Notaris Pertama Warga Pribumi Lulus Tahun 1923

16 Sep 2016 Di masa penjajahan Belanda atas Nusantara masyarakat pribumi hanya menjadi budak. Semua pekerjaan kasar dilakukan oleh pribumi, sementara orang-orang keturunan Belanda menduduki jabatan tinggi, mulai dari kepala sekolah hingga gubernur jenderal. Rakyat pribumi dibolehkan hanya bersekolah pada sekolah derajat rendah “angka loro” untuk dipersiapkan sebagai tenaga kasar.

Namun setelah muncul politik etis, yang salah satunya pemerintah Hindia Belanda memberikan pelayanan pendidikan kepada rakyat pribumi, lambat laun, rakyat pribumi ada yang berkesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi baik di negeri jajahan maupun di negeri induk Belanda. Kesempatan itu terutama ditujukan kepada anak-anak bangsawan, ningrat, dan golongan tinggi orang pribumi.

 

Dengan demikian, lambat laun, makin banyak generasi muda pribumi memperoleh gelar profesi yang sama dengan orang Belanda, seperti Insinyur, mister, dokter, hingga doktor. Tidak ketinggalan pula dengan profesi notaris.

Orang pribumi pertama yang meraih profesi notaris terjadi di awal abad ke-20, yaitu Raden Suwandi (dari Departemen Pengajaran) pada tahun 1923. Pada tahun 1924 satu orang lagi lulus notaris, yaitu Raden Mas Wiranta. Kemudian pada tahun 1927, ada dua orang bangsa pribumi lagi yang lulus notaris, yaitu Raden Kadiman dan Mas Sujak.

Keempat orang itu adalah pelopor profesi notaris pribumi yang lulus dalam pendidikan masa penjajahan Belanda. Berita tersebut bisa diungkap kembali dari sebuah majalah beraksara dan berbahasa Jawa Kajawen terbit nomor 47 tanggal 24 November 1927. Pada halaman 847 dalam sebuah artikel berjudul “Kamajenganipun Bangsa Pribumi”.

Disebutkan pula bahwa Raden Kadiman berasal dari Surakarta, sebelumnya lulusan OSVIA Madiun. Sementara Mas Sujak berasal dari Cirebon, yang sebelumnya mengenyam pendidikan pertanian di Bogor. Majalah Kajawen yang memberitakan tentang lulusan notaris bangsa pribumi di masa pendudukan Belanda tersebut bisa dibaca di Perpustakaan Tembi Rumah Budaya Yogyakarta. (***)

Oleh:Suwandi

EDUKASI
  • dulu untuk mengirim komentar

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 16-09-16

    Notaris Pertama Warg

    Di masa penjajahan Belanda atas Nusantara masyarakat pribumi hanya menjadi budak. Semua pekerjaan kasar dilakukan oleh pribumi, sementara orang-orang... more »
  • 15-09-16

    Kemiskinan Ala Kadar

    Apa yang membedakan Garin Nugroho dari kebanyakan sutradara di industri film Indonesia? Film terbaru Garin, Setan Jawa, adalah jawaban yang paling... more »
  • 14-09-16

    Sega Obonk Berpadu d

    Kreasi atau cipta karya kuliner terus dilakukan Warung Dahar (WD) Pulo Segaran Tembi Rumah Budaya. Untuk bulan September ini WD Pulo Segaran... more »
  • 31-08-16

    Rujukan untuk Mengen

    Judul            : Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Penulis        ... more »
  • 30-08-16

    “Paket Kemerdekaan”

    Agustus tiba, Agustus pergi. Layaknya pengulangan yang tak akan berhenti, Agustus di Indonesia adalah perayaan yang memiliki “paketnya” sendiri.... more »
  • 30-08-16

    Wilayah Praja Mangku

    Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, tidak hanya terkenal setelah dibangunnya Kompleks Pemakaman Keluarga Suharto, Presiden RI ke-2... more »
  • 29-08-16

    Monolog dan Gerak Pu

    Dua puisi karya Resmiyati, yang dimuat dalam antologi puisi ‘Membelah Bulan’, masing-masing berjudul ‘Katresnan’ dan ‘Sephia 2’ diolah dalam bentuk... more »
  • 29-08-16

    Buku Pelajaran Sejar

    Judul            : Leerboek der Geschiedenis van Nederlandsch Oost-Indie Penulis  ... more »
  • 29-08-16

    Kawasan Panggung Kra

    Panggung Krapyak adalah salah satu bangunan cagar budaya yang berlokasi di Dusun Krapyak, Kelurahan Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul... more »
  • 27-08-16

    Bayi Kelahiran Mangs

    Pranatamangsa: memasuki Mangsa Surya III Mangsa Katelu, 25 Agustus sampai dengan 17 September 2016, umur 24 hari. Candrane: Suta Manut ing Bapa,... more »