Para Belia SMP Tumbuh Belajar Tentang Upacara Wiwit

Author:editortembi / Date:03-05-2014 / Usai acara itu mereka pun dengan antusias mengemasi sisa makanan dari upacara wiwit untuk dibawa pulang. Itu memang hak mereka dan bagian dari pelayanan Tembi.

Persiapan upacara wiwit di gubuk Tembi, difoto: Selasa, 29 April 2014, foto: a.sartono
Persiapan upacara wiwit di gubuk Tembi

Pengenalan pada kebudayaan tampaknya menjadi kebutuhan yang semakin tidak bisa ditinggalkan di era modern ini. Modernitas tanpa terasa telah memberi jarak yang demikian jauh bagi sisi kejiwaan manusia. Kecenderungan manusia menjadi robotik dan serba tergantung pada alat atau benda elektronik sepertinya semakin memenjarakannya untuk tidak lagi bisa dekat dengan kebudayaan dan alam.

SMP Tumbuh Yogyakarta dalam kancah perjalanan hidup yang serba modern ini terus mencoba untuk mendekatkan diri pada kebudayaan dan alam. Keberimbangan modernitas yang cenderung serba mekanis-bendawi dan mengabaikan hati dengan kebudayaan serta kelestarian alam diperlukan agar generasi muda tidak tercabut dari tempat ia menjalani kehidupannya (alam dan budayanya). Agar manusia lebih bisa mendengarkan suara hatinya, lebih berkeadaban, dan humanis.

Mencermati dan menikmati seni pedalangan di Tembi, difoto: Selasa, 29 April 2014, foto: a.sartono
Mencermati dan menikmati seni pedalangan di Tembi

Oleh karena itu secara khusus SMP Tumbuh berkunjung ke  Tembi Rumah Budaya untuk belajar kebudayaan dan lebih spesifik lagi tentang upacara wiwit, benda koleksi museum, perpustakaan, dan dunia wayang kulit. Hal itu mereka lakukan pada hari Selasa, 29 April 2014. Mereka datang dengan jumlah 50 orang, termasuk pendamping. Mereka terdiri dari kelas VII dan VIII.

“Wiwit itu apa ? Kapan wiwit itu dilakukan ?” 
“Ubarampe itu apa ? 
“Mengapa harus ada upacara wiwit ?” 
“Dewi Sri itu siapa ?”

Demikian sederet pertanyaan yang diajukan murid-murid SMP Tumbuh dalam acara wiwitan di areal persawahan  Tembi. Mereka juga menanyakan perihal wayang kepada dalang yang menerangkan pewayangan kepada mereka. Suara tokoh wayang yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, yang menunjukkan karakternya dan disuarakan oleh hanya seorang dalang membuat mereka terkagum-kagum.

Menikmati nasi wiwit di gubuk Tembi bersama-sama, difoto: Selasa, 29 April 2014, foto: a.sartono
Menikmati nasi wiwit di gubuk bersama-sama

“Enak ! Tapi daging ayamnya agak alot. Ini ayam kampung ya ?” demikian kesan yang dilontarkan Ipod, salah satu siswa kepada  Tembi saat ia menikmati nasi wiwit di gubuk.

“Nggak usah pakai sendok. Makan langsung aja nggak apa-apa,” celetuk siswa di antara mereka ketika beberapa temannya kebingungan mencari sendok untuk menyendok nasi wiwit dari pincuk. Akhirnya mereka bersantap ria dengan tangan telanjang. Tidak ada kekhawatiran berlebihan dalam menghadapi cara makan yang demikian.

Usai acara itu mereka pun dengan antusias mengemasi sisa makanan dari upacara wiwit untuk dibawa pulang. Itu memang hak mereka dan bagian dari pelayanan  Tembi.

Tanya jawab benda koleksi Museum Tembi dengan pemandu dari Tembi, difoto: Selasa, 29 April 2014, foto: a.sartono
Tanya jawab benda koleksi Museum Tembi dengan pemandu

Kegiatan ini membuat mereka tidak saja mendapatkan pengetahuan tentang wiwit dan seluk beluknya. Namun juga melihat langsung wujud fisik benda-benda atau barang yang digunakan untuk upacara wiwit sekaligus menikmatinya dalam wujud santap bersama.

Naskah dan foto: A. Sartono
Apa itu upacara wiwit?  https://tembi.net/ensiklopedi-upacara-adat/upacara-wiwit-di-tembi-yang-menandai-awal-panen-padi

Kunjungan

Latest News

  • 03-05-14

    Pekan Ini Orang Wuku

    Orang Wuku Julungwangi mempunyai daya tarik khusus, dihormati bawahan dan disegani atasan, gampang memperoleh rezeki. Agar selamat, orang Wuku... more »
  • 03-05-14

    Shelter Busway yang

    Dulu waktu layanan busway masih baru, semua terlihat masih bersih dan terjaga termasuk shelternya. Namun, sekarang ini jangan ditanya, akan jarang... more »
  • 03-05-14

    Bis Surat Dua Zaman

    Salah satu bis surat yang terbilang tua, yang masih menggunakan tulisan berbahasa Belanda di bodi kotak atau bis suratnya, terletak di depan Kantor... more »
  • 03-05-14

    Para Belia SMP Tumbu

    Usai acara itu mereka pun dengan antusias mengemasi sisa makanan dari upacara wiwit untuk dibawa pulang. Itu memang hak mereka dan bagian dari... more »
  • 02-05-14

    Penyair dan Dosen Ba

    Pentas baca ini diselenggarakan di Auditorium Universitas Veteran Bangun Nusantara (Univet Bentara), Sukoharjo. Sejumlah penyair diundang untuk... more »
  • 02-05-14

    Denmas Bekel 2 Mei 2

    more »
  • 02-05-14

    JUDUL BUKU 91

      JUDUL BUKU 91      ... more »
  • 30-04-14

    Surabaya di Akhir Ta

    Judul : Surabaya di Akhir Tahun 1945  Penulis : H. Mohammad Moestadji, BA  Penerbit : CV. Agung Karya Perkasa, 2003, Yogyakarta... more »
  • 30-04-14

    Awas! Selfie Bisa Se

    Namun, wabah selfie tersebut membawa efek yang kurang baik, jika dilakukan secara berlebihan. Tercatat di beberapa negara di dunia, termasuk... more »
  • 30-04-14

    Antidot dari SMA Neg

    Pameran tersebut juga dimaksudkan untuk ajang belajar saling bersosialisasi dan berorganisasi. Tema Antidot diangkat dengan alasan untuk mencari... more »