Olga Lidya, Tak Kenal Lelah Demi Perfilman Indonesia Lebih Baik

28 Sep 2015

Dipercayai sebagai ketua FFI 2015, Olga mengaku sempat ragu mengemban tugas yang sangat berat ini. Namun sahabat-sahabat seperti Lukman Sardi, dan para senior perfilman lainnya sangat mendukungnya. Ia mengaku akan melakukan yang terbaik dan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

Cantik, pintar, dan tegas ada pada diri Olga Lidya. Wanita kelahiran Jakarta, 4 Desember 1976 itu punya seabreg prestasi dalam dunia industri kreatif Tanah Air. Wanita yang mengawali kariernya sebagai model ini terus mengembangkan bakatnya sebagai pemain film, pemain teater, sampai sutradara dan produser.

Kecintaannya di dunia hiburan, menuntut ia harus selalu memberikan yang terbaik dan maksimal di setiap perannya. Kerja di dunia tersebut membuatnya lelah karena harus bekerja setengah mati sampai susah tidur. Meskipun begitu, sulit baginya jika harus meninggalkan film yang telah membesarkan namanya.

Kedewasaan dan kepiawaian di dunia film terus membawa Olga mencapai prestasi yang gemilang dan dipercayai banyak pihak; diantaranya ia terpilih untuk mempromosikan Indonesia dalam Cannes Film Festival 2015, di Cannes, Prancis bulan Mei lalu. Tahun ini juga ia terpilih menjadi ketua Festival Film Indonesia 2015. Prestasinya tidak membuat tinggi hati di dunia perfilman. “saya masih banyak belajar, saya masih anak bawang dan masih belajar dari banyak senior-senior,” kata wanita keturunan Tionghoa ini kepada Tembi, Jumat malam , 25 September 2015 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Ia bercerita tentang pengalamannya ketika berada di Cannes Film Festival, yang diikuti puluhan negara. “Memperkenalkan film Indonesia adalah kerja berat dan cukup panjang. Kita harus ekstra kerja keras,” kata Olga. Untuk memilih jenis atau kategori film yang cocok untuk dibawa ke internasional, ia perlu banyak berdiskusi dengan berbagai festival director.

Menurut Olga ada dua hal penting dari perfilman Indonesia, yaitu dapat memperkenalkan budaya kita di luar negeri dan Indonesia menjadi tempat atau lokasi pengambilan gambar film internasional. "Dengan masuknya produksi asing, syuting di Indonesia, orang luar akan mudah mengenal Indonesia," kata Olga.

Cara tersebut merupakan media promosi yang paling mudah dan tidak memakan banyak biaya, karena para orang asing itu sendiri yang akan mengeluarkan uang. “Bila produksi asing mengambil gambar di Indonesia, akan ada kru film Indonesia yang turut dipekerjakan sehingga akan terjadi juga transfer ilmu,” jelasnya. "Itu yang paling mudah, yang paling cepat yang bisa kita lakukan," tambah pemeran Film Soegija ini.

Beberapa negara tetangga, seperti Thailand, sudah membuka dirinya agar film asing dapat syuting di negara tersebut. Ia berharap Indonesia juga dapat menjadi lokasi pengambilan gambar film produksi asing. “Semoga pemerintah daerah siap dengan, antara lain peraturan, agar film asing dapat melakukan pengambilan gambar di Indonesia,” harap Olga.

Dipercayai sebagai ketua FFI 2015, Olga mengaku sempat ragu mengemban tugas yang sangat berat ini. Namun sahabat-sahabat seperti Lukman Sardi, dan para senior perfilman lainnya sangat mendukungnya. Ia mengaku akan melakukan yang terbaik dan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

Mengenai FFI 2015, ia mengatakan bahwa selama ini penjurian sudah bagus. Ada 100 juri dan bisa dibilang hampir tidak ada komplain. Namun agar festival lebih baik lagi, ia ingin menambahkan agar setiap juri atau editor dapat menyampaikan panduan penilaian mereka, sehingga kriteria tersebut berasal dari orang-orang yang ahli di bidang film.

