Legiun Mangkunegaran, Kesatuan Militer Termodern Kala Itu

30 Apr 2016 Berikut ini adalah foto dari anggota Legiun Mangkunegaran dari Surakarta, Jawa Tengah, yang dibuat pada tahun 1866. Sosok pria yang berdiri di tengah adalah Mayor Kanjeng Pangeran Harya Gondosuputra. Ia komandan legiun (kesatuan tentara) tersebut. Legiun Mangkunegaran dibiayai atau digaji oleh pemerintah kolonial Belanda.

Legiun ini difungsikan sebagai tentara cadangan bagi pemerintah Belanda sejak tahun 1803. Keseluruhan anggota legiun ini sebanyak kurang lebih 1.000 orang yang terbagi dalam tiga kesatuan, yakni infantri, kavaleri, dan artileri. Pemimpin tertinggi dalam Legiun Mangkunegaran adalah Kanjeng Pangeran Adipati Arya Mangkunegara, raja Kadipaten Mangkunegaran yang oleh pihak Belanda diberi pangkat kolonel.

Legiun Mangkunegaran pernah diterjunkan dalam berbagai tugas. Salah satunya ikut menggempur Kasultanan Yogyakarta dalam Geger Spei (Sepoy) tahun 1812, dan mengejar pasukan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (1825-1830). Legiun ini pernah pula ditugaskan untuk memperkuat pasukan Belanda di Aceh (1873-1904), menumpas bajak laut di Bangka, melawan gerakan radikal keagamaan, hingga perang melawan serbuan Jepang tahun 1942.

Posisi Legiun Mangkunegaran sebagai kesatuan militer juga membantu Perancis-Belanda, Juga Inggris semasa Raffles. Dalam Perang Napoleon, Legiun Mangkunegaran berada di kubu Perancis-Belanda menghadapi Inggris. Namun pada masa penjajahan Inggris di Hindia Belanda, Legiun Mangkunegaran membantu Inggris. Ketika Inggris menyerahkan kekuasaannya atas Hindia Belanda kepada Belanda, Legiun Mangkunegaran kemudian membantu Belanda.

Kedudukan Legiun Mangkunegaran tidak bisa dilihat secara hitam-putih belaka. Namun hal itu harus dilihat pada profesionalitasnya. Legiun Mangkunegaran tercatat sebagai kesatuan militer termodern di Nusantara pada zamannya. Prajurit Legiun Mangkunegaran mengenakan pakaian serasgam bergaya Eropa, di antaranya adalah mengenakan topi syako, celana panjang putih, dan jas hitam.

a.sartono
sumber: Wachlin, Steven, 1994, Woodbury & Page: Photographers Java, Leiden: KITLV Press.

EDUKASI

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 04-05-16

    Kumpulan Pemikiran M

    Judul            : Mohammad Hatta. Kumpulan Karangan Penulis      ... more »
  • 04-05-16

    Sepenngal Kisah Jogj

    Mengenali Yogya masa lalu bisa melalui foto, meskipun foto yang ditampilkan terkadang tidak menyertakan tahun, karena mungkin data detilnya tidak... more »
  • 04-05-16

    Museum Tembi Pamerka

    Museum Tembi Rumah Budaya Yogyakarta ikut menyemarakkan Pameran Wayang Nusantara yang diselenggarakan oleh Museum Pendidikan Indonesia (MPI)... more »
  • 03-05-16

    Beragam Tema dalam S

    Pameran seni rupa yang diberi tajuk “The Creative Powers of Art” ini tidak menyajikan tema khusus bagi perupa, melainkan membuka ruang seluasnya... more »
  • 03-05-16

    Perbincangan Soal Mu

    Dalam sebuah karya musik terdapat dua penekanan, pertama adalah dalam hal teknis yang meliputi konsep bunyi serta konsep komposisi dimana hal... more »
  • 02-05-16

    Sumur Kuno yang Didu

    Sumur Tua Demi Bendo berada di Dusun Demi Bendo RT 05, Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi DIY. Sumur ini ditemukan... more »
  • 02-05-16

    Dokumentasi Cerita R

    Judul            : Lettterkunde van de Indische Archipel Penulis     ... more »
  • 30-04-16

    Kamis Kliwon Tidak B

    Pranatamangsa masuk mangsa Kasebelas atau disebut Desta. Mangsa Desta ini umurnya 23 hari, mulai 19 April s/d 11 Mei. Musim panen padi dan umbi-... more »
  • 30-04-16

    Legiun Mangkunegaran

    Berikut ini adalah foto dari anggota Legiun Mangkunegaran dari Surakarta, Jawa Tengah, yang dibuat pada tahun 1866. Sosok pria yang berdiri di tengah... more »
  • 30-04-16

    Bebek Goreng Kang Do

    Bantul punya sejumlah kuliner khas primadona dimana warungnya juga tergolong jawara, seperti sate klathak pak Pong dan mangut lele mbah Marto. Bahkan... more »