Kegelisahan Rence Alfons Membuahkan Revitalisasi Suling Bambu Maluku

17 Sep 2015

Dampak sosial orkes ini juga nyata dirasakan. Dua kampung bertetangga yang sebelumnya bertikai akhirnya malah kini berdamai karena keduanya terlibat secara aktif dalam orkes suling bambu ini.

Maynard Raynolds Nathanael Alfons atau akrab dipanggil Rence Alfons, menggali budaya musik Ambon, Maluku, lewat suling bambu yang ditiup secara horizontal, yang tumbuh di masyarakat Kristen Ambon; dan suling bambu yang ditiup ke arah vertikal yang hidup di komunitas Muslim Ambon.

Yang menjadi dasar kegelisahan dari Rence sebagai lulusan musik Institut Seni Indonesia Yogyakarta tahun 1997 ini, musik suling bambu perlahan sudah ditinggalkan oleh generasi muda yang telah bersentuhan dengan musik populer. Di mata mereka musik suling bambu bernada fals (sumbang) dan bergerak dalam harmoni yang tak beraturan karena gerak paralel sehingga sama sekali tidak menarik.

“Suling bambu punya sejarah panjang di sana. Berdasarkan cerita mulut ke mulut, suling bambu dikenalkan Joseph Kam, penginjil asal Belanda, yang datang ke Ambon awal abad ke-16. Dia punya latar belakang musik flute, mungkin di sini banyak pohon bambu, jadi yang dikembangkan suling bambu," tutur Rence di Jakarta pada 5 September 2015. Rence menceritakan suling bambu Maluku kerap dipakai masyarakat untuk mengiringi liturgi di gereja. Tapi, kebiasaan memainkan alat musik ini mulai punah.

Suling bambu Maluku berbeda dengan suling bambu dari Jawa yang memiliki skala nada pentatonik, lima not per oktaf, suling Maluku mengadopsi skala diatonik, persis alat musik Barat.

Dengan skala diatonik yang dihasilkan, suling bambu Maluku ini mudah memainkan komposisi lagu barat modern maupun klasik. Namun, menurut Rence, suling bambu Maluku hampir punah. "Cuma di beberapa tempat saja masih dimainkan, itu pun sekadarnya," kata dia. Sehingga ia merasa harus melakukan revitalisasi suling bambu. Yang dilakukan Rence pada instrumen ini bukan hanya pada bentuk dan metode pembuatan instrumen yang mempengaruhi kualitas bunyi dan musik penggarapan aransemen lagu, tetapi juga pengemasan dan produksi pertunjukan yang lebih menarik. Sejak 2005, Rence pun mendirikan Molucca Bamboowind Orchestra (MBO).

Awal membangun MBO ini pun tidak mudah, hanya sedikit orang yang tertarik. Namun karena niat bulatnya, ia pun menggunakan pendekatan kultural. Ia mulai mengajak orang-orang di sekitarnya memainkan kembali suling bambu Maluku. Ia giat keluar-masuk kedai, sambil minum tuak, dan mengundang orang-orang bergabung dalam orkesnya. Awalnya, hanya lima orang yang berminat. "Mereka orang-orang yang sudah tua," cerita Rence.

Dengan kondisi seadanya, kelompok kecil ini mulai berlatih. Karena alat musik ini tidak dijual di toko, maka ia memproduksi sendiri. Bambu diolah dijadikan alat musik. Setiap nada dipastikan presisi dengan tunner (alat penyelaras nada skala diatonik). Agar seperti orkestra, jangkauan nada pun dibagi menjadi lima kelompok suara. Register nada tinggi dipegang suara satu, nada menengah untuk suara dua dan tiga, terakhir nada rendah untuk suara empat dan lima.

Kekonsistenan yang dibangun Rence membuahkan hasil, anggota pun kian bertambah. Namun tidak semua memiliki latar belakang dan pengetahuan musik yang sama. Maka, Rence harus mengajari dari awal. "Saya ajari satu-satu bagaimana cara menempelkan bibir ke suling, bagaimana cara meniup," ujar Rence. Anggota orkestra juga ternyata kesulitan membaca not balok. Dengan kesabaran, Rence menuliskan notasi angka di setiap lembarnya.

