Kemah Budaya ke-10 Berlangsung di Candi Prambanan

30 Jul 2016 Iringan musik tradisional Jawa yang begitu rancak, bertalu-talu, dan meriah membuat para tamu undangan kemah budaya ikut manggut-manggut dan terkesima. Apalagi suguhan teatrikal para seniman pramuka yang lucu dan menghibur, membuat semua hadirin tertawa-tawa. Itulah penampilan rombongan Kwartir Cabang (Kwarcab) Kabupaten Bantul, DIY pada acara pentas seni budaya dalam kegiatan Kemah Budaya ke-10 yang digelar di Bumi Perkemahan Candi Prambanan Yogyakarta, Rabu 27 Juli 2016. Rombongan Kwarcab Bantul menampilkan sebuah teatrikal berjudul “Permainan Thik Pil”.

Teatrikal itu menggambarkan sebuah permainan tradisional masyarakat Kabupaten Bantul pada zaman dahulu, terutama yang dialami oleh anak laki-laki penggembala hewan (kerbau, sapi, atau kambing). Permainan bisa dilakukan berdua atau berombongan, asalkan genap dan berpasangan. Alat permainan berupa caping dan tongkat. Pemain saling berhadapan. Di atas caping diberi cantolan agar tongkat lawan bisa masuk. Pemain yang duluan mengambil caping lawan lewat cantolan kawat, berarti menang. Ia berhak digendong. Sementara itu para anak perempuan memberi semangat kepada jagonya masing-masing sambil bersorak dan bernyanyi, yang syairnya sebagai berikut: “E…thik pil yo/ wag eweg ewag keweg/ yen menang aja umuk, yen kalah aja ngamuk/ yen mendem ora mabuk/ yen kalah ya nggendhonga//

Kontingen lain juga berjalan meriah, walaupun tidak semeriah Kontingen Bantul. Misalkan, Kwarcab Kota Yogyakarta menampilkan teatrikal berjudul “tradisi apeman”, Kwarcab Kabupaten Sleman menampilkan upacara adat “Mbah Bregas”, Kabupaten Kulon Progo menampilkan tradisi “endhog abang”, dan Gunung Kidul menampilkan tradisi “Sadranan”.

Acara pentas budaya antar Kwarcab se-DIY ini sebagai kegiatan pembukaan acara Kemah Budaya 2016 yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DIY, dan Kwartir Daerah Gerakan Pramuka DIY. Acara dibuka oleh Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X. Dalam sambutannya, Paku Alam berharap kegiatan ini semakin berkualitas dan kompak, sehingga ketika mengikuti kegiatan pramuka tingkat nasional (Kwarnas) bisa membawa nama baik DIY.

Kegiatan Kemah Budaya X diikuti oleh 200 peserta pramuka penggalang, penegak, andalan, pelatih pembina, dan pembina pramuka yang meliputi 5 Kwarcab di DIY, yaitu Bantul, Sleman, Kulon Progo, Gunungkidul, dan Kota Yogyakarta. Acara berlangsung dari tanggal 27—31 Juli 2016. Pada Kemah Budaya X mengambil tema “Dengan Potensi Keragaman Budaya Bangsa, Kita Wujudkan Pribadi yang Berkarakter dan Berbudi Pekerti Luhur Guna Memperkokoh Jati Diri Bangsa”.

Banyak agenda kegiatan dalam Kemah Budaya, baik yang umum (seperti: upacara, olahraga, keagamaan, anjangsana, sosial dan bina lingkungan, api unggun), maupun lomba-lomba (seperti: masakan tradisional, dekorasi temanten, merangkai paningset pengantin, macapat, mendongeng, permainan tradisional, pakaian adat, asah terampil pewayangan, menulis dan membaca huruf Jawa, dan pidato bahasa Jawa). Ada juga kegiatan cinta tanah air, seperti pemutaran film sejarah dan kepurbakalaan, kunjungan museum, kunjungan situs, sarasehan budaya, dan dialog pendidikan kepramukaan.

Setiap lomba mendapatkan nilai. Setelah selesai semua lomba, kontingen yang banyak mendapat kejuaraan dan nilai menjadi juara umum. Sebagai catatan, selama 9 kali kemah budaya, kontingen yang pernah mendapatkan juara umum adalah: Kwarcab Bantul (1 kali), Kwarcab Kulon Progo (4 kali), Kota Yogyakarta (2 kali), dan Gunung Kidul (2 kali). 

Naskah dan foto:Suwandi

Kemah Budaya X Tahun 2016 di Candi Prambanan 27—31 Juli 2016, sumber foto: Suwandi/Tembi Kemah Budaya X Tahun 2016 di Candi Prambanan 27—31 Juli 2016, sumber foto: Suwandi/Tembi Kemah Budaya X Tahun 2016 di Candi Prambanan 27—31 Juli 2016, sumber foto: Suwandi/Tembi Kemah Budaya X Tahun 2016 di Candi Prambanan 27—31 Juli 2016, sumber foto: Suwandi/Tembi Kemah Budaya X Tahun 2016 di Candi Prambanan 27—31 Juli 2016, sumber foto: Suwandi/Tembi Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 02-08-16

    Pria Sawo Matang di

    Musim panas telah tiba. Di Zug, sebuah kota kecil di tengah daratan Swiss dengan penduduk sekitar 28.600 jiwa, sejumlah kursi berwarna oranye bersama... more »
  • 02-08-16

    Ajaran Kebaikan Oran

    Judul            : Ajaran-ajaran dalam Naskah Singhalangghyala Parwa Penulis   ... more »
  • 01-08-16

    Macapat ke-148, Peng

    Mengikuti macapat malem Rebo Pon di Tembi Rumah Budaya ibarat mengikuti pengembaraan Mas Cebolang yang penuh dengan pengalaman kehidupan baik lahir... more »
  • 01-08-16

    Eksotisme Amphiteate

    Amphiteater merupakan salah satu spot luar ruangan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Merujuk pada aspek historisnya amphiteater... more »
  • 01-08-16

    Naura Sang Idola Cil

    Terhitung sudah dua album yang diproduksi penyanyi cilik ini, yang bernama lengkap Adyla Rafa Naura Ayu. Di usianya yang ke-8 tahun putri pertama... more »
  • 30-07-16

    Rabu Kliwon Pekan In

    Pranatamangsa: memasuki Mangsa Surya II Mangsa Karo. Usia 23 hari hari terhitung mulai 2 s/d 24 Agustus 2016. Candrane: Bantala Rengka,  artinya... more »
  • 30-07-16

    Kemah Budaya ke-10 B

    Iringan musik tradisional Jawa yang begitu rancak, bertalu-talu, dan meriah membuat para tamu undangan kemah budaya ikut manggut-manggut dan... more »
  • 30-07-16

    Dalem Kanjengan yang

    Ada beberapa bangunan penting selain kompleks makam raja-raja Mataram (Surakarta dan Yogyakarta) di Imogiri yang keberadaannya tidak terpisahkan dari... more »
  • 29-07-16

    Bincang-bincang deng

    Yok Koeswoyo adalah salah satu personil grup musik pop Koes Plus yang legendaris di Indonesia. Di masa jayanya, Koes Plus yang beranggotakan Yok, Yon... more »
  • 29-07-16

    Ki Suparman Menurunk

    Sosok raja yang rendah hati, mencintai rakyatnya dan tidak mempunyai musuh seperti Prabu Puntadewa layak mendapat anugerah Kalimasada dari Batara... more »