Makam Ki Ageng Surosekti, Cikal Bakal Dusun Grumbul Gede, Kalasan

Author:kombi / Date:29-01-2014 / Tag: Ensiklopedi Situs / Situs-Situs

Makam Ki Ageng Surosekti, Cikal Bakal Dusun Grumbul Gede, Kalasan

Ki Ageng Singokerti adalah tokoh yang berasal dari Majapahit. Ia lari dari Majapahit ketika kerajaan itu dilanda perang. Ditengarai bahwa Ki Ageng Singokerti semula beragama Hindu. Namun ia kemudian memeluk agama Islam.

Cungkup makam Ki Ageng Singokerti di tengah kompleks makam Dusun Grumbul Gede, Selomartani, Kalasan, Sleman, difoto: Kamis, 09 Januari 2014, foto: a.sartono
Cungkup makam Ki Ageng Singokerti di tengah kompleks makam Dusun Grumbul Gede,
Selomartani, Kalasan, Sleman

Makam Ki Ageng Singokerti terletak di Dusun Grumbul Gede Kowang, Kelurahan Selomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Makamnya berada di sisi tengah-barat dari kompleks makam tersebut.

Cungkup makam Ki Ageng Singokerti punya ukuran panjang 5 meter dan lebar 4 meter. Cungkup memiliki pintu masuk di dinding bagian selatan serta sisi barat. Sedangkan nisan Ki Ageng Singokerti terbuat dari balok kayu yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk konstruksi dua balok sejajar yang kemudian disambung (dikunci) dengan dua balok lain di bagian dan bawah.

Nisan Ki Ageng Singokerti ini disandingkan dengan nisan istrinya. Nisan Ki Ageng Singokerti ini sejak awal mula memang terbuat dari kayu dan hingga kini sengaja tidak digantikan dengan nisan berbahan batu atau beton.

Nisan Ki Ageng Singokerti dan istrinya berupa susunan balok kayu, difoto: Kamis, 09 Januari 2014, foto: a.sartono
Nisan Ki Ageng Singokerti dan istrinya berupa susunan balok kayu

Nisan Ki Ageng Singokerti dan nisan istrinya berukuran sama. Ukuran panjang nisannya adalah 140 cm dan lebar 55 cm. Sedangkan ukuran balok kayu sebagai bahan nisan berukuran 10 cm x 15 cm.

Menurut cerita yang diterima turun-temurun, Ki Ageng Singokerti adalah tokoh yang berasal dari Majapahit. Ia lari dari Majapahit ketika kerajaan itu dilanda perang. Ditengarai bahwa Ki Ageng Singokerti semula beragama Hindu. Namun ia kemudian memeluk agama Islam.

Berdasarkan sumber setempat, makam Ki Ageng Singokerti merupakan makam pertama atau makam paling kuno di Dusun Grumbul Gede. Dalam perkembangannya lahan di sekitar makam Ki Ageng Singokerti digunakan untuk makam umum dusun tersebut.

Cemeti hitam di atas keranda yang biasa dikirab di Dusun Grumbul Gede pada bulan Sura, difoto: Kamis, 09 Januari 2014, foto: a.sartono
Cemeti hitam di atas keranda yang biasa dikirab pada bulan Sura

Kepala Dukuh setempat, Pramono (62) menyatakan bahwa Ki Ageng Singokerti inilah tokoh yang pertama kali mendirikan surau di wilayah yang disebut sebagai Kelurahan Selomartani. Jadi, surau di Dusun Grumbul Gede merupakan surau tertua di wilayah Selomartani, Kalasan, Sleman. Surau ini kemudian dibangun lebih baik lagi pada tahun 1948/1949.

Makam Ki Ageng Singokerti ini menurut sumber setempat pernah “ditayuh” (ditanyakan dengan cara mistis/gaib). Berdasarkan hal itu kemudian diketahui bahwa Ki Ageng Singokerti minta “direjakake” (dimuliakan/dibangun makamnya) pada bulan Sura. Salah satu cara untuk “ngrejakake” itu di antaranya dengan syarat mengarak (mengirab) cemeti (cambuk). Oleh karena itu makamnya kemudian dibersihkan dan diberi cungkup pada tahun 2009.

