Resep Warisan dari mBah Hadi

Author:kombi / Date:19-11-2012 / Tag: Makan Yuk / Makan yuk ..!

Resep Warisan dari mBah Hadi

Biasanya, kalau mengunjungi bakmi ‘mbah Hadi’ pukul 20-an, konsumen yang antri sudah banyak. Kursi di ruang duduk dalam selalu sudah penuh. Kursi luar juga penuh.

Bakmi nyemek dari warung bakmi ‘mBah Hadi’, Foto: Ons Untoro
Resep warisan dari mBah Hadi, sepiring bakmi nyemek yang enak rasanya

Ini kisah bakmi Jawa yang laris, karena kalau memesan pasti menunggu lebih dari urutan ke-10. Maklum, memasaknya satu demi satu. Kuliner Tembi, berulang kali, saat mampir di warung bakmi Jawa ‘mBah Hadi’ ini, pasti nunggu minimal di urutan 15, bahkan pernah nomor 20.

Tetapi, pada Kamis malam, 7 November 2012, Kuliner Tembi mengalami rekor yang menakjubkan. Karena pada kali ini, begitu memesan langsung dibuatkan.

“Masih nunggu berapa, pak?” tanya kuliner Tembi begitu memasuki ruang makan yang terdiri dari kursi dan meja kayu.

“Langsung dibuatkan pak?” jawabnya.

“Ah, yang benar, biasanya menunggu lebih dari nomor 15,” kuliner Tembi kembali bertanya kurang yakin jika tanpa harus menunggu.

Begitulah, pesanan bakmi nyemek, tidak berapa lama diantarkan ke meja Tembi. Sebelumnya, teh jahe yang dipesan, hanya dalam waktu tidak sampai 5 menit sudah dihidangkan di meja.

Mungkin karena Kuliner Tembi datang ke warung bakmi Jawa ‘mBah Hadi’ sudah sekitar pukul 22.30, sehingga tidak perlu menunggu lama. Karena biasanya, kalau mengunjungi bakmi ‘mbah Hadi’ pukul 20-an, konsumen yang antri sudah banyak. Kursi di ruang duduk dalam selalu sudah penuh. Kursi luar juga penuh.

“Nunggu berapa pak?”

“ Dua puluh lima,” jawabnya

Menikmati bakmi nyemek di warung bakmi ‘mBah Hadi’, Foto: Ons Untoro
Slamet Riyadi Sabrawi dan Genthong Hariono Seloali
menikmati bakmi nyemek ‘mBah Hadi’ tanpa harus antri

Orang yang bertanya geleng kepala, sambil mengurungkan niatnya untuk makan. Namun, tidak sedikit pula yang setia menunggu antrian yang cukup panjang. Sambil menunggu, selain menikmati minuman, ada makanan kecil tersedia, misalnya kacang bawang, kerupuk dan sejenisnya.

Warung bakmi Jawa ‘mBah Hadi’ ini masih berada di Terban, Yogyakarta, menyatu dengan pom bensin Terban. Di lokasi ini, selain ada bakmi Jawa ‘mBah Hadi’, ada mini market. Di lantai atas mini market ada kafe. Jadi, untuk masuk warung bakmi Jawa ‘mBah Hadi’ harus memasuki pom bensin, dan dipojok pom bensin warung bakmi Jawa itu terletak.

Kini, warung bakmi Jawa ‘mBah Hadi’ diteruskan oleh anak-anaknya. Sang perintis, Gumbreg Hadi Sumarto, yang dikenal dengan nama mBah Hadi, sudah tiada. Warung bakmi ini dirintis mbah Hadi tahun 1995, dan sudah mempunyai banyak pelanggan. Dalam sehari setidaknya bisa memasak sebanyak 200 piring.

Resep warisan dari mBah Hadi masih diteruskan, sehingga kualitas rasanya masih terus terjaga. Karena itu para pelanggannya masih setia mengunjungi warung bakmi ini, meski peramunya sudah diteruskan anaknya.

“Kami menjaga kualitas rasa dari bakmi ini,” kata salah seorang anak dari mBah Hadi.

Kuliner Tembi ke warung bakmi ‘mBah Hadi’ bersama dengan seorang penyair dan penggemar bakmi, yakni Slamet Riyadi Sabrawi, dan seorang aktor teater senior Yogyakarta, Ganthong Hariono Seloali. Keduanya, seperti kuliner Tembi, memesan bakmi nyemek tanpa penyedap rasa (micin) dan teh jahe.

“Meski tanpa micin, rasanya tetap enak. Ini artinya, bakmi mBah Hadi ini memang enak rasanya,” komentar Genthong sambil mengunyah mie nyemek.

Selain bakmi nyemek, bakmi godog, bakmi goreng, nasi goreng, pelanggan bisa minta disertakan uritan. Misalnya, nasi goreng uritan, atau juga bakmi goreng kepala dan seterusnya. Telor yang disediakan bukan telor ayam negeri, melainkan telor bebek. Para penggemar bakmi Jawa tahu, bahwa warung bakmi Jawa dengan telor bebek, artinya penjual bakmi mengerti akan selera rasa bakmi Jawa.

Ada banyak warung bakmi Jawa di Yogya, mBah Hadi adalah salah satu yang tidak bisa ditinggalkan.

Makan yuk ..!

Ons Untoro

Makan Yuk Source Link: Jakarta

Latest News

  • 06-09-14

    Berdasarkan Hari Pas

    Dalam perspektif budaya Jawa pemilihan hari tanggal pelantikan sedikit banyak akan memberi tengara tentang bergulirnya roda pemerintahan. Menurut... more »
  • 06-09-14

    Manual Pelestarian R

    Judul : Manual Pelestarian Rumah Adat Kotagede. Buku 1  Penulis : Adibowo, dkk  Penerbit : REKOMPAK, 2011, Jakarta  Bahasa :... more »
  • 06-09-14

    Orang Kelahiran Sela

    Watak orang Selasa Legi panas hati, agak dengki, selalu merasa kurang, senang bertengkar, saat marah membahayakan, dan karena ulahnya banyak orang... more »
  • 05-09-14

    Tidak Bisa Disangkal

    Banyak fotografer yang menjadi kurang sadar etika ketika membidikkan kameranya. Lihat saja pada peristiwa upacara keagamaan Waisak di Borobudur.... more »
  • 05-09-14

    55 Penyair Membaca B

    Penyair yang menulis Bantul bukan hanya mereka yang tinggal di Bantul, tetapi penyair yang pernah bersentuhan dengan Bantul, apapun bentuk... more »
  • 05-09-14

    Macapatan Malam Rabu

    Ibarat hidup adalah sebuah tanaman, macapatan dan gendhing-gendhing Jawa adalah pupuknya. Tanaman akan tumbuh dengan sehat dan segar jika selalu... more »
  • 04-09-14

    Denmas Bekel 4 Septe

    more »
  • 04-09-14

    Festival Museum DIY

    Festival Museum Yogyakarta 2014 yang mengambil tema “Membangun Karakter Generasi Muda melalui Museum” dan tagline “Museum Goes to School” akan... more »
  • 04-09-14

    Baca Geguritan untuk

    Memang, geguritan yang dibacakan oleh para penggurit tidak berkisah langsung mengenai seni rupa, tetapi tema Jawa pada karya Apri Susanto yang ‘... more »
  • 03-09-14

    Kidung Tantri Kediri

    Judul : Kidung Tantri Kediri  Penulis : Revo Arka Giri Soekatno  Penerbit : EFEO, Obor + KITLV, 2013, Jakarta  Bahasa :... more »