Jogja International School, Berkubang dalam Lumpur di Tembi

Author:editortembi / Date:25-04-2014 / Anak-anak yang semula takut lumpur pun akhirnya juga ikut merasakan bagaimana berkotor ria dengan lumpur sawah. Alex yang menjadi pelopor berkubang lumpur, akhirnya juga membimbing teman-temannya untuk mencebur ke lumpur dan mulai belajar menanam padi.

Sebelum ontheling dan bermain lumpur keliling dulu belajar seni budaya, difoto: Kamis, 27 Maret 2014, foto: a.sartono
Sebelum ontheling dan bermain lumpur keliling dulu belajar seni budaya

“Alex cukup ! Alex jangan !” 
Demikian teriak Ibu Maya, guru di Yogya International School penuh kecemasan. Hal itu terjadi karena murid yang bernama Alex mengejar dan memeluknya. Alex sengaja berbuat demikian karena seluruh tubuhnya, kecuali wajah, telah penuh lumpur hitam.

Alex memang dengan sengaja menikmati bermain-main dengan lumpur. Setelah belajar menanam padi, Alex justru membenamkan dirinya di dalam lumpur sawah di belakang Panggung Terbuka Nataprajan  Tembi Rumah Budaya.

Hari itu tanggal 27 Maret 2014 anak-anak dari Yogya International School memang sengaja datang ke  Tembi untuk menikmati paket wisata budaya yang ditawarkan  Tembi. Tidak disangka tidak dinyana Alex yang secara fisik jelas-jelas menunjukkan ciri-ciri sebagai bangsa kulit putih justru secara nyata menunjukkan ketidaktakutannya akan lumpur. Selama ini umumnya tamu-tamu dari mancanegara umumnya merasa ngeri jika harus bersentuhan dengan lumpur yang dikenalkan  Tembi.

Mencoba mengendarai bajak (garu) merupakan pengalaman yang seru, difoto: Kamis, 27 Maret 2014, foto: a.sartono
Mencoba mengendarai bajak (garu) merupakan pengalaman yang seru

Ibu Maya yang semula berpakain bersih dan rapi pun akhirnya belepotan lumpur. Jadi, murid dan guru bersama-sama menikmati bagaimana rasanya kotor oleh lumpur. Anak-anak yang semula takut lumpur pun akhirnya juga ikut merasakan bagaimana berkotor ria dengan lumpur sawah. Alex yang menjadi pelopor berkubang lumpur, akhirnya juga membimbing teman-temannya untuk mencebur ke lumpur dan mulai belajar menanam padi.

Semula ada teman Alex yang mencoba menanam padi namun telapak tangannya dibungkus dengan plastik. Hasilnya sungguh tidak memuaskan. Tangan di dalam bungkus plastik itu tidak bisa digunakan untuk melesakkan pangkal atau perakaran benih padi. Sangat ribet. Dengan mengumpulkan segala keberanian anak tersebut akhirnya melepaskan plastik pembungkus telapak tangannya.

Alex (kaus merah), salah satu siswa Jogja International School sangat menikmati bermain lumpur sawah, difoto: Kamis, 27 Maret 2014, foto: a.sartono
Alex (kaus merah), salah satu siswa Jogja International 
School sangat menikmati bermain lumpur sawah

“Oh my God ! Oh my God !” desis anak itu dengan penuh kengerian. Mungkin saja bayangan atau imajinasi anak-anak itu demikian seram terhadap lumpur hitam. Mereka umumnya membayangkan bahwa di dalam lumpur hitam pasti terkandung sekian triliun kotoran, sekian miliar mikroba, jenis serangga, dan jasat renik lain yang dapat merugikan kesehatan manusia.

Anggapan atau imajinasi ini tentu tidak keliru, terlebih dengan grojogan pengetahuan modern tentang kesehatan. Namun anggapan itu juga tidak sepenuhnya benar. Jika pun lumpur mengandung “monster” jahat yang mematikan manusia, maka sejak dulu kala petani kita sudah banyak yang meninggal. Namun buktinya mereka baik-baik saja.

Ontheling di areal persawahan, sungguh mengasyikkan, difoto: Kamis, 27 Maret 2014, foto: a.sartono
Ontheling di areal persawahan, sungguh mengasyikkan

Usai mengikuti paket budaya itu ternyata bukan rasa kapok atau jera, tetapi justru ketagihan. Bahkan guru-guru mereka pun bertekad untuk datang kembali ke  Tembi dengan murid di kelas yang lain untuk mengikuti kegiatan serupa.

Naskah dan foto: A.Sartono

Kunjungan

Latest News

  • 29-04-14

    Ora Polo Ora Uteg

    Peribahasa ini sebenarnya terkesan kasar. Umumnya peribahasa ini hanya digunakan terhadap orang yang sudah tidak bisa diberi nasihat, karena orang... more »
  • 28-04-14

    Brieven, Kotak Surat

    Gedung atau bangunan zaman Belanda memang pada umumnya mempunyai kotak surat macam itu. Pada perkembangan zaman selanjutnya, kotak surat-surat tak... more »
  • 28-04-14

    Balasrewu Dipenuhi N

    Ada dua hal yang menyebabkan seorang ksatria titisan Dewa Wisnu dan titisan Dewa Darma berubah menjadi Balasrewu, yaitu karena marah besar dan atau... more »
  • 28-04-14

    Pameran Karya Syahna

    Bagi Syahnagra kesenian adalah kemerdekaan, kebahagiaan, kebebasan/kemerdekaan, dan keindahan. Idealisme berkesenian baginya demikian penting karena... more »
  • 28-04-14

    Mahasiswa Australia

    Ketika mereka masuk ke pasar tradisional berlantai tanah dengan atap lapak berupa seng dan aneka kain yang letaknya relatif rendah terpaksalah mereka... more »
  • 26-04-14

    Bahaya Bagi Orang Wu

    Orang Wuku Warigagung hemat dan pandai mencari nafkah, namun kemauannya keras, punya watak sombong dan suka banyak bicara. Oleh karena kerja kerasnya... more »
  • 26-04-14

    Sri Sultan Hamengkub

    Sebagai seorang raja Yogyakarta, HB IX juga dikenal sangat dekat dengan rakyatnya dan dikenal dengan prinsipnya “Tahta Untuk Rakyat”. Bahkan semasa... more »
  • 26-04-14

    Gudeg Mercon Asem Ge

    Bu Tinah ingin membuat terobosan baru. Jadilah ia memadukan gudeg konvensional (basah) dengan Oseng-oseng Mercon, yang berupa oseng-oseng kikil dan... more »
  • 26-04-14

    Denmas Bekel 26 Apri

    more »
  • 25-04-14

    Lagu Puisi dari Untu

    Di Yogya, Untung memang dikenal sebagai seniman yang konsisten dengan lagu puisi. Sudah 40-an tahun ia bergulat dengan lagu puisi. Selain dikenal... more »