Lewat kerja keras sepuluh tahun, perlahan musik suling hidup dan kini menunjukkan geliat yang luar biasa. Kini anggota MBO sudah lebih dari 100 personil. Anggota orkestra ini juga berasal dari berbagai latar belakang, seperti dosen, mahasiswa, pegawai negeri sipil, penyadap nipar (gula aren), hingga tukang ojek. Mereka diterima tanpa memandang latar belakang agama. Rentang usianya pun bervariasi, 11-70 tahunan.

Rence dibantu oleh pelaku-pelaku musik terdidik mengajar kelompok suling bambu dari tidak bisa sampai bisa tampil di konser. MBO juga menjadi pengisi tetap setiap perayaan HUT Provinsi Maluku sejak 2007. Pemerintah Provinsi Maluku pun menyediakan tempat untuk MBO berlatih di gedung Taman Budaya Maluku. Rence bermimpi MBO bisa mandiri dan dapat menjadi daya tarik wisata budaya.

Dampak sosial orkes ini juga nyata dirasakan. Dua kampung bertetangga yang sebelumnya bertikai akhirnya malah kini berdamai karena keduanya terlibat secara aktif dalam orkes suling bambu ini. Yang membuat Rence bangga, usahanya mulai berhasil adalah Kehadiran generasi muda dalam kelompok ini, yang berarti suling bambu tidak akan mati.

Marcellina Rosiana

Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 19-09-15

    Merti Bakpia 2015 Me

    Grebeg Bakpia ini diawali dengan kirab gunungan bakpia lanang (lelaki) dan gunung bakpia wedok (perempuan). Keseluruhan kue bakpia yang digunakan... more »
  • 19-09-15

    Konser Reog N Roll B

    Konser musik dianggap paling efektif untuk menyampaikan pesan sosial kepada masyarakat. Atas dasar itulah Kementerian Pariwisata menggandeng grup... more »
  • 19-09-15

    Nasi Goreng Mafia, S

    Ada beragam menu yang disajikan. Semua dengan nama berbau mafia. Nama-nama sangar ini sekaligus mencitrakan kesan menyengat, pedas, atau panas yang... more »
  • 19-09-15

    Naga Dina Senin Pon

    Pada bulan Besar ini ‘naga tahun’ dan ‘naga jatingarang’ menyatu di utara. Sedangkan tempat ‘naga dina’ berubah-ubah sesuai dengan hari dan pasaran.... more »
  • 18-09-15

    Liputan Majalah Kaja

    Gedung Kesenian Sobokarti dibangun oleh Belanda pada tahun 1930 yang aslinya bernama Volkstheater Sobokarti yang berarti tempat berkarya. Gedung ini... more »
  • 18-09-15

    Terima Kasih Bu Susi

    Acara penutupan pameran ini terasa istimewa karena tidak saja dilakukan oleh menteri, namun juga karena diiringi acara yang relatif lebih banyak dari... more »
  • 18-09-15

    Yogyakarta Night at

    Komunitas anak-anak muda ini telah menunjukkan aksi konkret dalam upaya memperkenalkan dan mencintai museum kepada publik. Dengan acara yang... more »
  • 17-09-15

    Arwinto Bersorban Aw

    Dalam antologi ini terdapat 101 puisi, yang dibagi dalam dua bab. Pada bagian pertama diberi judul “Pulang Ke Tubuh Sendiri” dan bagian kedua... more »
  • 17-09-15

    Jembatan Nambangan-N

    Hal yang menarik dari Jembatan Nambangan-Nangsri ini adalah pintu plat baja yang cukup besar. Pintu ini ditempatkan di ujung jembatan di wilayah... more »
  • 17-09-15

    Kegelisahan Rence Al

    Dampak sosial orkes ini juga nyata dirasakan. Dua kampung bertetangga yang sebelumnya bertikai akhirnya malah kini berdamai karena keduanya terlibat... more »