Nasi kuning Muna di Pasar Pathuk

06 Feb 2016 Salah satu menu yang menggoda untuk disantap pada pagi hari adalah nasi kuning. Namun mencari rasa nasi kuning yang ‘nyantol’ di lidah tidak gampang meski penjual nasi kuning cukup banyak di Yogyakarta. Sebagian besar tergolong standar, biasa atau lumayan enak.

Nah, salah satu nasi kuning yang rasanya di atas rata-rata adalah nasi kuning olahan Maemunah (37 tahun). Rasa gurihnya menonjol dan harum bumbunya kuat, dipadu dengan sedikit rasa manis yang pas. Nasinya yang sudah terasa gurih ditambah serundeng dan irisan telur yang gurih, dipadu dengan sambal kering kentang yang pedas manis. Apalagi kalau ditambah baceman jeroan, kombinasinya tambah mengena. Nasi kuningnya sendiri, yang dibuat dengan campuran kunyit, santan dan sejumlah bumbu rempah, sudah terasa lezat. Beras yang dipakai, kata Muna, jenis Delanggu super.

Sehari-harinya Muna, panggilan akrab Maemunah, berjualan di depan pintu masuk selatan Pasar Pathuk, di sisi kanan atau timur gang, menghadap ke barat. Hanya sebuah etalase kecil dan dua kursi untuk Maemunah dan suaminya, Ardi Suryono (49 tahun), yang tidak memungkinkan pembeli untuk makan di sana. Jadi hanya bisatake away, pembeli selalu menenteng pesanannya.

Di dalam etalase terpampang sejumlah panganan tradisional yang memancing air liur, yang biasanya dijadikan teman nasi kuning maupun nasi langgi. Muna memang menjual nasi langgi, di samping nasi kuning. Ada lauk perkedel, serundeng, abon, dan sambal kering kentang, yang merupakan lauk pokok. Serta baceman daging sapi dan sate ayam yang merupakan lauk tambahan. Semuanya, kecuali abon dan sate ayam, dibuat sendiri oleh Muna dan suaminya. Muna menjamin masakannya tidak menggunakan pengawet dan pewarna kimia.

Dengan membuat sendiri, kualitas masakannya bisa dijaga. Rasa kering kentang serta baceman daging dan jeroannya patut dipuji. Kering kentangnya memadu rasa pedas dan manis yang pas, yang antara lain berasal dari gula merah. Begitu pula bacemannya dengan bumbu yang meresap menghasilkan rasa gurih dan manis yang pas. Bumbu bacemannya meresap karena direbus dengan api kecil selama tiga jam. Kadar manisnya juga disukai oleh pembeli dan pelanggannya dari luar Yogya. Sedangkan untuk membuat serundeng, yang awet 3 hari, mereka memerlukan waktu 4 jam.

Harga seporsi nasi kuning dan lauknya Rp 11.000.  Begitu pula baceman harganya Rp 11.000 mencakup babat, iso, usus dll. Nasi kuning dengan baceman lengkap harganya Rp 22.000. Semua buatannya laris manis. Dalam sehari, biasanya Muna memerlukan beras 4 - 5 kilogram, kentang 20-25 kilogram, dan empal 15-20 kilogram. Muna membatasi tidak terlalu banyak agar bisa langsung habis saat ia berjualan. Kalau hari Minggu, libur dan lebaran, jumlahnya bisa tiga kali lipat. Kering kentangnya sering dipesan tersendiri oleh sejumlah catering besar di Yogya.

Setiap hari Muna dan Ardi bangun sekitar pukul 2 atau 3 pagi. Lantas pukul 04.00 mereka mulai menggoreng. Kalau hari Minggu karena dagangannya lebih banyak, mereka sudah menggoreng pada pukul 03.00 pagi. Waktu jualannya singkat, hanya sekitar 3 jam, pukul 06.00 sampai pukul 09.00, karena selalu habis pada sekitar pukul 09.00.

Sepertinya nasi kuning inilah pilihan yang pas bagi Muna dan Ardi. Orang tua dua anak ini mengawalinya pada tahun 2004. Sebelumnya mereka berganti-ganti dagangan. Mereka juga pernah berdagang ayam panggang di daerah Kauman. Banyak pembelinya namun tidak bertahan lama karena diminta pindah oleh seorang penjual di dekatnya. Mereka kemudian pindah ke Pasar Pathuk, berjualan ayam goreng dan nasi kuning. Ternyata pelanggan nasi kuningnya terus meningkat, terutama toko Bakpia 25 yang sering memesan dalam jumlah besar. Akhirnya Muna dan suaminya memutuskan untuk berjualan nasi kuning saja, sampai sekarang.

Nasi kuning, selain dikenal sebagai menu sarapan favorit, lazimnya juga dipakai dalam upacara ritual atau slametan sebagai tanda syukur. Maemunah memang patut bersyukur. Dengan nasi kuningnya ini ia bisa membiayai sekolah anak-anaknya. Si sulung mengambil Teknologi Informasi di Universitas Atmajaya, sedangkan si bungsu masih duduk di kelas 2 SMP N 7.

Naskah dan foto:Barata

Nasi kuning, Muna, Pasar Pathuk Nasi kuning, Muna, Pasar Pathuk KULINER

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 26-08-16

    Teater Gandrik Penta

    Lakon “Orde Tabung” karya Heru Kesawa Murti akan dipentaskan Teater Gandrik dalam bentuk dramatic reading di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (... more »
  • 26-08-16

    Alfian Emir Adytia d

    "Bisa karena biasa", menjadi pegangan bagi Alfian Emir Adytia (24) dalam menapaki jenjang kariernya di dunia musik. Pemuda kelahiran Ngawi, 24 Juni... more »
  • 26-08-16

    Uniform di Mata Haru

    Manusia diciptakan tidak seragam. Alam raya juga tidak seragam. Justru yang suka menyergamkan adalah manusia itu sendiri. Pada sisi ini sebenarnya... more »
  • 25-08-16

    Puisi Napi di Sastra

    Puisi ternyata juga ditulis oleh para napi, yang sekarang disebut sebagai warga binaan dari Lapas Wirogunan, Yogyakarta. Para napi menulis puisi dan... more »
  • 25-08-16

    Denmas Bekel 25 Agus

    Denmas Bekel 25 Agustus 2016 more »
  • 25-08-16

    Pawai Jalanan Pembuk

    Perhelatan seni tahunan di Yogyakarta yang disebut dengan Festival Kesenian Yogyakarta telah dibuka secara resmi pada hari Selasa sore, 13 Agustus... more »
  • 24-08-16

    Berkaca pada Kisah J

    Ki Santosa, dalang dari Keyongan Sabdodadi Bantul ‘ketiban sampur’ untuk membawakan pentas pakeliran wayang kulit purwa di pendapa Ngamarta Pasutan... more »
  • 24-08-16

    Puisi dan Dokter Ber

    Ini kali pertama. Para dokter spesialis, dan semuanya perempuan membacakan puisi di Sastra Bulan Purnama. Memang bukan puisi karya sendiri yang... more »
  • 23-08-16

    Membaca Denah Rumah

    Kompleks Tembi Rumah Budaya terdiri dari beberapa wujud bangunan. Selain 9  rumah tradisional yang menjadi living museum yang disewakan, Tembi... more »
  • 23-08-16

    Panduan Komplit Tata

    Judul               : Tata Cara Paes lan Pranatacara Gagrag Ngayogyakarta Penulis... more »