Supaya Dusun Ayem Tentrem Gemahripah Lohjinawi

23 Apr 2016 Merti dapat diartikan menjaga, memelihara, serta membersihkan sebuah wilayah dalam hal ini adalah desa ataupun dusun. Dikarenakan wilayah dusun maka yang di-perti meliputi, area persawahan serta pategalan (ladang), yang menghasilkan padi dan palawija. Juga tanah pekarangan tempat rumah dan pepohonan bertumbuh.

Menjaga dan juga memelihara dusun sama arti dengan menghormati para leluhur yang telah mewariskannya. Selain itu, di dalam merti dusun juga terkandung maksud ‘memule’ atau menghormati dan meluhurkan para leluhur serta para pendahulu desa yang telah meninggal. Wujud kegiatannya adalah membersihkan makam, ‘caos dahar’ tempat-tempat keramat serta mengirim doa bagi para leluhur desa.

Kegiatan tradisi itu dilakukan oleh warga Dusun Semuten Jatimulyo Dlingo Bantul, DI Yogyakarta pada 10 April 2016. Di rumah Bapak Dukuh Ngatimin, dimulai pukul 10.30, diadakan kenduri dusun dalam rangkaian upacara merti dusun. Pada kegiatan ini para warga dusun Semuten membawa ‘sarang’ berupa wadah nasi lengkap dengan lauk pauknya serta jajanan pasar, yang dibuat dari anyaman daun kelapa. Dinamakan ‘sarang’ mungkin karena bentuknya seperti sarang burung yang menggantung.

‘Sarang-sarang’ tersebut dikumpulkan untuk kemudian didoakan oleh bapak Rois Pujodiyono dengan permohonan demi keselamatan, kelancaran, kesehatan serta kesejahteraan bagi Bapak Dukuh serta seluruh warga Desa Semuten beserta lingkungannya. Teristimewa bagi para pamong agar diberi kesehatan serta kebijaksanaan sehingga dapat melayani warga dengan baik dan adil.

Selesai didoakan puluhan ‘sarang’ tersebut ditinggal di rumah Bapak Dukuh sebagai ujud rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Mahamurah yang telah melimpahkan rahmat kesejahteraan kepada warga Dusun Semuten. Acara dilanjutkan dengan penampilan jathilan dari warga desa Semuten pimpinan Bapak Hadi Suyitno. Para penonton pun bersuka cita. Pasalnya, selain dihibur oleh kesenian jathilan, setiap penonton, tak terkecuali anak kecil, mendapat bagian sarang yang telah didoakan sebagai ujud syukur. Maka terjadilah konsep berbagi. Dari warga untuk penonton jathilan yang juga warga dusun setempat.

Pada malam hari rangkaian acara Merti Dusun Semuten ditutup dengan pegelaran wayang kulit semalam suntuk dengan mengambil lakon Sri Mulih, yang dibawakan oleh dalang Ki Suwardi. Lakon Sri Mulih atau pulangnya Dewi Sri merupakan sebuah ungkapan doa dan harapan, agar Mbok Rara Sri yang adalah Dewi Padi berkenan pulang dan bersemayam di Dusun Semuten khususnya, untuk memberi kemakmuran serta kesejahteraan warga yang menggantungkan hidupnya sebagai petani.

Tradisi bersih dusun yang merupakan kearifan lokal tersebut sebaiknya dilestarikan, demikian sambutan wakil dari lurah Desa Jatimulyo. Karena di dalam merti dusun ada upaya hidup rukun dan damai, gotong-royong, bahu-membahu, menjaga merawat serta menghidupi dusunnya. Jika pun ada salah mohon dimaafkan, jika pun ada kurang mohon dicukupkan, jika pun ada lebih mohon dibagikan. Sahiyeg saeka praya golong gilig, guyup rukun mbangun dusun. Untuk mewujudkan masyarakat yang ayem tentrem gemah ripah lohjinawi, tidak lupa para warga memohon kekuatan dari Tuhan Kang Akarya Jagad dan juga mohon restu dari leluhur cikal bakal dusun.

Hadir pada acara merti dusun tersebut, wakil dari Tembi Rumah Budaya serta Paguyuban Panatacara Pamedhar Sabda  lulusan Tingkat Lanjut angkatan VIII Tembi Rumah Budaya.

Naskah dan foto:Herjaka HS              

Merti Dusun Semuten Jatimulyo Dlingo Bantul, DI Yogyakarta pada 10 April 2016, foto: Herjaka HS Merti Dusun Semuten Jatimulyo Dlingo Bantul, DI Yogyakarta pada 10 April 2016, foto: Herjaka HS Merti Dusun Semuten Jatimulyo Dlingo Bantul, DI Yogyakarta pada 10 April 2016, foto: Herjaka HS Merti Dusun Semuten Jatimulyo Dlingo Bantul, DI Yogyakarta pada 10 April 2016, foto: Herjaka HS Merti Dusun Semuten Jatimulyo Dlingo Bantul, DI Yogyakarta pada 10 April 2016, foto: Herjaka HS Merti Dusun Semuten Jatimulyo Dlingo Bantul, DI Yogyakarta pada 10 April 2016, foto: Herjaka HS Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 23-04-16

    Rabu Paing Tidak Bai

    Pranatamangsa masuk mangsa kasebelas atau disebut Desta. Mangsa Desta ini umurnya 23 hari, mulai 19 April s/d 11 Mei. Musim panen padi dan umbi-... more »
  • 23-04-16

    Supaya Dusun Ayem Te

    Merti dapat diartikan menjaga, memelihara, serta membersihkan sebuah wilayah dalam hal ini adalah desa ataupun dusun. Dikarenakan wilayah dusun maka... more »
  • 23-04-16

    Karangan, Makanan Kh

    Karangan adalah kuliner lokal yang mungkin hanya bisa ditemukan di Pasar Turi, Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul dan Pasar Ngangkruksari, Parangtritis... more »
  • 22-04-16

    Nyanyian Angsa Versi

    Puisi karya WS Rendra “Nyanyian Angsa” secara menarik dipentaskan dalam bentuk pengadeganan versi teater modern oleh Komunitas Sekar Setaman di... more »
  • 22-04-16

    Denmas Bekel 22 Apri

    Denmas Bekel 22 April 2016 more »
  • 21-04-16

    Menyerap Kembali Sem

    Ada yang berbeda pada pendidikan di zaman RA Kartini dulu dengan zaman sekarang. Dulu, motivasi Kartini mendidik kaumnya di sekitaran tempat... more »
  • 21-04-16

    Puisi, Musik dan Dra

    Sastra Bulan Purnama, yang sering disingkat SBP edisi ke-55, yang diberi tajuk ‘Perempuan dan Puisi’ kali ini bertepatan dengan Peringatan Hari... more »
  • 20-04-16

    Perjalanan Politik S

    Judul             : Tonggak-tonggak di Perjalananku Penulis     ... more »
  • 20-04-16

    Buku Baru dari Sang

    Seribu hari wafat Kuntara Widyamartana sudah diperingati dengan misa Sabtu, 2 April 2016 lalu di rumahnya, Delanggu. Tapi sebagai seorang ahli Sastra... more »
  • 19-04-16

    Berita Pasar Besar M

    Pada masa penjajahan Belanda, pemerintah kolonial juga memperhatikan perkembangan pasar, termasuk yang ada di kota Medan, Sumatera Utara. Ketika itu... more »