Pada tahun itu juga diselenggarakan pementasan wayang kulit sebagai penanda mulai diperhatikannya makam Ki Ageng Singokerti. Kecuali itu juga dilakukan kirab cemeti yang sebelumnya diselenggarakan pasar malam dan pementasan berbagai potensi kesenian dari dusun setempat.

Profil cungkup makam Ki Ageng Singokerti, difoto: Kamis, 09 Januari 2014, foto: a.sartono
Profil cungkup makam Ki Ageng Singokerti,
dan Pramono (62) kepala Pedukuhan Grumbul Gede

Setelah itu, setiap tahun, terutama di bulan Sura, selalu diselenggarakan upacara kirab cemeti di Dusun atau Pedukuhan Grumbul Gede. Cemeti dan ubarampe yang telah selesai dikirab kemudian dilarung di Laut Selatan dan Sungai Opak. Kegiatan ini kemudian menjadi salah satu agenda wisata spiritual di Kabupaten Sleman.

Pengiraban atau pengarakan cemeti dilakukan sebagai simbol agar masyarakat Grumbul Gede terlecut atau terus terpacu untuk memperbaiki diri dan terus bertekun serta rajin bersembayang, mengaji, dan sebagainya. Kirab cemeti umumnya juga akan dibarengi dengan kirab kue apem sebanyak 63 potong. Kirab apem sebanyak itu untuk memperingati usia Nabi Muhammad SAW.

Naskah & foto:A.Sartono

Ensiklopedi Situs Source Link: Jakarta

Latest News

  • 13-03-14

    Pentas Lima Tarian S

    Pentas Lima Tarian Serambi Mekah Di Aceh tidak hanya ada Tari Saman, ada banyak tarian lain yang tak kalah menarik, unik dan... more »
  • 13-03-14

    Menyaksikan Tari Kec

    Menyaksikan Tari Kecak di Uluwatu Saat Senja Hari Di Kompleks Pura Uluwatu yang dibangun sekitar tahun 1032-1036 Masehi oleh Mpu... more »
  • 13-03-14

    Ketoprak Lakon Jende

    Ketoprak Lakon Jenderal Besar, Sarat Kritik dan Humor Lakon Jenderal Besar ini pada galibnya mengkritisi atau bahkan menelanjangi... more »
  • 12-03-14

    Bukan 350 Tahun Dija

    Judul : Bukan 350 Tahun Dijajah Penulis : G.J. Resink Penerbit : Komunitas Bambu, 2013, Jakarta Bahasa : Indonesia Jumlah halaman : xxxiv... more »
  • 12-03-14

    Denmas Bekel

        more »
  • 12-03-14

    Melihat Sejarah Indo

    Foto-foto yang dipamerkan Kantor Berita IPPHOS bukan hanya saja merekam peristiwa, tetapi sekaligus memproduksi sejarah. Foto IPPHOS beserta... more »
  • 11-03-14

    Langgar Ijo Parangtr

    Situs-Situs Langgar Ijo Parangtritis, Sepi dalam Kesendirian Langgar Ijo merupakan bangunan milik pribadi. Menilik angka tahun yang dituliskan... more »
  • 11-03-14

    Tiga Nama Jalan Diub

    Yogyamu Tiga Nama Jalan Diubah, tapi Nama Jalan Malioboro Tetap Dipertahankan Jalan Malioboro tetap dipertahankan karena nama jalan ini sudah... more »
  • 11-03-14

    Bung Karno Kolektor

    Berita Budaya Bung Karno Kolektor dan Patron Seni Rupa Indonesia Sosok Soekarno sebagai "seniman" tersebut tergambar dalam buku "... more »
  • 10-03-14

    Membuka Jejaring Kom

    Berita Budaya Membuka Jejaring Komunitas Musik Tradisi di Pulau Dewata Di halaman rumah yang berada tepat di samping sungai itulah... more »