Tegoeh Ranusastra Asmara Wartawan Penyair Penuh Semangat

10 May 2016 Ketika pertama kali Sastra Bulan Purnama digelar di  Tembi Rumah Budaya Oktober 2011, yang menampilkan sejumlah penyair membaca puisi, pada akhir acara, sekitar pukul 22.30, Tegoeh Ranusastra Asmara tampil ke depan dan menyampaikan pesan, “Membuat acara hanya sekali itu tidak sulit, yang tidak mudah menyelenggarakan acara seperti ini tapi berkelajutan, tidak hanya sekali sesudah itu berhenti.”

Ketika dia tahu, bahwa Sastra Bulan Purnama terus berlangsung setiap bulan purnama, mas Tegoeh, demikian panggilannya, tidak pernah absen. Bahkan dia selalu datang lebih awal dibanding para pembaca yang akan tampil. Tegoeh seperti tidak mempunyai rasa lelah, dia selalu datang dalam acara sastra, tidak hanya di Tembi Rumah Budaya, tetapi di tempat-tempat lain tak segan-segan dia menghadirinya, sekaligus meliput.

Tegoeh Ranusastra Asmara adalah seorang penyair senior. Dia ikut mendirikan Persada Studi Klub bersama Umbu Landu Paranggi, Ragil Suwarno Pragolapati dan Iman Budhi Santosa. Tegoeh memulai karier sebagai wartawan tahun 1971 di Mingguan Pelopor Yogya sampai tahun 1982. Kemudian di harian Masa Kini (1983-1989), dan ketika koran ini berubah menjadi harian Yogya Pos, Tegoeh menjadi redaktur di harian ini (1989-1992).

Senin pagi, 9 Mei 2016,  kabar beredar melalui media jejaring sosial dan media digital lainnya, Tegoeh Ranusastra Asmara meninggal dunia. dan  dimakamkan pukul 14.00 berangkat dari rumah duka di Karangkajen. Tentu saja, kabar itu mengejutkan banyak temannya dan berbagai ucapan belasungkawa mengalir melalui media jejaring sosial.

Sebagai penyair, Tegoeh beberapa kali membaca puisi di Sastra Bulan Purnama, dan setiap kali dia tampil membaca puisi selalu membacakan puisi terbaru. Ini artinya, Tegoeh tak berhenti menulis puisi. Di tengah banyak penyair muda lahir, Tegoeh sejak dari Persada Studi Klub sampai menjelang akhir hidupnya bergaul dengan para penyair yang jauh lebih muda.

Tegoeh lahir di Banjarnegara, 22 Januari 1947. Dia seperti tak bisa dijauhkan dari dunia menulis. Sastra dan jurnalistik tak bisa dipisahkannya. Sampai akhir hayatnya dia masih menjabat redaktur di Majalah Kebudayaan ‘Sabana’, satu majalah yang dikelola oleh para alumni Persada Studi Klub.

Ketika dia tidak lagi terikat dalam media harian, tetapi semangat kewartawannya tidak surut. Dia menulis di media on line. Bahkan setiap peristiwa yang dia liput selalu ditampilkan melalui akun Facebook-nya. Kemana saja dia pergi, tak akan pernah lepas dari kamera digital, dan selalu hasilnya diupload di akun Facebook-nya.

Dalam usianya tidak lagi muda, Tegoeh selalu datang dalam setiap peristiwa budaya. Semangatnya seperti terus menyala. Meski dalam kondisi tidak terlalu sehat, terkadang batuk, Tegoeh sepeti tidak mau kehilangan momentum sastra dan kebudayaan.

Tidak hanya momentum Sastra Bulan Purnama, tetapi banyak peristiwa sastra yang selalu dia intip dari balik kamera digital. Bahkan teman-teman yang hadir dalam acara, secara diam-diam seringkali dia abadikan melalui kamera digital miliknya.

Kini Tegoeh telah pergi. Tapi kenangan akan karya-karya foto dan puisinya tidak akan terlupakan.

Selamat jalan mas Tegoeh.

Ons Untoro

Tegoeh membaca puisi dalam acara Sastra Bulan Purnama di Pendhapa Tembi Rumah Budaya, foto; facebook Tegoeh Tegoeh Ranusastra Asmara penyair dan wartawan yang selalu penuh semangat, foto: facebook Tegoeh Tegoeh Ranusastra Asmara (baju batik merah)bersama teman-teman penyair lainnya, foto facebook Tegoeh Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 27-06-16

    Puisi, Musik dan Lag

    Para penampil di Sastra Bulan Purnama edisi ke-57, yang diselenggarakan Senin, 20 Juni 2016 di Amphytheater Tembi Rumah Budaya tidak hanya membaca... more »
  • 27-06-16

    Ki Faizal Noor Singg

    Faizal Noor Singgih lahir di Yogyakarta pada Jumat Kliwon, 20 April 1979, dari pasangan Sutedjo, pegawai PJKA; dan Rochimah, ibu rumah tangga yang... more »
  • 27-06-16

    Pamerkan Saja! Talen

    Umumnya para pelukis atau perupa tidak punya kata-kata untuk menyuarakan karyanya. Karya adalah keseluruhan jiwa dan pikir mereka yang dituangkan... more »
  • 25-06-16

    Puisi Di Bawah Bulan

    Sastra Bulan Purnama (SBP) edisi 57, yang diselenggarakan di Amphytheater Tembi Rumah Budaya, Senin, 20 Juni 2016 betul-betul dihiasai Bulan Purnama... more »
  • 25-06-16

    Senin Pon Pekan ini

    Memasuki mangsa Kasa. Usia mangsa Kasa 41 hari terhitung mulai 22 Juni sampai dengan 1 Agustus 2016. Candrane: Sotya Murca ing Embanan (mata cincin... more »
  • 25-06-16

    Serat Tunggul Jati,

    Bagi masyarakat Jawa, ada pandangan hidup, jika ingin menuju kesempurnaan hidup maka harus bisa menyelaraskan kebutuhan jasmani dan rohani. Apabila... more »
  • 23-06-16

    In Memoriam Jon Bati

    Jon, tak pernah lepas dari gitar. Pada banyak pembukaan pameran di Yogya, seringkali dia tampil dengan petikan gitar untuk mengisi acara. Dia banyak... more »
  • 21-06-16

    Pelajar SMP Bopkri G

    “Kolamnya Indah Banget..!”  Ungkap rombongan pelajar SMP Bopkri Godean yang baru saja diajak keliling ke Tembi Rumah Budaya dalam kunjungannya... more »
  • 21-06-16

    Prabakusuma Remaja y

    Asma kinarya japa, yang artinya bahwa nama adalah ‘media’ orang tua untuk mendaraskan doa serta harapan bagi si anak. Demikianlah selanjutnya ketika... more »
  • 20-06-16

    Pada Rabu Pon Pekan

    Pranatamangsa: mangsa Karolas berakhir pada 21 Juni 2016 dan memasuki mangsa Kasa. Usia mangsa Kasa 41 hari terhitung mulai 22 Juni sampai dengan 1... more »