Ceramic Music Festival 2012
Dibuka Dengan Rampak 1001 Penabuh Genteng

Dengan stik bambu yang dipukulkan ke genteng tanah liat, muncullah irama musik yang unik. Sebuah kreativitas yang khas sesuai dengan produk unggulan daerah tersebut, Jatiwangi, yang kondang dengan gentengnya.

Festival Musik Keramik, Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, foto: Natalia S
Peserta Rampak dari berbagai macam unsur masyarakat Jatiwangi,
dari anak SD sampai ibu-ibu PKK, dan PNS

Lagu ‘Indonesia Raya’ berkumandang di tengah lapangan eks Pabrik Gula Jatiwangi, Desa Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, dilantunkan oleh sekitar 1.500 orang. Kemudian, dilanjutkan dengan mars Jatiwangi dan pembacaan ikrar Jatiwangi yang diikuti oleh seluruh orang yang hadir di lapangan itu.

Mereka yang berada di lapangan tersebut terdiri dari aneka latar dan usia. Ada siswa SD, SMP, SMA, Ibu-ibu PKK, Kepolisian, ada unsur TNI dan unsur masyarakat lainnya. Dengan mengambil posisi sesuai dengan kelompoknya, setiap orang memegang dua buah stik yang terbuat dari bambu, dan satu buah genteng yang siap dipukul mengikuti instruksi dari para mentor.

Instruksi pun diteriakkan. Seketika itu instruksi disambut dengan bunyi genteng yang ditabuh dengan dua stik bambu, yang ditambuh serempak oleh sekitar 1.500 orang itu. “Jatiwangi..!.Jatiwangi.!.” teriakan itu beberapa kali keluar dari Tedy Nurmanto mentor utama yang berdiri di atas panggung bambu agar ia terlihat jelas oleh ribuan orang yang menjadi penabuh genteng.

Kurang lebih selama 15 menit, rampak dibunyikan. Bupati, camat, dan masyarakat yang hadir untuk melihat pertunjukan tersebut bertepuk tangan riuh ketika rampak selesai. Dengan begitu, Festival Musik Keramik, yang merupakan festival musik keramik pertama yang digagas dan diselenggarakan oleh Jatiwangi Art Factory (JAF), resmi dibuka, Sabtu, 3 November 2012.

Festival Musik Keramik, Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, foto: Natalia S
Tedy Nurmanto menjadi dirigen di atas panggung bambu

Rampak 1001 penabuh gendang tersebut, yang diikuti oleh 16 desa di Jatiwangi, patut diacungi jempol. Hanya dalam waktu dua minggu mereka berlatih, hasilnya memuaskan. Mereka berlatih di masing-masing wilayah, ada yang di balai desa, pondok pesantren, aula kecamatan, atau di sekolah. Rencana awal, tiap desa diminta 25 orang, ternyata di luar dugaan peminatnya. Ada satu desa yang mengirim 100 orang penabuh genteng. Semula direncanakan 1.000 orang, akhirnya menjadi 1.500 orang.

Setelah pembukaan ini, mulailah aneka macam kegiatan seni digelar hingga penutupan 17 November 2012. Ada Pameran Seni Keramik yang berlangsung sejak 9 November 2012, di Galeri JAF. Kemudian ada Seminar Musik Keramik, di Pendopo Kecamatan Jatiwangi, Workshop alat musik keramik, 7 – 16 November 2012 di 4 Desa di Kecamatan Jatiwangi, Bazar Kemarik, 15 – 16 November 2012. Acara pamungkas adalah ‘Pesta Tanah’, yang akan ditutup dengan performance hasil dari workshop musik keramik pukul 19.30 di Pabrik Genteng Jatiwangi.

Beben Nurberi, Ketua Penyelenggara Festival Musik Keramik 2012 mengatakan, komunitas JAF selalu bergerak dari kesenian dan melibatkan masyarakat untuk berkesenian. JAF dengan berbagai programnya sudah berjalan selama 7 tahun. Diantaranya, Jatiwangi Residency Festival, dan Village Video Festival. Konsepnya sama, para seniman partisipan tinggal di Jatiwangi, berbagi tradisi dan budaya dengan masyarakat Jatiwangi, begitu juga sebaliknya.

Festival Musik Keramik, Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, foto: Natalia S
Personil TNI pun ambil bagian tabuh genteng

Sama halnya dengan festival-festival sebelumnya, kali ini ada beberapa seniman partisipan yang datang dan tinggal selama Festival Musik Keramik berlangsung, diantaranya Paula Jeanine Bennet, seniman dan musisi dari New York, Amerika Serikat, juga teman-teman pecinta musik dari Universitas Pasundan. “Kali ini kami mengundang keramikus, dan musisi dari luar dan dalam negri untuk berkarya, membuat komposisi dan alat musik dari keramik, jadi seperti pertukaran budaya dalam musik, yang hasil kolaborasinya nanti akan digelar pada penutupan festival,” tutur Beben.

Kreativitas JAF bersama para seniman dan musisi disambut dengan sangat positif oleh masyarakat Jatiwangi dan sekitarnya. Mereka mengeksplorasi tanah liat dan genteng menjadi karya musik yang inspiratif. Apresiasi pun disampaikan oleh Bupati Majalengka, H Sutrisno, “Warisan budaya leluhur harus dilestarikan dan dikembangkan. Ayo terus membangun kreativitas seni dari tanah liat dengan tetap menghargai norma lingkungan”. Sepakat, Pak!

Festival Musik Keramik, Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, foto: Natalia S
Usai tabuh genteng, peserta berfoto bersama Bupati Majalengka H Sutrisno

Natalia S.

foto: Natalia S

Artikel Lainnya :


Bale Inap Bale Dokumentasi Bale Karya Bale Rupa Yogyakarta