Gladhen Tembang Macapat (8) DURMA

22 Dec 2012 Kursus Tembang Macapat

Gladhen Tembang Macapat (8)
DURMA
Oleh: herjaka HS

Pada umumnya tembang Durma mempunyai watak galak. Tetapi kadang kala mengandung suasana yang seram, membuat rasa takut.

Tembang Durma mempunyai struktur sebagai berikut:

Satu bait syair tembang disebut dengan ‘pada.’ Dalam satu ‘pada’ tembang Durma berjumlah tujuh baris, masing-masing baris disebut dengan ‘gatra.’ Setiap gatra mempunyai struktur ‘guru wilangan’ (jumlah suku kata) dan ‘guru lagu’ (huruf akhir dari sebuah gatra). Dalam seni tembang Macapat ada 4 macam guru lagu yaitu:

1. Guru lagu ‘wulu’
Wulu adalah nama salah satu sandangan dalam aksara Jawa yang menjadikan huruf yang diberi sandangan ‘wulu’ berakhiran i. misalkan huruf Jawa Ha di ’wulu’ menjadi Hi, Na di’wulu’ menjadi Ni.

2. Guru lagu ‘suku’
Suku adalah nama salah satu sandangan dalam aksara Jawa yang menjadikan huruf yang diberi sandangan ‘suku’ berakhiran u. misalkan huruf Jawa Ha di ’suku’ menjadi Hu, Na di’suku’ menjadi Nu.

3. Guru lagu ‘taling’
Taling adalah nama salah satu sandangan dalam aksara Jawa yang menjadikan huruf yang diberi sandangan ‘taling’ berakhiran e. misalkan huruf Jawa Ha di ’taling’ menjadi He, Na di’suku’ menjadi Ne.

4. Guru lagu ‘taling-tarung’
Taling-tarung adalah nama salah satu sandangan dalam aksara Jawa yang menjadikan huruf yang diberi sandangan ‘taling-tarung’ berakhiran o. misalkan huruf Jawa Ha di ’taling-tarung’ menjadi Ho, Na di’suku’ menjadi No.

5. Guru lagu ‘legena’
Legena adalah istilah untuk menyebut huruf Jawa apa adanya, tidak diberi sandangan atau nglegena. misalkan huruf Jawa Ha, Na, Ca, Ra, Ka dan seterusnya.

Contoh:

Gatra 1, terdiri dari 12 suku kata dengan akhiran i ‘wulu’
Gatra 2, terdiri dari 7 suku kata, dengan akhiran i ‘wulu’
Gatra 3, terdiri dari 6 suku kata, dengan akhiran a ‘nglegena’
Gatra 4, terdiri dari 7 suku kata, dengan akhiran a ‘nglegena’
Gatra 5, terdiri dari 8 suku kata, dengan akhiran i ‘wulu’
Gatra 6, terdiri dari 6 suku kata, dengan akhiran a ‘nglegena’
Gatra 7, terdiri dari 7 suku kata, dengan akhiran i ‘wulu’

Pada umumnya tembang Durma mempunyai watak galak. Tetapi kadang kala mengandung suasana yang seram, membuat rasa takut.

Untuk kali ini yang dipakai gladhen tembang adalah tembang ‘Durma Rangsang’. Syair tembang mengambil dari teks tembang dari kitab Centhini Pupuh 263, yang sudah dibaca pada acara Macapatan Malem Rebo Pon putaran 115, di pendapa Tembi Rumah Budaya pada 4 Desember 2012 lalu, sebanyak tujuh ‘pada’ dengan rincian sebagai berikut:

Durma

Anggandika sang Aprabu Ngabdurahman
kakang caosan iki
teka saben ndina
kabeh awarna-warna
iki nggonmu buruh mutih
Sayid Markaban
asru dennya nauri

2. Karsanipun san aprabu Ngabdurahman
adhi pakaryan mami
kaben sinalinan
panggawe wingi ika
dadi ingsun mring pasisir
angusung barang
lawan buruh nglamusi

3. Lawan malu unggyanne wong padha sayang
barekahing narpati
murahing Hyang Suksma
tinrap munggeng ing karna
sabab yen wong buruh mutih
menek tan tahan
ambelangken dariji

