Festival Teater Jakarta 2015: Menata Laku, Menata Panggung

04 Dec 2015

Tatanan estetika panggung dan tata cahaya menjadi tema besar perhelatan akbar tahunan Festival Teater Jakarta yang ke-43. Bagaimana pekerja teater kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan sumber cahaya baik alami maupun teknologi kedalam pementasan teater terangkum dalam ‘Menata Laku, Menata Panggung’ Festival Teater Jakarta 2015.

Komite Teater dan asosiasi teater lima wilayah DKI Jakarta melalui serangkaian diskusi telah menetapkan platform Festival Teater Jakarta yang berlaku sampai tiga tahun ke depan adalah “Menata Laku, Menata Panggung” dengan subtema: “Teater dan Cahaya” (2015), “Teater dan Bunyi” (2016), dan “Teater dan Rupa” (2017).

Festival Teater Jakarta (FTJ) dibuka pada Senin 30 November 2015 di Teater Taman Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM). Festival diikuti oleh 15 grup teater yang lolos seleksi di lima wilayah Ibu Kota dan 2 grup pemenang tahun lalu. Festival dibuka dengan pertunjukan dari Teater Satu Lampung dengan naskah karya sutradara Iswadi Pratama berjudul ‘Orang-orang Setia’.

Teater Satu Lampung dianggap oleh tim penyelenggara mampu mewakili tema yang dibawakan kali ini. Karena, menurut Ketua Panitia Pelaksana Malhamang Zamzam, pencahayaan Teater Satu Lampung lebih sederhana dan konsep grupnya lebih ke realis.

Di lobi Teater Kecil ada juga pameran ‘Dokumata : Meruangnya Penglihatan’ yang berisi dokumentasi foto pertunjukan Festival Teater Jakarta Wilayah tahun ini, dibarengi dengan launching website FTJ yang berisi kegiatan dan dokumentasi FTJ setiap tahun dengan alamat  www.ftj.or.id

Selama 11 hari (30 Nov – 10 Desember 2015) pertunjukan dibagi menjadi dua sesi, pukul 14.00 dan 20.00. Kompetisi yang memperebutkan beragam gelar teater terbaik Jakarta ini juga dimeriahkan dengan diskusi 'Teater dan Cahaya', workshop tata cahaya, peluncuran buku 'Album Keluarga', pameran foto FTJ, dramatic reading, serta penganugerahan kepada para pemenang FTJ. Untuk pertama kalinya FTJ akan memberikan penghargaan untuk Penata Cahaya Terbaik.

Tentang Festival Teater Jakarta Festival 
Teater Jakarta (FTJ) digagas oleh Wahyu Sihombing, anggota Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Sekretaris Dewan Pekerja Harian DKJ, lalu diresmikan dengan nama Festival Teater Remaja Jakarta pada 13 September 1973, oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki.

Cita-cita luhur dari pesta kesenian teater yang berdaya lomba ini bertujuan: Pertama, demi mendorong para seniman muda, terutama pegiat seni teater, untuk menumbuh-kembangkan kreativitasnya. Kedua, melakukan pembinaan bagi kelompok atau grup-grup teater agar menjadi lebih baik dalam berorganisasi. Ketiga, menyuguhkan hasil karya seni yang pantas bagi masyarakat.

FTJ yang konon telah menjadi festival teater terlama di Indonesia, dari tahun ke tahun penyelenggaraannya selalu diminati kelompok dan grup-grup teater sebagai peserta dengan animo penonton yang cukup ramai. FTJ adalah juga lomba berjenjang, mulai dari FTJ Penyisihan di tingkat wilayah Kota Administrasi se-DKI Jakarta, dan FTJ Final di tingkat Provinsi DKI Jakarta.

Naskah dan foto: Natalia S.

Festival Teater Jakarta 2015, “Menata Laku, Menata Panggung” Festival Teater Jakarta 2015, “Menata Laku, Menata Panggung” Festival Teater Jakarta 2015, “Menata Laku, Menata Panggung” Festival Teater Jakarta 2015, “Menata Laku, Menata Panggung” Berita BUDAYA

Baca Juga

Artikel Terbaru

  • 08-12-15

    Catatan Bung Tomo Te

    Karena terlibat secara langsung, tidak heran apabila Bung Tomo bisa menggambarkan pertempuran Surabaya secara detail. Seperti sebuah peristiwa ketika... more »
  • 08-12-15

    Joglo di Bantul Buat

    Kompleks bangunan rumah joglo milik Raditya Wahyu Kumara ini seluas sekitar 900 m persegi. Luas tanah sekitar 1.960 meter persegi. Rumah ini... more »
  • 07-12-15

    Ki Margiono Suguhkan

    Ki Margiono (65), dalang senior yang juga dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan Pedalangan membawakan lakon Kumbakarno Gugur dengan serius... more »
  • 07-12-15

    Lampah Kasiswan, Aja

    Buku ini tidak dijelaskan bahasa aslinya dan tahun penciptaannya. Namun demikian, terjemahan dalam bahasa Jawa dicetak tahun 1938. Buku terjemahan... more »
  • 05-12-15

    Cablek-Cablek Lemut

    Dari sekian abdi/pembantu, abdi yang bertugas cablek-cablek lemut umumnya adalah orang yang memang tidak memiliki kemampuan khusus yang bisa... more »
  • 05-12-15

    Tergiur Manisnya Bib

    Ternyata kemangkiran Adipati Gendrasekti disebabkan oleh karena ia sibuk bersuka ria dengan seorang ledhek (penari) yang bernama Sariti. Bahkan... more »
  • 05-12-15

    Kesatuan Militer Keb

    Pasukan Siliwangi pada awal berdirinya tidak tampil sebagaimana idealnya sebuah pasukan. Penampilannya sederhana bahkan bisa dikatakan memprihatinkan... more »
  • 05-12-15

    Sabtu Kliwon Ini Har

    Sabtu Kliwon, 12 Desember 2015, kalender Jawa tanggal 29, bulan Sapar, tahun 1949 Jimawal, hari baik untuk berbagai macam keperluan. Namun jika pergi... more »
  • 04-12-15

    Festival Teater Jaka

    Tatanan estetika panggung dan tata cahaya menjadi tema besar perhelatan akbar tahunan Festival Teater Jakarta yang ke-43. Bagaimana pekerja teater... more »
  • 04-12-15

    Museum Benteng Vrede

    Event museum di malam hari diminati oleh para pengunjung, terutama kaum muda. Apalagi, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tampak begitu romantis... more »