kesenian serta mengembangkan dirinya. Bukan hanya soal iklim seninya yang kuat. Akan tetapi hubungan persahabaan dan kekeluargaan  antarsenimannya juga kuat.    Tema Los Stang: Suket Godong Dadi Rewang  yang baru saja disajikan sebagai pameran tunggalnya di Bentara Budaya, Desember 2015 membuktikan bahwa pergaulan dan persahabatannya dengan sekian banyak seniman turut memberikan andil besar bagi kelancaran dan kesuksesan acara itu.    Sam menyatakan, “Jika tidak ada seni saya bisa kenthir”(setengah gila). Dengan seni ia merasa tertolong sehingga bisa tetap hadir sebagai manusia. Media seni (cat, kanvas, dan sebagainya) menjadi medianya berekspresi sehingga memungkin dirinya untuk keluar dari segala keterbatasannya.    Kesan kegembiraan tidak saja muncul pada sosok fisik Samuel, namun juga di dalam semua karyanya. Kegembiraan yang jujur. Kegembiraan yang tidak memaksa dan dipaksa. Terkesan semuanya menghibur.   a.sartono sumber:  https://tembi.net/seni-rupa/samuel-indratma-los-stang 
Tentang Seniman, karya Yuyuk Sugarman dan Lembayung Senja dalam Katalog Invisible Force yang dikeluarkan oleh Langit Art Space, Yogyakarta, tanggal 13 Februari 2016.
http://jogjacontemporary.net/artists/56/samuel-indratma     Foto diri Samuel Indratma, difoto: 16 Desember 2015, foto: a.sartono. lokasi: Bentara Budaya Yogyakarta PROFIL

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 27-02-16

    Di Antara Para Warta

    “Saya bukan penyair dan pernah menjadi wartawan, dan saya terbiasa membaca puisi. Saya sengaja datang di Sastra Bulan Purnama ini karena kangen... more »
  • 27-02-16

    Kamis Paing Ini Hari

    Pranatamangsa masuk mangsa Kasanga (9), umurnya 25 hari, mulai 1 s/d 25 Maret, curah hujan mulai berkurang. Masa birahi anjing dan sejenisnya.... more »
  • 27-02-16

    Mie Ayam Grabyas Rar

    Mie ayam tergolong salah satu menu terpopuler di negeri kita. Ada satu menu mie ayam yang agak unik, namanya mie ayam grabyas. Dulu istilah... more »
  • 27-02-16

    Vitadewi Baru Kali I

    Perhelatan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) hingga yang ke-11 ini merupakan acara yang ditunggu-tunggu masyarakat Yogyakarta, dan daerah... more »
  • 26-02-16

    Buku Rujukan Seni Or

    Judul   : Ornamen Nusantara. Kajian Khusus tentang Ornamen Indonesia Penulis   : Drs. Aryo Sunaryo, M.Pd. Seni Penerbit... more »
  • 26-02-16

    Kesetiaan Total Nyi

    Sudah selama 28 tahun, Nyi Sri Muryani mengabdi di Museum Dewantara Kirti Griya (DKG) Tamansiswa Yogyakarta. Selama itu pula, ia dengan setia... more »
  • 25-02-16

    Tiga Fungsi Historio

    Muhamad Agus Burhan yang akrab dipanggil Burhan adalah pengajar di jurusan Seni Lukis Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta... more »
  • 25-02-16

    Terima Kasih Tanpa B

    Bagi perupa kelahiran Padangpanjang, Sumatera Barat, yakni Stefan Buana, sosok Wardi Bajang (almarhum) merupakan sosok yang unik. Baginya, Wardi... more »
  • 24-02-16

    Dhenok Kristianti Pe

    Ada banyak penyair yang dulu berproses di Yogya, bahkan berasal dari Yogya, untuk kemudian pinda ke kota lain. Di kota tempat tinggalnya itu dia... more »
  • 24-02-16

    Eksplorasi Musik Ge

    Di bidang musik, tak jarang para seniman bereksperimen melalui media dan bunyi-bunyian. Keunikan warna suara yang dihasilkan dari media-media... more »