Maudy Koesnaedi, Cinta Mati Pada Betawi

20 Oct 2015

Meski memiliki darah Sunda, wanita yang dikenal dengan perannya sebagai Zaenab dalam serial Si Doel Anak Sekolah ini mengaku sangat mencintai budaya Betawi. Untuk itu ia rela menghabiskan waktunya terus mengedukasi dan mengajak generasi muda mencintai Betawi lewat seni pertunjukan.

Teater Abang None yang berdiri sejak tahun 2009, diprakarsai oleh Maudy Koesnaedi. Proyek berbasis komunitas ini merupakan bentuk sumbangsih dan usaha melestarikan budaya betawi, juga sebagai sarana untuk memotivasi dan memberikan kesempatan kepada Abang None Jakarta untuk turut serta dalam usaha tersebut.

Sebagai None Jakarta tahun 1993, wanita yang dikenal sebagai Zaenab ini merasa bertanggung jawab atas pelestarian budaya, khususnya Betawi. Sampai saat ini Teater Abang None sudah memproduksi 9 pertunjukan diantaranya “Cinta Dasima”, dan “Soekma Djaja”. Produksi terbaru adalah “Jawara Langgam Hati Dari Marunda” yang akan dipentaskan 24 dan 25 Oktober 2015 di Gedung Kesenian Jakarta.

Berturut-turut menjadi produser pertunjukan teater abang none tak membuat ibu satu anak ini lelah, bahkan beberapa kali ia menjadi sutradara dalam pertunjukan skala kecil. “Bisa dibilang saya sudah sangat mencintai dunia ini. Sempat ada satu pertunjukan saya menjadi bintang tamu, tapi sudah nggak sanggup lagi, karena sebagai produser tanggung jawab dan tuntutan saya sudah sangat besar jadi ingin lebih fokus di sini,” katanya saat ditemui di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Kamis (15/10)

Selama dirinya menjadi produser, pementasan ke-10 inilah yang menjadi pertunjukan terberat bagi Maudy dan tim. Selain mempersiapkan pemain untuk latihan selama 8 bulan, pementasan kali ini tak hanya mengandalkan acting dan vocal. Risiko semakin bertambah karena ada adegan silat, action, dan martial art. “Saya semakin senewen deh, mikirin mereka keseleo, lebam-lebam badannya, juga memikirkan biaya produksi yang tentu membengkak. Saya terus mencari solusi bagaimana caranya menekan biaya untuk terlaksananya pertunjukan ini,” kata Maudy.

Namun di balik semua ketegangan dan kelelahannya menjadi ‘ibu’ dari Teater Abang None ini, Maudy boleh berbangga hati karena dalam setiap pertunjukan semua orang yang terlibat selalu memiliki semangat tinggi dan berkomitmen penuh meski tidak dibayar. “Saya yang awalnya merasa berat jadi ringan karena kita bersatu, apalagi kalau sudah cinta sama budaya Betawi susah dan senang semua kita terima,” kata wanita kelahiran 8 April 1975 ini.

Perjuangannya pun tak sia-sia, selain didukung penuh oleh pemerintah daerah, beberapa pertunjukan yang ia presentasikan ke produser film disambut dengan sangat baik. Beberapa produser sudah menawarkan untuk menjadikan pentas teater mereka tayang dalam layar lebar. “Kami masih mematangkan segala sesuatunya, karena membuat film yang bagus dan layak untuk ditonton itu tidak mudah,” ujar dia.

Maudy ingin semua proses yang ia jalani bersama Teater Abang None ini dihargai sebagai proses dan sukses karena proses. Di tengah apresiasi masyarakat yang sangat minim terhadap dunia pertunjukan, ia ingin perlahan masyarakat mulai mencintai dan menghargai dunia pertunjukan.

“Seni pertunjukan itu milik semua kalangan masyarakat, bukan untuk kalangan orang kaya, atau golongan tertentu saja. Ayo datang dan tonton sejarah dari budaya Betawi yang kami suguhkan, semoga cita-cita saya menjadi produser yang ada manfaatnya untuk masyarakat bisa tercapai,” ujar Maudy.

Natalia S.

Maudy koesnadi, Cinta Mati Pada Betawi Maudy koesnadi, Cinta Mati Pada Betawi PROFIL

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 24-10-15

    Atien Kisam, Guru Si

    Ayahnya juga merupakan keturunan dari seniman Betawi tempo dulu Djiun, hasil perkawinannya dengan Mak’ Kinang yang berprofesi sebagai penari. Bisa... more »
  • 24-10-15

    Senin Pon Hari Tidak

    Penghitungan hari jenis ini disebut perhitungan Panca Suda, yang menentukan risiko baik atau buruk dari arah kita bepergian. Senin Pon, 26 Oktober... more »
  • 24-10-15

    Sound of Nature=Soun

    Karya Jerry yang dibingkai dalam tema Sound of Nature=Sound of God ini banyak menggunakan ungkapan visual yang metaforik atau bahasa simbol. Dari... more »
  • 23-10-15

    Denmas Bekel 23 Okto

    Denmas Bekel 23 Oktober 2015 more »
  • 23-10-15

    SMP Mondial Semarang

    Mereka sama sekali belum pernah memainkan kesenian tradisional Jawa ini. Jadi wajar mereka terlihat begitu heran melihat banyaknya instrumen gamelan... more »
  • 23-10-15

    Kisah Perlawanan Pan

    Kurang lebih setengah dari buku ini membahas perlawanan Pangeran Mangkubumi terhadap Belanda, dan cara-cara Belanda mengatasi perlawanan tersebut.... more »
  • 22-10-15

    Penyerahan Hadiah Lo

    Lomba yang diikuti oleh 48 fotografer dengan jumlah karya sebanyak 175 foto ini akhirnya menghasilkan juara I-III, juara harapan I-III, 5 foto... more »
  • 22-10-15

    Penyair Pekerja Migr

    Meski tinggal di Singapura, Melur Seruni aktif merespon kegiatan Sastra Bulan Purnama melalui Facebook. Apalagi Melur, melalui akun Facebook-nya,... more »
  • 22-10-15

    Buku Pelajaran Temba

    Meski Jepang hanya menjajah tanah Indonesia selama kurang lebih tiga setengah tahun, pemerintah penjajah ini masih sempat mengurusi bidang pendidikan... more »
  • 21-10-15

    Slank Ingin Bawa Reo

    Jakarta menjadi kota ke-3 dalam rangkaian konser Slank 10 kota bertajuk ‘Reog & Roll’. Membawa konsep baru dalam konsernya, Slank menyuguhkan... more »