Bibit-bibit baru Pembuat Film pada Festival Sinema Prancis 2015

18 Nov 2015

Jumlah film yang masuk ke panitia Kompetisi Film Pendek ada 183 buah. Karya-karya tersebut, 70% berasal dari luar Jakarta. Film-film tersebut bergenre fiksi dan dokumenter. Ada 10% diantaranya dalam format animasi.

Tahun ini adalah tahun keempat Festival Sinema Prancis (FSP), yang diselenggarakan oleh Intitut Francais d’Indonesie (IFI), menggelar Kompetisi Film Pendek. “Tahun ini, peserta kompetisi film pendek mengalami kenaikan dibandingkan tiga tahun sebelumnya,” kata Meninaputri Wismurti, Koordinator Festival Sinema Prancis 2015 di Auditorium IFI, Jakarta Pusat, Kamis 12 November 2015.

Meninaputri menjelaskan, jumlah film yang masuk ke panitia ada 183 buah. Karya-karya tersebut, 70% berasal dari luar Jakarta. Film-film tersebut bergenre fiksi dan dokumenter. Ada 10% diantaranya dalam format animasi.

Tahun ini, FSP yang ke-20 akan berlangsung pada 3 – 6 Desember 2015. Sejak FSP tahun 2012 atau FSP yang ke-17 diselenggarakan Kompetisi Film Pendek sebagai wujud kepedulian FSP terhadap para kreator film pendek khususnya anak-anak muda di Indonesia. Dimas Jayasrana, inisiator kompetisi tersebut menjelaskan, kompetisi ini bertujuan sebagai batu loncatan sineas muda Indonesia menampilkan karya mereka kepada publik yang lebih luas. “Karena selama ini, dalam festival Sinema Prancis, sebenarnya film pendek itu tidak benar-benar mendapatkan tempat,” kata Dimas.

Dalam acara media gathering & screening Festival Sinema Prancis yang dihadiri Tembi di Auditorium IFI, diumumkan 8 finalis yeng terpilih dalam Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis 2015. Finalisnya yaitu Bid and Run oleh Gugun Ekalaya, Iblis Jalanan oleh Salman Farizi, Iman oleh Nurul Ibrahim, Return to Sender oleh Vera Lestafa, Sandekala oleh Amriy Ramadhan, Simbiosis oleh Wiranata Tanjaya, Sleep Tight Maria oleh Monica Vanessa Tedja dan The Taste of Fences oleh Sinung Winahyoko.

Dari 8 film finalis itu ada satu yang bergenre horor, dan juga satu-satunya yang bergenre horor dari 183 film yang ikut kompetisi, yakni Sandekala karya Amriy Ramadhan. Film tersebut dilandasi oleh dongeng yang masih dipercayai oleh sebagian masyarakat di Indonesia sampai sekarang, yaitu cerita saat maghrib atau menjelang senja: “Ayo masuk rumah, jangan keluar maghrib-maghrib, nanti diangkut wewe gombel,” jelas Gadis, anggota tim dari Sandekala.

Juri pada Kompetisi Film Pendek FSP ini, terdiri atas sineas muda Indonesia Sammaria Simanjuntak, yang populer dengan karyanya Demi Ucok, Ci(n)Ta dan Selamat Pagi, Malam; Dimas Jayasrana, Content Manager ViddSee di Indonesia dan Guillaume Catala, produser film sekaligus penulis naskah dari Prancis. Dimas menjelaskan, penilaian dilakukan secara kualitatif. Semua juri menonton film-film yang masuk. Begitu juga saat pemilihan pemenang nanti, penilaian tetap akan dilakukan secara kualitatif.

Pemenang kompetisi tersebut akan mendapatkan hadiah jalan-jalan ke Prancis dan menikmati pengalaman ke berbagai festival film di sana serta mendapatkan promosi memperkenalkan filmnya di festival film Prancis seperti Festival Film Pendek Clermont-Ferrand. Dimas menjelaskan, pemberian hadiah “jalan-jalan” itu dengan pertimbangan bahwa pihak penyelenggara ingin hadiahnya bermanfaat bagi pemenangnya. Pengalaman melihat festival di sana, menurut Dimas akan menggugah emosi para pembuat film. “Ada dua dampak, terpacu segera buat film lagi, atau berhenti buat film karena terpesona melihat banyak karya-karya yang luar biasa bagusnya,” tambah Dimas bersemangat, sambil tertawa.

Pemenang akan diumumkan pada 27 November mendatang. Festival tersebut, bekerja sama dengan Cinema XXI/21, kantung kebudayaan dan komunitas film lokal. Film-film tersebut akan disiarkan di Cinema XXI/21 di sembilan kota di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Denpasar, Malang, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Makassar, dan Balikpapan. Film pendek para finalis tersebut akan diputar sebelum film panjang ditayangkan.

Naskah & Foto: Marcellina Rosiana

FILM

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 23-12-15

    Buku Tentang Kepahla

    Babad Trunajaya-Surapati merupakan salah satu buku lawas di Perpustakaan Tembi Rumah Budaya yang mengisahkan tentang kepahlawanan Trunajaya dan... more »
  • 23-12-15

    Sing Bisa Momong, Mo

    Dalam kehidupan sehari-hari tiga hal ini sangat diperlukan untuk pedoman hidup agar manusia menjadi lebih bijaksana dan arif dalam pengertian lahir... more »
  • 22-12-15

    Karya Seni dalam Kem

    Pameran ini sudah berlangsung sejak 12 Desember 2015, dan akan berakhir pada 31 Desember 2015. Gapura, kependekan dari Gabungan Perupa Yogyakarta,... more »
  • 22-12-15

    Samuel Indratma Los

    Samuel Indratma dikenal sebagai seniman yang periang, murah senyum, seolah perjalanan hidupnya memang tidak ada yang perlu dikhawatirkan. “Jika tidak... more »
  • 21-12-15

    Tiga Antologi Puisi

    Selain pembacaan puisi dari para penyair, yang antologi puisinya di-launching dan para pembaca puisi lainnya, juga akan ditampilkan musikalisasi... more »
  • 21-12-15

    Ada Tempat Peziaraha

    Makam-makam tersebut adalah makam Kyai Sekarsari dan Nyai Ambarsari. Mereka berdua adalah hamba atau abdi dalem dari Sultan Agung Hanyakrakusuma.... more »
  • 19-12-15

    Nicky Manuputty Saji

    Lahir dan besar di Negeri Belanda tak membuat musisi berdarah Maluku ini lupa akan tanah kelahirannya. Meski sukses menjalani profesi sebagai... more »
  • 19-12-15

    Jumat Ini Hari Baik,

    Jumat Pon, 25 Desember 2015, kalender Jawa tanggal 13, bulan Mulud, tahun 1949 Jimawal, hari baik untuk berbagai macam keperluan. Tetapi tidak baik... more »
  • 18-12-15

    Jumat Ini Hari Baik,

    Hari Jumat Legi, 18 Desember 2015, kalender Jawa tanggal 6, bulan Mulud, tahun 1949 Jimawal, tergolong hari baik untuk berbagai macam keperluan.... more »
  • 18-12-15

    Sawitri (4) Benarkah

    Yamadipati tidak sampai hati menolak permohonan Sawitri agar Setyawan dihidupkan. Hyang Yamadipati mengembalikan nyawa Setyawan agar Sawitri hidup... more »