Roti Lauw yang Memang Ngangenin

15 Apr 2014 Itulah Roti Lauw. Bagi sebagian orang yang lahir dan tinggal di Jakarta, roti dan kue lawas itu pasti punya kenangan tersendiri terlebih untuk yang berdomisili di daerah Pusat, Selatan dan Timur.

Roti Lauw, Kramat, Jakarta, foto: Beatrix Imelda
Toko Roti Lauw yang tetap bersahaja sejak 1940

Bangunan itu masih sama sejak puluhan tahun lalu. Terletak di pinggir jalanan dekat rel kereta api, di dalam bangunan itu terdapat rak sederhana untuk memajang beraneka macam roti yang didatangkan pada waktu tengah malam dan siang hari. Biasanya selepas tengah hari display itu pasti mendadak sepi karena roti sudah banyak terjual.

Papan nama toko pun tidak terlihat mewah, namun banyak orang sudah mengenal betul merek roti yang sudah ada sejak tahun 1940 tersebut. Toko ini terletak di Jalan Srikaya No 10-11 di kawasan Kramat Sentiong, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, yang letaknya memang agak terpencil.

Roti Lauw, Kramat, Jakarta, foto: Beatrix Imelda
Roti abon di pajangan

Itulah Roti Lauw. Bagi sebagian orang yang lahir dan tinggal di Jakarta, roti dan kue lawas itu pasti punya kenangan tersendiri terlebih untuk yang berdomisili di daerah Pusat, Selatan dan Timur.

Toko roti itu didirikan oleh Lauw Eng Nio pada tahun 1940 dan kemudian pada tahun 1945 bisnis roti dilimpahkan ke Ncun Suryadi. Saat ini, bisnis roti Lauw dilanjutkan oleh anak Ncun. Dari semua outlet toko Roti Lauw yang diketahui pusatnya ada di daerah Fatmawati Jakarta Selatan dengan bentuk yang lebih modern, tidak kalah ramai dengan toko yang ada di daerah Kramat ini dengan bentuk yang lebih sederhana.

Roti Lauw, Kramat, Jakarta, foto: Beatrix Imelda
Rak pajang menyajikan aneka kue

Roti Lauw menjual berbagai macam roti dengan aneka rasa yang cukup umum dan gampang dinikmati semua orang. Namun dari semua jenis roti produksinya, tetap ada beberapa jenis roti yang masih difavoritkan hingga saat ini, misalnya: roti gambang yang berbentuk persegi panjang pipih dan di bagian atasnya ditaburi wijen dengan tekstur yang lebih keras. Roti beraroma kayu manis ini sangat cocok jika ditemani degan secangkir kopi atau teh manis hangat di sore hari.

Roti Lauw, Kramat, Jakarta, foto: Beatrix Imelda
Pasokan roti tiba

Meski zaman telah bergulir, tapi Roti Lauw tetap eksis dengan kekhasannya, tanpa tergoyahkan oleh tren kultur baru “roti mal” yang untuk membelinya perlu mengantri. Roti Lauw pun tetap setia dihadirkan oleh tukang roti keliling bergerobak kaca dengan terompet pencet yang menandakan kehadirannya setiap melewati kompleks perumahan.

Roti versi lampau tersebut terbukti berusia panjang karena memang sulit untuk tergantikan karena keorisinilan rasa yang terbukti ngangenin.

Makan yuk ..!

Naskah dan foto: Beatrix Imelda

KULINER

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 26-06-15

    OK Video 2015 Tampil

    Masih dalam rangkaian OK Video 2015, kumpulan arsip hasil penelitian tentang cerita pendek berjudul ‘Langit Makin Mendung’ karangan Ki Pandjikusmin... more »
  • 26-06-15

    Mario Kahitna Masuk

    Selain seni suara dan musik, pria kelahiran Jakarta 11 Maret 1982 ini mengaku sangat menyukai hal-hal yang berbau desain busana. Desain pertama Mario... more »
  • 25-06-15

    OK Video 2015 Worksh

    Festival seni media berskala internasional, OK Video – Indonesia Media Arts Festival, kembali hadir. Bertempat di Galeri Nasional Indonesia tahun ini... more »
  • 25-06-15

    Sisa Peninggalan Tua

    Rumah penginapan atau orang sering menyebutnya sebagai Hotel Tuan John Kersch sekarang sudah tidak berbekas lagi. Hotel itu berada di sebelah barat... more »
  • 24-06-15

    Pendok Bunton dalam

    Disebut Pendok Bunton karena pendok ini menutup seluruh bagian gandar dari warangka (sarung) keris. Pada umumnya, keris berpendok Bunton banyak... more »
  • 24-06-15

    Slamet Riyadi Sabraw

    Sejak masih sebagai mahasiswa, Slamet selain dikenal sebagai penyair, dia juga ikut mengelola majalah kampus “Gelora Mahasiswa” bersama diantaranya... more »
  • 23-06-15

    Ruang Selfie dari Ar

    Artjog dalam perkembangannya memang telah menjadi fenomena kebudayaan, yang memberi ruang kepada siapa saja untuk ikut merespon’ karya-karya yang... more »
  • 23-06-15

    Upacara Peh Cun Tanp

    Peringatan hari besar Peh Cun biasanya dimeriahkan dengan festival barongsai, tapi untuk tahun 2015 ini hal itu tidak dilakukan. Ini semua untuk... more »
  • 22-06-15

    Puisi Membuka Pemera

    Pada pembukaan pameran seni rupa karya Choerodin, terasa agak berbeda, karena hanya diisi dengan pembacan puisi, tanpa ada acara lain. Dengan... more »
  • 22-06-15

    Cheng Ho, Salah Satu

    Dalam pelayaran tersebut Cheng Ho mengemban misi kemiliteran, kebudayaan dan diplomatik. Cheng Ho banyak membantu dalam menyebarkan agama Islam di... more »