Seru 79, Reuni Sambil Berpameran

Author:opie / Date:24-02-2014 / Pameran

Ada sepuluh perupa peserta pameran yang berdomisili di berbagai kota. Profesi mereka juga beragam. Ada juragan batik, disainer grafis, serta --sesuai “khitah” kuliahnya-- guru atau perupa. Mungkin bisa dikatakan pameran ini, dengan tema ‘Bali Ngasal’, semacam pengingat atas benang merah kesenirupaan mereka.


Cho Chro Tri Laksono, Sandung Panglamun,
100x70 cm, Acrylic on canvas

Sepertinya mengasyikkan jika reuni mantan mahasiswa jurusan seni rupa diadakan sambil memamerkan karya-karya seni mereka. Atmosfir berkesenian masa lampau yang menjadi pengikat kegiatan sehari-hari kemudian diangkat lagi dan disegarkan kembali. Semacam reaktualisasi masa lalu secara kreatif dan produktif. Jadi tidak sekadar kumpul-kumpul. Agaknya begitulah semangat para mantan mahasiswa jurusan seni rupa IKIP Negeri Yogyakarta (kini Universitas Negeri Yogyakarta) angkatan 1979 yang berpameran bersama di Tembi Rumah Budaya, 10-26 Februari 2014.

Ada sepuluh perupa peserta pameran yang berdomisili di berbagai kota. Ada yang masih tinggal di Yogya, ada pula yang tinggal di Lampung, Sukoharjo, Jember, dan Jakarta. Profesi mereka juga beragam. Ada juragan batik, disainer grafis, serta --sesuai “khitah” kuliahnya-- guru atau perupa. Mungkin bisa dikatakan pameran ini semacam pengingat atas benang merah kesenirupaan mereka. Mungkin juga bisa menjadi pemicu semangat untuk terus berkarya dalam dunia senirupa. Yang jelas terkandung apresiasi positif di sana. Tema pameran ‘Bali Ngasal’ atau dalam bahasa Indonesia 'Pulang ke Tempat Asal', rasanya cukup mengena.


Subandi Giyanto, Dewa Mambang,
125x125 cm, Acrylic on canvas, Prada emas

Kesepuluh perupa yang ikut berkiprah adalah Bambang Hermanto, Bambang Purwowidodo, Bandi Giyanti, Bernas Wahyu W, Cho Chro Tri Laksono, Ign Supriyanto, Saiful Yatim, Suharko Sri Rahardjo, Rismaryanto, dan Taufik Ekoyanto.

Karya yang dipamerkan cukup beragam. Gaya naturalis, realis, abstrak, surealis sampai kaligrafi. Medianya pun beraneka, mulai dari kanvas dengan cat akrilik dan cat minyak, media batik, rajutan benang, hingga keramik.

Cho Chro Tri Laksono yang pernah memesona lewat kedetailan karya air brush-nya, kini kembali ke media konvensional, cat minyak di kanvas. Karyanya tetap surealis dan tetap memikat. Empat lukisannya mencerminkan keheningan, kelengangan, dan ‘ngelangut’. Karyanya berbicara dalam konteks hakikat manusia dan pencarian jati diri.

Beberapa perupa lain memamerkan karya yang berbeda dengan karya mereka sehari-hari meski dasarnya tetap sama. Subandi Giyanto yang selama ini tergolong “perupa langka” karena spesialisasi dan kepiawaiannya melukis kaca kini juga ber”konvensional”, yakni melukis dengan cat minyak di kanvas. Persamaannya, Subandi tetap melukis figur wayang, figur yang selama ini ditekuni seniman keturunan perajin wayang ini .


Bernas Wahyu Widati, Gajah, 45x45 cm, Benang (Rajut)

Bambang Purwowidodo yang sehari-harinya menjadi juragan batik di Solo, kali ini tidak membuat batik. Tapi lukisan naturalis dan realis di atas kanvas dengan cat minyak. Mulai lukisan potret benda, seperti apel, pisang suluh, dan beraneka buah-buahan, hingga lukisan potret anak-anak yang terpinggirkan.

Satu-satunya perupa perempuan, Bernas Wahyu memamerkan karya uniknya yang memikat. Guru yang tinggal di Lampung ini menggunakan benang sebagai media pembentuk garis, bentuk, dan warna. Dua karyanya, ‘Gajah I’ dan ‘Gajah II’, sangat rapi sehingga jika tidak diamati seksama, orang mengiranya sebagai gambar. Satu karyanya. ‘Landscape’, sangat jelas tekstur benangnya yang dirajutnya dengan tangan, yang menuntut ketekunan dan ketelitian ekstra.

