Sensasi Jeroan Sapi di Warung Makan Kebon Ndhelik

Author:kombi / Date:28-11-2013 / Tag: Makan Yuk / Makan yuk ..!

Sensasi Jeroan Sapi di Warung Makan Kebon Ndhelik

Jeroan yang disajikan di warung ini demikian bersih. Tidak ada warna hitam atau abu-abu pada bagian babatnya. Semua sajian jeroan ini tidak diolah dengan bumbu bacem atau gongso, namun digoreng. Jadi, rasa yang ditampilkan dominan pada sentuhan asin-gurih.

Tampilan Warung Makan Kebon Ndhelik di Jl. Parangtritis Km 11, Bantul, Yogyakarta, difoto: Jumat, 22 November 2013, foto: a.sartono
Tampilan Warung Makan Kebon Ndhelik

Olahan makanan dari bahan jeroan umumnya dihindari orang, terutama orang-orang yang mengidap penyakit asam urat. Sekalipun demikian, jeroan dikenal memiliki citarasa tersendiri dibandingkan dengan jenis daging lainnya.

Jeroan sapi yang diungkep dengan bumbu bacem atau rempah dan kemudian digoreng akan menghasilkan citarasa olahan daging yang sangat nikmat. Tekstur dan aroma jeroan yang diolah dengan cara demikian sangat berbeda dibandingkan dengan daging biasa yang diolah dengan cara yang sama.

Salah satu rumah makan yang menyajikan menu jeroan sapi adalah Kebon Ndhelik di Jl Parangtritis Km 11, Dusun Dawang, Pedukuhan Manding, Kelurahan Sabdodadi, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul. Sekalipun namanya Warung Makan Kebon Ndhelik, namun warung ini berlokasi persis di pinggir jalan (sisi) timur Jl Parangtritis. Jadi, tidak benar-benar ndhelik (sembunyi).

Sajian khas Warung Makan Kebon Ndhelik: jeroan Sapi, difoto: Jumat, 22 November 2013, foto: a.sartono
Sajian khas, jeroan sapi

WM Kebon Ndhelik sesungguhnya tidak hanya menyajikan menu olahan dari jeroan sapi, namun juga ayam kampung. Namun karena Tembi penasaran dengan olahan jeroannya, Tembi memilih menu berbahan jeroan sapi, yakni babat goreng dan koyor goreng. Oh ya, semua olahan di warung ini memang dengan cara digoreng, kecuali untuk sayurnya. Tembi juga memesan jus sirsak dan sayur asem dengan maksud agar dapat sedikit mengerem efek daging jeroannya.

Jeroan yang disajikan di warung ini demikian bersih. Tidak ada warna hitam atau abu-abu pada bagian babatnya. Semua sajian jeroan ini tidak diolah dengan bumbu bacem atau gongso, namun digoreng. Jadi, rasa yang ditampilkan dominan pada sentuhan asin-gurih. Gorengan jeroan juga terasa sedikit lebih kering, tidak seperti sajian gorengan jeroan pada umumnya. Demikian pun dengan koyor gorengnya.

Jeroan yang digoreng agak kering memang menunjukkan tekstur yang sedikit kaku dan cenderung keras. Namun jangan khawatir karena jeroan di tempat ini dan jenis yang lain semuanya telah dipotong-potong dan siap santap sekali hap ! Tidak perlu khawatir untuk “berkelahi” dulu dengan jeroan (babat, iso, dan lain-lain yang umumnya berkarakter agak alot).

jeroan Goreng dan Koyor Goreng dari Warung Makan Kebon Ndhelik, difoto : Jumat, 22 November 2013, foto: a.sartono
jeroan goreng dan koyor goreng

Perebusan yang lama menjadikan daging dari jeroan di tempat ini cukup lunak dan nyaman dikunyah. Untuk sayur asemnya sendiri menurut Tembi terasa kurang sentuhan rasa manis dan asamnya, lebih terasa asinnya. Selain itu sayurannya juga terasa masih kurang lengkap.

Ulfa Diani (19) yang menjadi kasir dan juga pengelola manajemen di WM Kebon Ndhelik menyatakan bahwa dulu memang ada sajian jeroan bacem yang kemudian digoreng, namun peminatnya ternyata sangat sedikit. Setelah diganti menu dengan jeroan goreng biasa, justru peminatnya meningkat tajam.

Dalam sehari WM Kebon Ndhelik biasa menghabiskan 2 (dua) kilogram daging jeroan dan 40 ekor ayam. Warung ini buka pukul 10.00-20.00 WIB. WM Kebon Ndhelik memiliki ruangan yang mampu menampung 100 orang di bagian bawah dan 70 orang di bagian atas. Umumnya warung makan ini sangat sibuk (ramai) di hari Sabtu-Minggu atau hari-hari libur.

Ulfa Diani (19) Kasir Warung Makan Kebon Ndhelik, difoto: Jumat, 22 November 2013, foto: a.sartono
Ulfa Diani (19) kasir warung Makan Kebon Ndhelik

Untuk satu porsi jeroan goreng dibanderol dengan harga Rp 6.000, Nasi Rp 2.500, jus sirsak Rp 7.000,- dan koyor Rp 6.000. Sementara sayur asem dipatok dengan harga Rp 3.000 per porsi.

Makan yuk ..!

Naskah & foto:A. Sartono

Makan Yuk Source Link: Jakarta

Latest News

  • 26-07-14

    Lukisan Kaca dari Em

    Pameran seni lukis kaca ini, yang berlangsung dari 11 Juli sampai 11 Agustus, baru pertama kali diselenggarakan di ruang pamer Tembi Rumah Budaya.... more »
  • 26-07-14

    Hari Keberuntungan O

    Kelebihan orang Wuku Maktal adalah sentosa budinya, setia pendiriannya. Namun, ia mudah kecewa jika pekerjaannya dianggap kurang benar oleh orang-... more »
  • 26-07-14

    Pasinaon Basa Jawa K

    Berikut ini contoh penerapan kata pada tataran bahasa Jawa saat ini, dengan keterangan: n = singkatan dari bahasa ngoko, na = bahasa ngoko halus, k... more »
  • 26-07-14

    Benarkah di Bantul P

    Mereka sempat menduga itu merupakan kerangka kuda atau sapi. Namun demi melihat struktur tulang lehernya yang kelihatan jenjang, mereka punya pikiran... more »
  • 26-07-14

    Ada Rumah Limasan Te

    Pameran foto ini menampilkan keindahan dan kekhasan aspek budaya, religi dan alam di Yogyakarta. Rencananya, foto yang dipajang akan diganti setiap... more »
  • 25-07-14

    Pesan Visual dari Ta

    Ada 7 judul karya dengan tema besar Papua Sehat yang diputar di Goethe Haus oleh Forum Lenteng. Film-film tersebut mendokumentasikan masalah... more »
  • 25-07-14

    Main Kartu Sambil Be

    Permainan kartu modifikasi ini dinamai Tatepat, singkatan dari Karuta Tembang Macapat. Karuta adalah permainan kartu di Jepang yang mengilhami... more »
  • 25-07-14

    Mengajak Anak Muda M

    Acara tersebut bukan hanya diisi dengan tembang macapat dan lantunan geguritan, namun juga pelatihan bagi generasi muda untuk bisa membuat tembang... more »
  • 25-07-14

    Buka Bersama Seniman

    Faruk HT, selaku Kepala PKKH UGM mengajak para seniman dan budayawan kembali ke UGM. Karena pada masa tahun 1970-an sampai 1980-an, ketika Purna... more »
  • 24-07-14

    Judul Buku 93

             ... more »