GADHUNG MLATHI

04 Apr 2005 / Tag: Berita BUDAYA KABAR ANYAR

GADHUNG MLATHI

Kalimat yang dipakai judul tulisan ini bukan menunjuk tempat atau nama orang. Tetapi kalimat itu merupakan nama gendhing karawitan Jawa. Bagi orang non Jawa, barangkali tidak (atau belum) mengenal nama gendhing karawitan itu. Karena di Jawa memang ada banyak nama gendhing karawitan.

Gadhung Mlathi adalah jenis gendhing karawitan Jawa yang dikenal mempunyai nilai sakral. Tidak setiap saat gendhing itu ditabuh. Untuk membunyikan gendhing Gadhung Mlati tidak bisa melepaskan sesaji. Karena itu, sebelum gedhing ditabuh, sesaji harus sudah disiapkan. Rupa-rupa sesaji, termasuk ada seekor ayam hidup, ada sega (nasi) tumpeng, pisang dan seterusnya bagian dari keseluruhan sesaji.

Bagaimana kisah Gadhung Mlati sehingga disebut gendhing sakral?

Dalam satu teks penelitian mengenai Gadhung Mlathi dikisahkan, bahwa pada masa pemerintahan Paku Buwana IV di Surakarta terjadi suatu wabah penyakit yang ganas. Banyak orang meninggal dikarenakan wabah tersebut. Salah satu korban meninggal akibat wabah itu adalah abdi dalem miji penggender, seorang perempuan yang bernama Nyai Jlamprang. Tapi anehnya, ketika orang sudah berkumpul hendak mensucikan, Nyai Jlamprang hidup kembali dan menceritakan riwayatnya. Secara ringkas dikisahkan, bahwa Nyai Jlamprang, yang oleh orang dianggap meninggal akibat wabah, rupanya dipanggil untuk menghadap Kanjeng Ratu Kencana Sari yang bertahta di Samudra Selatan. Di tempat tahtanya itu Nyai Jlamprang diajarkan tentang sebuah gendhing, yaitu Gadhung Mlathi: Gendhing gender slendro pathet sanga.

Kanjeng Ratu Kencana Sari, di dalam satu teks (penelitian) itu diantaranya berkata pada Nyai Jlamprang dalam bahasa Jawa: “Jlamprang ingsun kagungan gendhing jeneng Gadhung Mlathi. Gending gender slendro pathet sanga. Eman banget yen ora sira rawati karana agung sawabira kena kinarya tetumbal amrih raharjaning nagara. Iku ingsun wulangke marang sira. Yen wis kecakup nuli ujubna Kanmkas Sunan”.

Namun setelah peristiwa itu, setidaknya sejak abad 18 masa pemerintahan Paku Buwana IV hingga sekarang gendhing Gadhung Mlathi jarang, atau bahkan tidak pernah dipentaskan. Sehingga orang tidak mengenal irama gendhing itu.

Maskarja (Masyarakat Karawitan Jawa) yang dipimpin Prof. Dr. Timbul Haryana bersama dengan Rumah Budaya Tembi, di pendapa Rumah Budaya Tembi, kembali menghadirkan gendhing Gadhung Mlathi yang dianggap sakral awal Maret lalu (tepatnya 3 Maret). Gendhing yang memerlukan waktu 30 menit untuk dibunyikan itu, dimainkan tepat pukul 00.00 WIB.

Tepat dinihari itu, seluruh lampu di Rumah Budaya Tembi dipadamkan. Seluruh efek suara dilarang untuk dihadirkan, termasuk hand phone. Asam kemenyan dan hio memberikan suasana menjadi terasa tintrim dan menghadirkan suasana magis. Dalam suasana itu, gendhing Gadhung Mlathi dibunyikan. Semua orang yang ikut dalam peristiwa sakral itu tidak mengeluarkan suara sehingga menambah suasana sakral pada gendhing Gadhung Mlathi. Di tengah keremangan, karena hanya ada cahaya lampu samar-samar seperti mengesankan betapa sakralnya Gadhung Mlati.

30 menit kemudian gendhing Gadhung Mlathi selesai dibunyikan. Lampu kembali dinyalakan. Sakralitas gendhing sudah sirna.

Ons Untoro

Berita BUDAYA Source Link: Jakarta

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 02-04-16

    Sastra dan Lagu Puis

    Sastra dan seni rupa memang seringkali bertemu di Tembi. Kali ini, lagi-lagi di Tembi Rumah Budaya, pembukaan pameran S Wandhie yang diberi tajuk ‘... more »
  • 02-04-16

    Selasa Kliwon Pekan

    Pranatamangsa masuk mangsa Kasepuluh (10), umurnya 24 hari, mulai 26 Maret s/d 18 April. Musim padi tua, burung-burung sedang membuat sarang. Ternak-... more »
  • 02-04-16

    Kisah Kematian Sumit

    Pada ulang tahun ke-5 paguyuban dalang-dalang muda Sukrokasih Yogyakarta mengadakan pentas pakeliran apresiasi. Kali ini yang ditampilkan adalah... more »
  • 01-04-16

    Melalui Sandi Eksist

    Museum Sandi Yogyakarta yang terletak di Jalan Faridan M Noto 21 Kotabaru, menyimpan kisah penting tentang peran Lembaga Sandi di awal kemerdekaan... more »
  • 01-04-16

    Dokumentasi Pembuata

    Berikut ini adalah foto-foto tentang proyek pembuatan jalan kereta api di Jawa oleh perusahaan perkeretaapian Belanda. Proyek ini pada masa itu tentu... more »
  • 31-03-16

    Urban Gigs 2016, Unj

    Gelora jiwa muda terpancar di area perkir timur Gor Amongrogo Yogyakarta  manakala hujan reda dan aroma basah mulai terhembus dari uap jalan... more »
  • 31-03-16

    Melihat Asia Tenggar

    Judul            : Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450 – 1680. Jilid 1 : Tanah di Bawah Angin... more »
  • 30-03-16

    Selama Sebulan S Wan

    Perupa dari Sidoarjo, S Wandhie akan menggelar karya-karyanya di ruang pamer Tembi Rumah Budaya, Sewon, Bantul, Yogyakarta, selama satu bulan... more »
  • 30-03-16

    Gatot Nugroho: Beker

    “Bekerja di museum itu kuncinya harus ikhlas,” ungkap Gatot Nugroho.  “Jika kita ikhlas, maka hati kita akan senang. Walaupun keikhlasan kita... more »
  • 30-03-16

    Monumen Brimob Seday

    Monumen Brigade Mobil (Brimob) Polri berada di Dusun Sengon Karang, Kelurahan Argodadi, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Bila... more »