Tapa Ngali Sebagai Ajakan Untuk Mencintai Sungai

14 Nov 2015 Sebagai awalan dari rencana “merti sungai” oleh warga Dusun Glondong, Kelurahan Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, yang akan dilaksanakan Minggu, 15 November 2015 dilakukanlah jumpa pers di Sanggar Tik Tuk di dusun itu. Pambudi Sulistyo (50), pembina Sanggar Tik Tuk dan penggagas merti sungai menyatakan bahwa setiap kali ada kerusakan lingkungan, maka anak-anak dan kaum ibu lah yang pertama kali merasakan dampaknya.  Demikian pula jika terjadi kerusakan lingkungan sungai.

Selain itu, lanjut Pambudi, sungai sesungguhnya adalah urat nadi penghubung antara gunung dan laut. Konsepsi perlindungan, pemeliharaan, dan pengelolaan segara-gunung tidak bisa meninggalkan sungai. Kerusakan sungai, penurunan kualitas air sungai, dan lain-lain akan berakibat langsung bagi semua makhluk yang menggantungkan diri pada air bersih  di sepanjang aliran sungai mulai dari gunung hingga samudera.

Tahun 2015 ini Merti Sungai Boyong menjadi lebih relevan dilaksanakan mengingat masih terdapat orang yang tidak peduli terhadap kelestarian sungai, bahkan merusaknya. Merti Sungai Boyong yang akan dilaksanakan di Dusun Glondong dan sekitarnya akan melibatkan masyarakat langsung yang dikomandani tokoh pemuda setempat, Ag. Purwantoro dengan kepala dukuh serta lurah setempat.

Merti Sungai Boyong ini juga akan didukung oleh komunitas Jathilan Dusun Ngepring, Kesenian Biyung Bibi dari Kemalang Klaten; Kesenian Ganjur dari Komunitas Hindu Jawa Dusun Jiwan, Karangnongko, Klaten;  Kesenian Santri Swaran Pesantren Sunan Kalijaga Klaten; Kesenian Jantur Panji Udan dan Masyarakat Sanggar Kandang Banyu Udan Dusun Bunder Jatinom, Klaten;  masyarakat Dusun Glondong sendiri yang didukung pula anggota Sanggar Tik Tuk dengan dolanan anak-anak dan tembang Jawa.  Kirab yang akan didukung banyak pihak ini di antaranya akan mengirab nasi tumpeng, hasil bumi, kenduri, dan ogoh-ogoh yang dinamakan Batara Bego Siskala.

Tema dari Merti Sungai Boyong itu adalah Tapa Ngali (bukan tapa ngeli). Maksud dari tema ini adalah mengajak kita semua untuk menuju, bersama, atau berada di kali (sungai). Tapa sendiri dimaknai sebagai permenungan dan permohonan kepada Tuhan agar si ogoh-ogoh sadar diri, mengerti dan mengakui kesalahan dan dosa-dosanya dengan legawa kemudian bertobat dan dengan sendirinya meminta agar hidupnya “disempurnakan”. Dengan demikian, tidak ada lagi hitam-putih, baik-buruk, salah-benar. Yang ada adalah kesadaran diri untuk bertobat menuju kebaikan.

Tapa Ngali juga dimaknai sebagai cara bagaimana kita menghormati sungai, menjaganya secara aktif. Kali menjadi format penting untuk masa depan seluruh warga Yogyakarta, lebih-lebih Sleman selaku penyedia air karena letaknya di hulu yang sekaligus sebagai daerah tangkapan dan resapan air.

Merti Kali Boyong akan terus dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk memelihara sungai dengan segala habitatnya. Jika kita tidak peduli pada sungai lalu siapa lagi, sementara gerak eksplorasi atas kekayaan sungai terus mengancam tanpa mempertimbangkan akan kelestariannya. Mata air banyak yang mati oleh eksplorasi tanpa kendali. Siapa lagi yang mau peduli jika bukan kita sendiri.

Naskah dan foto:a.sartono

Suasana Dusun Glondong, Purwobinangun, Pakem, Sleman dalam rangka menyiapkan diri untuk Kirab Merti Sungai Boyong “Tapa Ngali”. difoto: Sabtu, 7 November 2015, foto: a.sartono Dari kiri ke kanan: Widya Gatra PN, Sri Wahyuningsih, Setowijoyo, dan Pambudi Sulistyo dalam jumpa pers persiapan Kirab Merti Sungai Boyong “Tapa Ngali”. difoto: Sabtu, 7 November 2015, foto: a.sartono Pambudi Sulistyo di tengah suasana Sanggar Tik Tuk yang diasuhnya, difoto: Sabtu, 7 November 2015, foto: a.sartono Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 17-11-15

    Jakarta Biennale 201

    Gelaran seni rupa dua tahunan Jakarta Biennale kembali hadir, mengusung tema Maju Kena Mundur Kena : Bertindak Sekarang. Jakarta Biennale 2015 ingin... more »
  • 17-11-15

    Aturan Sewa Menyewa

    Buku mengenai aturan sewa menyewa tanah di Kerajaan Surakarta ini memang terlihat sudah lawas. Maklum, buku berbahasa Belanda ini terbitan Yogyakarta... more »
  • 16-11-15

    Godlob Dipentaskan D

    Cerpen ini menarasikan dan menampilkan tokoh-tokoh yang berkubang dalam tragedi kemanusiaan berupa perang. Setting tempatnya adalah medan pertempuran... more »
  • 16-11-15

    Sawitri (2): Meningg

    Sawitri sangat kagum kepada pola pikir serta sikap hidup Setiawan dalam menghadapi tragedi kehidupan. Oleh karenanya dalam hati Sawitri berani... more »
  • 16-11-15

    Peresmian Patung Sap

    Untuk mengenang jasa Sapto Hoedojo, tepat pada hari pahlawan, 10 November 2015, di pelataran Giri Sapto, diresmikan patung Sapto Hoedojo. Patung ini... more »
  • 16-11-15

    Entek Alas Entek Oma

    Peribahasa ini bermaksud menggambarkan keadaan atau situasi tentang orang yang sudah kehabisan kekayaan atau harta sehingga ia tidak punya apa-apa... more »
  • 14-11-15

    Tapa Ngali Sebagai A

    Sebagai awalan dari rencana “merti sungai” oleh warga Dusun Glondong, Kelurahan Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, yang akan... more »
  • 14-11-15

    Selasa Kliwon Hari B

    Selasa Kliwon, 17 November 2015, kalender Jawa tanggal 4, bulan Sapar, tahun 1949 Jimawal, hari baik untuk berbagai macam keperluan. Namun tidak baik... more »
  • 14-11-15

    Karyawan PT Frisian

    Mereka sangat antusias belajar gamelan. Apalagi masing-masing kelompok, tidak hanya bermain gamelan, tetapi juga mencoba menembangkan syairnya, yaitu... more »
  • 14-11-15

    Museum Sonobudoyo Ul

    Bertepatan dengan hari jadi yang ke-80 tahun di bulan November 2015, Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta mengadakan program kunjungan gratis sehari... more »