Bebek Goreng Kang Dono

30 Apr 2016 Bantul punya sejumlah kuliner khas primadona dimana warungnya juga tergolong jawara, seperti sate klathak pak Pong dan mangut lele mbah Marto. Bahkan untuk kuliner yang bukan khas Bantul, daerah ini punya juaranya. Bebek Kang Dono salah satunya. Cita rasa bebek di warung yang satu ini memang sangat layak diacungi jempol.

Warung Kang Dono ada dua. Satu di sisi barat Jalan Parangtritis Km 8,5, di mulut jalan masuk Dusun Dadapan Kidul, sedikit ke selatan dari pertigaan Tembi. Warung ini buka pukul 17.00-23.00, dan dilayani langsung oleh pak Sudiono (55 tahun), yang biasa dipanggil pak Dono. Satu lagi di dalam Dusun Dadapan Kidul, dari Jalan Parangtritis ke barat terus sampai di jalan aspal lalu belok sedikit ke selatan. Warung ini buka pukul 10.00-22.00, dan dikelola oleh Fendi Susilo (26 tahun), anak sulung pak Dono. Dua anak pak Dono yang lain bergantian membantu di dua warung ini. Istri pak Dono, bu Wartinem (47 tahun) tidak ikut membantu di warung karena memasak bebek di rumah, yang juga berada di dusun yang sama.

Fendi menjelaskan, ibunya memang cukup sibuk. Dalam sehari dua kali memasak. Pada pagi hari, memasak untuk disajikan sore hari. Pada sore hari, memasak untuk dijual besok pagi. Bisa dibayangkan, dalam sehari dua warung pak Dono ini, menurut Fendi, menghabiskan 50 ekor bebek. Kalau libur panjang, sekitar 60-70 ekor. Warung ini juga menyediakan ayam kampung.  Seharinya rata-rata 20 ekor ayam terjual.

Tembi menikmati bebek goreng Kang Dono sejak tahun 2008. Rasanya tidak berubah hingga sekarang, stabil dan ajeg. Menurut Fendi, sejumlah pelanggannya, termasuk yang datang dari luar kota, juga berpendapat demikian. Bebek goreng pak Dono selalu empuk saat disantap, dagingnya mudah dilepas dari tulang. Rasanya gurih dan lezat, tanpa aroma amis sama sekali. Dagingnya masih berlumur minyak, tidak digoreng kering, yang menambah nikmat di lidah. Selain itu, bumbunya menerbitkan rasa yang kuat, serta meresap sampai ke dalam. 

Sambal hijaunya jagoan. Cabe rawitnya dicampur bawang putih, lantas digiling dan disiram minyak jelantah. Sambal ini memang menendang dengan kencang. Sambal merahnya, meski tidak segalak sambal hijau, juga nikmat. Lalapan daun pepaya rebus sangat cocok disantap dengan bebek. Daunnya empuk dan rasanya tidak pahit.

Cita rasa dan kualitas olahan memang dijaga oleh bu Wartinem. Setidaknya, kata Fendi, proses membacem bebek memakan waktu 3-4 jam. Jadi dagingnya empuk dan bumbunya benar-benar meresap. Setelah itu daging dibiarkan seperti memberi kesempatan agar bumbu-bumbu bacemannya semakin merasuk. Baceman di warung ini adalah baceman asin, bukan baceman manis.

Bebek goreng di warung ini, kata Fendi, bisa tahan selama 5-7 hari kalau digoreng dulu dengan minyak panas, atau 2 hari kalau tidak digoreng terlebih dulu. Pelanggannya dari Makassar biasanya membawa sedikitnya 10 ekor bebek saat pulang kampung. Begitu pula tetangganya yang dinas di Bandung setidaknya membawa 7-8 ekor bebek setiap kembali ke Bandung.

Warung Bebek Kang Dono kini berusia 20 tahun. Didirikan pada tahun 1996 di Jalan Parangtritis, Fendi menuturkan, warung ini sejak awal sudah menjual bebek goreng sebagai andalan. Selain bebek, ada ayam, puyuh dan lele, namun sekarang warung ini tidak menjual lele. Sedangkan warung di dalam dusun didirikan pada tahun 2003. 

Warung di Jalan Parangtritis terkesan lebih ramai, meski hanya berupa warung tenda, mungkin karena di tepi jalan besar. Warung di dalam dusun lebih luas, di atas lahan 840 meter, terkesan nyaman dan alami diapit sawah dan kebun. Kedua warung ini buka setiap hari kecuali hari Kamis.

Harga bebek gorengnya tergolong standar. Dada dan paha masing-masing dibandrol Rp 20.000, kepala bebek Rp 16.000. Sedangkan harga bebek utuh Rp 95.000. Harga ayam lebih murah, dada dan paha masing-masing Rp 19.000, kepala ayam Rp 7.000, dan ayam utuh Rp 90.000.

Naskah dan foto:Barata

Warung bebek Kang Dono, bebek goreng, Bantul Warung bebek Kang Dono, bebek goreng, Bantul Warung bebek Kang Dono, bebek goreng, Bantul Warung bebek Kang Dono, bebek goreng, Bantul KULINER

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 31-08-16

    Rujukan untuk Mengen

    Judul            : Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Penulis        ... more »
  • 30-08-16

    “Paket Kemerdekaan”

    Agustus tiba, Agustus pergi. Layaknya pengulangan yang tak akan berhenti, Agustus di Indonesia adalah perayaan yang memiliki “paketnya” sendiri.... more »
  • 30-08-16

    Wilayah Praja Mangku

    Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, tidak hanya terkenal setelah dibangunnya Kompleks Pemakaman Keluarga Suharto, Presiden RI ke-2... more »
  • 29-08-16

    Monolog dan Gerak Pu

    Dua puisi karya Resmiyati, yang dimuat dalam antologi puisi ‘Membelah Bulan’, masing-masing berjudul ‘Katresnan’ dan ‘Sephia 2’ diolah dalam bentuk... more »
  • 29-08-16

    Buku Pelajaran Sejar

    Judul            : Leerboek der Geschiedenis van Nederlandsch Oost-Indie Penulis  ... more »
  • 29-08-16

    Kawasan Panggung Kra

    Panggung Krapyak adalah salah satu bangunan cagar budaya yang berlokasi di Dusun Krapyak, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul... more »
  • 27-08-16

    Bayi Kelahiran Mangs

    Pranatamangsa: memasuki Mangsa Surya III Mangsa Katelu, 25 Agustus sampai dengan 17 September 2016, umur 24 hari. Candrane: Suta Manut ing Bapa,... more »
  • 27-08-16

    Topeng, Tradisi yang

    Topeng, merupakan salah satu koleksi di Museum Tembi Rumah Budaya Yogyakarta. Ada sekitar 15 topeng kuno yang dikumpulkan oleh Bapak Drs P Swantoro,... more »
  • 27-08-16

    Pameran Kriya Besar

    Tanggal 22-28 Agustus 2016 secara khusus Jogja Gallery, di Jl Pekapalan 1, Alun-alun Utara Yogyakarta  menyelenggarakan pameran besar kriya... more »
  • 26-08-16

    Teater Gandrik Penta

    Lakon “Orde Tabung” karya Heru Kesawa Murti akan dipentaskan Teater Gandrik dalam bentuk dramatic reading di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (... more »