Membayangkan Yogyakarta 25 Tahun Mendatang

11 May 2016 Komunitas Mahasiswa Teknik Perencanaan Kewilayahan Kota, Fakultas Teknik UGM. menyelenggarakan acara yang dinamakan ‘Festagama 2016 Green City Dalam perspektif  Jogja Istimewa’ 5-7 Mei 2016 di Taman Budaya, Jalan Sri Wedari 1, Yogyakarta. Dalam acara ini, anak-anak muda itu menyajikan berbagai desain tata kota Yogyakarta, yang ramah lingkungan, atau yang dikenal dengan istilah go green.

Yogya yang semakin padat, dan sudah mulai macet, coba diurai melalui desain yang mereka ciptakan. Dari desain itu kita bisa membayangkan Yogya 25 tahun yang akan datang. Setidaknya, anak-anak muda ini memiliki rasa peduli pada kota, yang kini mereka tinggali lantaran masih sekolah di Univesitas Gadjah Mada (UGM), dan berbagai desain tata kota tersebut merupakan bentuk rasa peduli pada Yogya.

Dalam kepadatan kampung-kampung di Yogya, ditampilkan satu desain yang mengubah tata ruang Kampung Gondolayu bagian utara di tepi Sungai Code. Tata ruang yang dibuat anak-anak muda ini menampilkan desain yang indah dan menarik serta menawarkan kesejukan lantaran terdapat daerah hijau.

Warga yang tinggal berdempetan dibuatkan satu rumah susun, dan mereka menempati rumah susun itu sehigga area tempat tinggalnya bisa dibuat taman dan ruang publik yang hijau. Sungai Code yang membelah perkampungan dan sudah ditalut, dibongkar untuk dikembalikan seperti semula, agar bantaran sungainya melebar sehingga memberi ruang air sungai untuk mengalir menyebar, bukan ‘menumpuk’ ke atas lantaran dibatasi talut.

Area yang lain, yang coba hendak di tata ulang ialah Jalan Jenderal Sudirman. Jalan yang selalu padat dan ada banyak bangunan di sekitarnya, sehingga ruang hijau, hampir-hampir tak ada tempat, didesain secara nyaman dan ruang hijau mendapat tempat.

Semua desain dan gambar-gambar yang disajikan dalam pameran, memang bukan Kota Yogya hari-hari ini. Tetapi merupakan Kota Yogya masa depan, setidaknya 25 tahun yang akan datang. Tetapi pekerjaannya dilakukan sekarang, agar Kota Yogya tidak telanjur kumuh dan semrawut.

Dari berbagai desain tata kota Yogya, rasanya telah diajak membayangkan kultur Yogya di masa depan, yang peduli pada lingkungan hidup. Mestinya, Pemerintah Kota Yogyakarta,  dalam hal ini Bapeda, memperhatikan masukan dari anak-anak muda itu.

Ide-idenya dan desain yang dibuat, menarik untuk diperhatikan dan dikembangkan lebih lanjut, agar Yogya di masa depan yang hijau bisa terwujud.  Terasa sia-sia jika pemerintah mengabaikannya dan tidak memiliki desain tata ruang sebagai gantinya.

Ons Untoro

Disain tata ruang untuk Kampung Gondolayu sebagai model tata ruang kota Yogya dimasa depan, foto: Ons Untoro Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 25-06-16

    Puisi Di Bawah Bulan

    Sastra Bulan Purnama (SBP) edisi 57, yang diselenggarakan di Amphytheater Tembi Rumah Budaya, Senin, 20 Juni 2016 betul-betul dihiasai Bulan Purnama... more »
  • 25-06-16

    Senin Pon Pekan ini

    Memasuki mangsa Kasa. Usia mangsa Kasa 41 hari terhitung mulai 22 Juni sampai dengan 1 Agustus 2016. Candrane: Sotya Murca ing Embanan (mata cincin... more »
  • 25-06-16

    Serat Tunggul Jati,

    Bagi masyarakat Jawa, ada pandangan hidup, jika ingin menuju kesempurnaan hidup maka harus bisa menyelaraskan kebutuhan jasmani dan rohani. Apabila... more »
  • 24-06-16

    Puisi Di Bawah Bulan

    Tiga orang pembaca puisi tampil membacakan puisi, dan menariknya ketiganya lebih banyak bergulat dibidang seni rupa, tetapi terbiasa bersentuhan... more »
  • 23-06-16

    Pelajar SMP Bopkri G

    Walaupun di bulan Ramadhan, kunjungan pelajar ke museum tetap berjalan, salah satunya ke Tembi. Mereka diajak ke museum, agar mengenal sejarah,... more »
  • 23-06-16

    In Memoriam Jon Bati

    Jon, tak pernah lepas dari gitar. Pada banyak pembukaan pameran di Yogya, seringkali dia tampil dengan petikan gitar untuk mengisi acara. Dia banyak... more »
  • 21-06-16

    Pelajar SMP Bopkri G

    “Kolamnya Indah Banget..!”  Ungkap rombongan pelajar SMP Bopkri Godean yang baru saja diajak keliling ke Tembi Rumah Budaya dalam kunjungannya... more »
  • 21-06-16

    Prabakusuma Remaja y

    Asma kinarya japa, yang artinya bahwa nama adalah ‘media’ orang tua untuk mendaraskan doa serta harapan bagi si anak. Demikianlah selanjutnya ketika... more »
  • 20-06-16

    Pada Rabu Pon Pekan

    Pranatamangsa: mangsa Karolas berakhir pada 21 Juni 2016 dan memasuki mangsa Kasa. Usia mangsa Kasa 41 hari terhitung mulai 22 Juni sampai dengan 1... more »
  • 20-06-16

    Liputan Kongres Orga

    Setelah organisasi Boedi Oetomo (BO) terbentuk di tahun 1908, kemudian di tahun-tahun selanjutnya bermunculanlah organisasi-organisasi pergerakan... more »