Olga mengaku semua juri berusaha untuk tetap adil, untuk menjaga kemurnian FFI dari kepentingan manapun. "Saya memang menekankan dalam kepanitiaan ini, semuanya clean, transparan, accountable, " jelasnya.

Terkait pendanaan FFI, ia mengajak lembaga keuangan untuk menjaga FFI tetap steril. "Saya minta didampingi BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan). Semua keuangan bisa transparan dan uang nggak ada yang lewat kami sama sekali," jelasnya. FFI 2015 akan digelar pada 21 November mendatang di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Tangerang, Banten.

Untuk mengatasi segudang kesibukan, Olga selalu menyugesti dirinya dengan pikiran-pikiran positif. Mencintai setiap peran dan tanggung jawab pada tugas yang ia emban adalah cara dia supaya bisa bekerja dengan menyenangkan. “Bertemu sama teman-teman itu adalah semangat, sehingga tidak terasa capek,” katanya menambahkan, seusai pertunjukan #3Perempuanku, Bukan Bunga Bukan Lelaki di TIM.

Naskah dan Foto: Marcellina Rosiana

Olga Lidya, ketua Festival Film Indonesia 2015, foto: Marcellina Rosiana Olga Lidya, ketua Festival Film Indonesia 2015, foto: Marcellina Rosiana Olga Lidya, ketua Festival Film Indonesia 2015, foto: Marcellina Rosiana PROFIL

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 08-12-15

    Catatan Bung Tomo Te

    Karena terlibat secara langsung, tidak heran apabila Bung Tomo bisa menggambarkan pertempuran Surabaya secara detail. Seperti sebuah peristiwa ketika... more »
  • 08-12-15

    Joglo di Bantul Buat

    Kompleks bangunan rumah joglo milik Raditya Wahyu Kumara ini seluas sekitar 900 m persegi. Luas tanah sekitar 1.960 meter persegi. Rumah ini... more »
  • 07-12-15

    Ki Margiono Suguhkan

    Ki Margiono (65), dalang senior yang juga dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan Pedalangan membawakan lakon Kumbakarno Gugur dengan serius... more »
  • 07-12-15

    Lampah Kasiswan, Aja

    Buku ini tidak dijelaskan bahasa aslinya dan tahun penciptaannya. Namun demikian, terjemahan dalam bahasa Jawa dicetak tahun 1938. Buku terjemahan... more »
  • 05-12-15

    Cablek-Cablek Lemut

    Dari sekian abdi/pembantu, abdi yang bertugas cablek-cablek lemut umumnya adalah orang yang memang tidak memiliki kemampuan khusus yang bisa... more »
  • 05-12-15

    Tergiur Manisnya Bib

    Ternyata kemangkiran Adipati Gendrasekti disebabkan oleh karena ia sibuk bersuka ria dengan seorang ledhek (penari) yang bernama Sariti. Bahkan... more »
  • 05-12-15

    Kesatuan Militer Keb

    Pasukan Siliwangi pada awal berdirinya tidak tampil sebagaimana idealnya sebuah pasukan. Penampilannya sederhana bahkan bisa dikatakan memprihatinkan... more »
  • 05-12-15

    Sabtu Kliwon Ini Har

    Sabtu Kliwon, 12 Desember 2015, kalender Jawa tanggal 29, bulan Sapar, tahun 1949 Jimawal, hari baik untuk berbagai macam keperluan. Namun jika pergi... more »
  • 04-12-15

    Festival Teater Jaka

    Tatanan estetika panggung dan tata cahaya menjadi tema besar perhelatan akbar tahunan Festival Teater Jakarta yang ke-43. Bagaimana pekerja teater... more »
  • 04-12-15

    Museum Benteng Vrede

    Event museum di malam hari diminati oleh para pengunjung, terutama kaum muda. Apalagi, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tampak begitu romantis... more »