Sendang Mangunan Dipercaya Sebagai Peninggalan Para Wali

09 May 2016 Sendang Mangunan berada di Dusun Mangunan, Kelurahan Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan Kecamatan Dlingo hampir secara keseluruhannya merupakan daerah perbukitan. Pada kontur-kontur tanah yang demikian dengan vegetasi hutan di beberapa tempat menyebabkan wilayah di ketinggian ini memiliki beberapa sumebr air alami yang oleh masyarakat setempat disebut sendang. Salah satu sendang tersebut adalah Sendang Mangunan.

Kini kawasan Sendang Mangunan tengah dikembangkan untuk menjadi objek wisata spiritual sekaligus wisata alam. Beberapa fasilitas sedang dibangun, antara lain adalah toilet, amphiteater, jalan yang diperkeras dengan aspal dan beton, taman, dan tempat duduk dari beton. Dengan demikian, diharapkan kawasan kompleks Sendang Mangunan dapat menjadi salah satu objek wisata andalan yang memadai dan menarik minat banyak pengunjung ke wilayah itu.

Pada kawasan sendang ini ditemukan tiga titik sumber air yang masing-masing berada di bawah pohon besar. Air dari sendang inilah yang kemudian dimanfaatkan masyarakat setempat untuk keperluan hidup sehari-hari termasuk untuk irigasi. Kini pada ketiga titik sumber air itu telah dibuatkan semacam dinding yang berfungsi melindungi kemunculan titik-titik sumber air tersebut.

Di dalam kompleks sendang ini pula dalam setiap tahun selalu diadakan upacara merti dusun oleh warga Dusun Mangunan. Inti dari upacara ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur dan sekaligus permohonan kepada Tuhan Yang Mahaesa. Selain itu upacara ini juga merupakan ajang silaturahmi dan pesta rakyat warga Dusun Mangunan.

Pada upacara ini biasanya dilakukan acara Mboyong Dewi Sri dari Tegal Kepanasan ke Gedhong Peteng, yaitu dari sawah menuju lumbung. Dewi Sri sering digunakan untuk menamai padi. Jadi memboyong Dewi Sri yang dimaksud adalah membawa padi dari sawah menuju lumbung.

Sendang Mangunan menurut legenda setempat dipercayai dibuat oleh para wali yang bertugas mensyiarkan agama Islam di Tanah Jawa. Di kompleks Sendang Mangunan ini juga ditemukan beberapa batuan berlubang di beberapa tempat. Batuan tersebut oleh penduduk setempat disebut sebagai Watu Dakon. Dengan demikian, Watu Dakon dimaknai sebagai batu yang digunakan untuk bermain dakon (congklak). Tidak diketahui dengan pasti siapakah yang bermain congklak dengan batu-batu berlubang itu di masa lalu.

Warga setempat percaya bahwa Watu Dakon ini dulu pernah digunakan oleh para wali. Ada pun para wali yang dipercaya pernah singgah di Sendang Mangunan ini adalah Sunan Bonang, Sunan Ampel, Sunan Giri dan Sunan Kalijogo. Keempat wali inilah yang dipercaya membuat batu-batu berlubang yang disebut Watu Dakon itu dan memainkannya. Selain itu, mereka juga dipercayai sebagai pembuat atau penemu mata air Sendang Mangunan ini.

Watu Dakon di Sendang Mangunan terdiri atas beberapa batu yang teronggok di bawah sekumpulan pohon besar yang di bawahnya muncul mata air yang disebut Sendang Mangunan tersebut. Batuan berlubang tersebut terdiri atas berbagai ukuran.

Naskah dan foto:a.sartono

Watu Dakon di kompleks Sendang Mangunan, Mangunan, Dlingo, Bantul, difoto: 23 April 2016, foto: a. sartono Salah satu mata air Sendang Mangunan tengah dibangun, difoto: 23 April 2016, foto: a. sartono Kumpulan Watu Dakon di bawah pohon besar di kompleks Sendang Mangunan, difoto: 23 April 2016, foto: a. sartono Salah satu sisi dari kawasan Sendang Mangunan yang dikembangkan untuk tempat wisata, difoto: 23 April 2016, foto: a. sartono Sisi lain dari kawasan Sendang Mangunan, difoto: 23 April 2016, foto: a. sartono Salah satu mata air dari Sendang Mangunan, difoto: 23 April 2016, foto: a. sartono EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 11-05-16

    Buku Pelajaran Menar

    Java Instituut adalah sebuah lembaga kebudayaan yang berdiri di zaman penjajahan Belanda. Lembaga ini tidak hanya mendirikan Museum Sonobudoyo di... more »
  • 11-05-16

    Membayangkan Yogyaka

    Komunitas Mahasiswa Teknik Perencanaan Kewilayahan Kota, Fakultas Teknik UGM. menyelenggarakan acara yang dinamakan ‘Festagama 2016 Green City Dalam... more »
  • 10-05-16

    Tegoeh Ranusastra As

    Ketika pertama kali Sastra Bulan Purnama digelar di  Tembi Rumah Budaya Oktober 2011, yang menampilkan sejumlah penyair membaca puisi, pada... more »
  • 10-05-16

    Napi LP Wirogunan Be

    Sambil duduk lesehan di tikar, para narapidana di LP Wirogunan, mendengarkan Iman Budhi Santosa, penyair senior Yogyakarta, menyampaikan workshop... more »
  • 10-05-16

    Di Jakarta Namanya K

    Wedang tahu di Yogyakarta dikenal juga dengan nama tahok di Solo. Sedangkan untuk Surabaya menamai jenis makanan ini dengan nama tahua sedangkan... more »
  • 09-05-16

    Bikin Sesaji Supaya

    Judul            : Sesaji Raja Suya Penulis         ... more »
  • 09-05-16

    Wisrawa (4): Sastraj

    Usaha Batara Guru untuk menggagalkan wejangan Sastrajendra baik melalui diri Wisrawa maupun melalui pribadi Sukesi belum berhasil. Jika pun mau... more »
  • 09-05-16

    Sendang Mangunan Dip

    Sendang Mangunan berada di Dusun Mangunan, Kelurahan Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan... more »
  • 07-05-16

    Jumat Pon Jangan Per

    Pranatamangsa: Mangsa Kasebelas atau disebut Desta berakhir pada 11 Mei 2016. Selanjutnya mulai 12 Mei sampai dengan 21 Juni 2016 masuk Mangsa... more »
  • 07-05-16

    Kritik Sosial Teater

    Teater Gadjah Mada Angkatan 2015, Senin malam, 2 Mei 2016 mementaskan lakon Ndog yang merupakan adaptasi dari naskah monolog Putu Wijaya yang... more »