Satu-satunya karya tiga dimensi adalah karya-karya Taufik Ekoyanto yang membuat keramik dengan teknik raku. Teknik yang berasal dari Jepang ini adalah proses pembuatan keramik berglasir yang unik, dan mampu memberikan efek yang artistik dari proses reduksi. Taufik mengeksplor bentuk-bentuk botol.

Para perupa lainnya adalah Suharko Sri Rahardjo yang lukisan abstraknya, ‘Geliat Reformasi 98’, mencerminkan garis-garis dan warna-warna dinamis. Lukisan Bambang Hermanto mengekspresikan kehidupan nelayan dengan gaya dekoratif. Saiful Yatim dam Ign Supriyatno sama-sama melukis realis. Bedanya, Saiful mengangkat fenomena perkembangan zaman, sedangkan Supriyatno memotret beberapa profesi secara apa adanya. Sedangkan Rismaryanto, yang sehari-hari berprofesi guru, memilih untuk membatik.


Suharko Sri Rahardjo, Geliat Reformasi 98,
100x80 cm, Acrylic on canvas

Pembukaan pameran ini diisi dengan pementasan teater rakyat Srandul oleh kelompok Srandul Suketeki Dusun Karangmojo, Purwormartani, Kalasan. Mereka membawakan lakon ‘Donyane Wong Korupsi’, yang diangkat dari geguritan karya Purwadmadi. Bertindak sebagai penulis naskah dan sutradara adalah Kusuma Prabawa, yang juga angkatan 1979 IKIP Negeri Yogyakarta. Pementasan seni tradisi ini dibawakan dengan memikat, segar dan telak.

Pameran yuk ..!

Naskah:Barata
Foto:A. Sartono

Bale Rupa Pameran

Latest News

  • 09-05-14

    Pasinaon Basa Jawa K

    Tataran tutur bahasa Jawa saat ini lebih ringkas, hanya dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: bahasa Ngoko-lugu, bahasa Ngoko-halus, bahasa Krama-limrah (... more »
  • 09-05-14

    Pager Piring, Pamera

    Pameran seni rupa tersebut berusaha untuk merespon dan mengaktualisasikan gagasan pager piring yang merupakan buah pemikiran Romo Mangun. Pager... more »
  • 09-05-14

    Bakdi Sumanto Meliha

    Bakdi Sumanto memfokuskan pada karya sastra Romo Mangun dengan “melacak” empat novel yaitu ‘Burung-Burung Manyar’, ‘Romo Rahardi’, ‘Trilogi Roro... more »
  • 08-05-14

    Ngudia Amrih Ditiru

    Pepatah ini ingin menekankan tentang pentingnya berpikir cerdas dan kreatif serta penuh inisiatif positif. Peniru atau pengambil gagasan atau ilmu... more »
  • 08-05-14

    Menyentuh Bunyi Bers

    Evelyn bertumbuh menjadi perkusionis handal. Kemampuannya yang kuat dalam merasakan getaran membuatnya menjadi musisi yang sangat sensitif dengan... more »
  • 07-05-14

    Jalan Mayor Suryotom

    Nama Loji Kecil Wetan diambilkan dari nama kampung Loji Kecil, yang di masa lalu merupakan pemukiman orang-orang Belanda. Lokasi kampung ini berada... more »
  • 07-05-14

    Geger Pecinan di Bat

    Geger Pacinan merupakan salah satu catatan sejarah kelam. Perang yang meletus di Batavia tersebut bermula dari kekhawatiran pemerintah Belanda... more »
  • 06-05-14

    Mengenang 15 Tahun K

    Romo Mangun sudah 15 tahun yang lalu meninggalkan kita, tetapi karya-karyanya masih terus bisa dinikmati dan dikunjungi. Selain menghasilkan banyak... more »
  • 06-05-14

    Pelajar SD BIAS Klat

    Tembi dipilih sebagai sasaran untuk tempat belajar kebudayaan Jawa karena Tembi relatif siap setiap saat untuk penyelenggaraan kegiatan itu.... more »
  • 06-05-14

    Perkampungan Nelayan

    Semak di kanan kiri sungai atau muara tersebut menjadi petunjuk bahwa tanah di sekitar tempat itu masih cukup baik untuk pertumbuhan tanaman.... more »