4. Buruh nyukur yen katanggor sayid gumball
gawe malarat pasthi
lamun ndomdomana
yen jarum iku patah
nalusup marang dariji
nggawe barah
lamun wong mandhe wesi

5. Menek kena geni malenthung adadya
gugudhig marang rai
sang nata ngandika
he kakang ratunira
kaseser sasare sisir
retuning setan
akeh dipun dheweki

6. Iku layak kapengin mutih priyangga
samakeyan narpati
ingnging Sayid Markaban
aywa cariwis sira
lah payo padha angemil
angemal-emal
panganan piring iki

7. Prabu Ngabduirahman anurut sakarsa
ganti nyalempung ngibing
menyanyi narebang
enjing sang nata jengkar
parentah larangan malih
wong ngusung barangh
sing palwa den larangi

Keterangan: notasi tembang yang ditulis di atas memakai nada gamelan Jawa (nada Pentatonik). Biasanya instrument gamelan yang untuk ninthing atau membidik nada adalah Gender Barung. Jika tidak ada gamelan, dapat menggunakan gitar atau piano (nada Diatonik) dengan padanan nada sebagai berikut:

Pentatonik Diatonik
Gamelan Slendro sanga Piano/Gitar
1 (ji) = 3 (mi)
2 (ro) = 5 (sol)
3 (lu) = 6 (la)
5 (ma) = 1 (do)
6 (nem) = 2 (re)

Selain makanan dan minuman, orang hidup membutuhkan ajaran kehidupan. Semar sedang mengajarkan kearifan lokal lewat tembang Macapat di Pendapa Tembi Rumah Budaya. (lukisan Herjaka HS 2012)
Selain makanan dan minuman, orang hidup membutuhkan ajaran kehidupan.
Semar sedang mengajarkan kearifan lokal lewat tembang Macapat
di Pendapa Tembi Rumah Budaya. (lukisan Herjaka HS 2012)

Source Link: Jakarta

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 27-08-16

    Bayi Kelahiran Mangs

    Pranatamangsa: memasuki Mangsa Surya III Mangsa Katelu, 25 Agustus sampai dengan 17 September 2016, umur 24 hari. Candrane: Suta Manut ing Bapa,... more »
  • 27-08-16

    Topeng, Tradisi yang

    Topeng, merupakan salah satu koleksi di Museum Tembi Rumah Budaya Yogyakarta. Ada sekitar 15 topeng kuno yang dikumpulkan oleh Bapak Drs P Swantoro,... more »
  • 27-08-16

    Pameran Kriya Besar

    Tanggal 22-28 Agustus 2016 secara khusus Jogja Gallery, di Jl Pekapalan 1, Alun-alun Utara Yogyakarta  menyelenggarakan pameran besar kriya... more »
  • 26-08-16

    Teater Gandrik Penta

    Lakon “Orde Tabung” karya Heru Kesawa Murti akan dipentaskan Teater Gandrik dalam bentuk dramatic reading di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (... more »
  • 26-08-16

    Alfian Emir Adytia d

    "Bisa karena biasa", menjadi pegangan bagi Alfian Emir Adytia (24) dalam menapaki jenjang kariernya di dunia musik. Pemuda kelahiran Ngawi, 24 Juni... more »
  • 26-08-16

    Uniform di Mata Haru

    Manusia diciptakan tidak seragam. Alam raya juga tidak seragam. Justru yang suka menyergamkan adalah manusia itu sendiri. Pada sisi ini sebenarnya... more »
  • 25-08-16

    Puisi Napi di Sastra

    Puisi ternyata juga ditulis oleh para napi, yang sekarang disebut sebagai warga binaan dari Lapas Wirogunan, Yogyakarta. Para napi menulis puisi dan... more »
  • 25-08-16

    Denmas Bekel 25 Agus

    Denmas Bekel 25 Agustus 2016 more »
  • 25-08-16

    Pawai Jalanan Pembuk

    Perhelatan seni tahunan di Yogyakarta yang disebut dengan Festival Kesenian Yogyakarta telah dibuka secara resmi pada hari Selasa sore, 13 Agustus... more »
  • 24-08-16

    Berkaca pada Kisah J

    Ki Santosa, dalang dari Keyongan Sabdodadi Bantul ‘ketiban sampur’ untuk membawakan pentas pakeliran wayang kulit purwa di pendapa Ngamarta Pasutan... more »